Chereads / Fatal Twin / Chapter 7 - Chapter 6: Dua Orang yang Tak Kukenal

Chapter 7 - Chapter 6: Dua Orang yang Tak Kukenal

Dengan mulut, kupegang sebuah ikat rambut. Aku mengikat rendah rambutku menjadi dua bagian yang sama besar dan sekarang tinggal satu bagian lagi yang belum kuikat. Setelah selesai kuikat, tak lupa aku menghiasinya dengan sepasang pita berwarna putih.

"Sip udah beres."

Namaku Cerise Aurey. Tetapi, orang-orang biasa memanggilku Cerise saja. Cerise sendiri memiliki arti buah ceri yang merah. Mungkin karena rambut dan mataku yang berwarna merah persis warna buah ceri, orang tuaku--lebih tepatnya ayahku memberikan nama itu padaku. Sedangkan Aurey merupakan nama keluargaku.

Aku tersenyum didepan cermin. Bagian pakaian dan rambut sudah selesai. Aku mengenakan gaun pendek yang didominasi warna merah serta sebagian kecil warna putih. Lalu kulengkapi dengan stocking putih diatas lutut.

Sisanya, tinggal memasang sarung tangan. Tapi, bukan sarung tangan biasa yang terbuat dari kain, sarung tangan yang kupakai terbuat dari besi tetapi beratnya sangat ringan.

Ah, pedangku juga sudah siap. Ini merupakan senjataku. Aku menyelipkannya di pinggangku. Karena merupakan petarung jarak dekat, aku melengkapi diri dengan beberapa macam pelindung.

Tentu saja, aku tidak akan menghadiri pesta atau semacamnya dengan penampilan seperti ini. Bagaimana menyebutnya, orang-orang biasa menyebutnya dengan sebutan "Petualang". Benar, sebut saja aku ini seorang petualang.

Petualang biasanya merupakan orang yang mengambil pekerjaan yang berupa semacam permintaan atau misi dari sebuah lembaga yang disebut "Guild".

Dari Guild, kita bisa mendapatkan pekerjaan atau biasa disebut "Quest". Orang-orang biasanya mengajukan atau memasang quest ke guild. Quest ini ada beberapa jenis, ada quest permintaan, quest pengantaran atau pengiriman, dan quest bantuan. Selain itu, ada juga misi perburuan dimana kita berburu ke area field untuk berburu monster dan menjual Drop Item yang berhasil didapat. Misi perburuan biasanya merupakan murni keinginan sendiri dari petualangnya.

Drop item adalah benda yang dapat kita dapatkan jika berhasil membunuh monster ini. Monster-monster tinggal disebuah area yang disebut "Field". Drop item jenisnya bermacam-macam tergantung jenis monster yang berhasil dikalahkan. Contohnya gigi taring, bulu, bagian tubuh tertentu lainnya misalnya pelindung tubuh, bahkan kristal yang berharga.

Sejujurnya aku sangat menyukai bekerja sebagai petualang ini. Sebab selain bisa mendapatkan hal-hal yang seru--namun tentu saja berbahaya, aku bisa membantu orang banyak. Aku sendiri tidak terlalu mempermasalahkan hadiah atau imbalan dari menyelasaikan Quest. Jika membantu orang orang banyak, entah kenapa membuat hatiku begitu tenang.

* * *

Sekarang aku sudah turun ke lantai satu dan berada di pintu depan. Aku tinggal memakai sepatuku. Sepatu dengan bahan yang sama seperti sarung tanganku.

"Sudah mau berangkat?"

Kulihat ibu melongok dari arah ruang tengah atau ruang keluarga. Tempat biasa kami sekeluarga berkumpul. Ibu kemudian berjalan mendekatiku.

"Iya."

"Jaga dirimu baik-baik."

"Ibu jangan khawatir. Aku kan sudah besar."

"Ibu tahu. Tapi tetap saja, kamu ini seorang perempuan. Ibu akan lebih tenang jika Cerise membentuk party."

"Akan Cerise pikirkan. Kalau gitu, aku berangkat dulu ya."

"Hati-hati."

"Iya."

Jawabku dengan nada yang panjang.

Kubuka pintu dan...

Keseharianku pun dimulai.

* * *

"[Enhance]".

Setelah mengatakannya, pedang milik Ash menjadi bercahaya. Ia memperkuat pedangnya dengan skill yang ia miliki. Serangan pedangnya sekarang menjadi lebih kuat.

Dihadapannya terdapat sekumpulan monster. Mereka Wolv, monster serigala. Mereka tak terlalu kuat, bahkan bisa dibilang cukup lemah.

Ia kemudian maju dan menghadapi monster itu satu persatu-satu. Ia sama sekali tidak kesulitan menghadapinya. Ia menebas monster itu satu persatu dan berubah menjadi butiran cahaya serta menyisakan drop item yang berupa kristal-kristal kecil.

Kristal ini meskipun harganya murah tetapi masih lumayan untuk dijual jika jumlahnya ada banyak.

Disisi lain tak jauh dari tempat Ash, Ashe berdiri dengan menarik busur panahnya. Anak panah yang bercahaya dan tentu berbeda sebab itu terbuat dari sihir.

"[Multishots]".

Ashe melepaskan tiga panah sekaligus alih-alih hanya satu. Ia menggandakan panah yang ia lepaskan. Monster yang ada dihadapannya masing-masing mendapatkan panah dan mereka langsung mati. Kemudian ia terus memanah monster yang berusaha mendekatinya.

Setelah itu, Ash dan Ashe mendapat gelombang serangan Wolv. Mereka sama tak kesulitan menghadapinya sebab Wolv masuk golongan monster tingkat rendah.

"Akhirnya selesai juga."

Ashe menghembuskan nafas lega. Ia terduduk ditanah dengan kaki membentuk huruf W. Ia bersama kakaknya berhasil melewati gelombang monster Wolv. Cukup menguras tenaga sebab jumlahnya banyak. Ash kemudian menghampirinya.

"Aku udah lapar banget. Kak Ash ayo kita cepetan pulang."

"Kamu ini makanan mulu yang dipikirkan. Kumpulkan dulu drop itemnya baru kita bisa pulang."

"Baiklah, tapi syaratnya nanti kak Ash gendong aku."

"Kenapa?"

"Waktu itu, jika aku benar-benar tertidur kak Ash pasti akan menggendongku. Karena dia datang, kak Ash jadi tidak menggendongku."

"Nggak, kakak akan berusaha membangunkanmu."

"Heh? Kak Ash pasti bohong, soalnya kak Ash menyukainya 'kan?

Ash terdiam.

"Kak Ash?"

"Ashe dibelakangmu."

Ashe berbalik dan dari arah hutan, muncul seekor monster. Ia terkejut dan berlindung ke belakang kakaknya. Mereka berdua bersiaga mengantisipasi jika monster itu menyerang.

"Kak Ash, monster apa itu?"

"Kakak juga tidak tahu. Kakak belum pernah melihatnya."

"Tapi apa lebih baik jika kita kabur saja?"

"Kakak yakin jika kita berdua bersama, kita pasti bisa mengalahkannya."

"Jika kak Ash bilang begitu. Baiklah, Ashe akan melindungi kakak dari belakang."

"Tolong, ya."

Ashe mengangguk. Ia menyiapkan panahnya. Ash mengeluarkan pedangnya.

"[Enhance]".

Seketika pedang Ash menjadi bercahaya. Ia maju kedepan menerjang monster itu. Monster itu menggeliat dan berjalan maju.

Ash berulang kali melayangkan pedangnya namun monster itu selalu berhasil menahannya menggunakan kedua tangannya yang kuat. Malahan monster itu beberapa kali berusaha mencakar Ash dan untungnya Ash masih bisa menghindar.

Begitupula dengan panah yang dilepaskan oleh Ashe juga selalu bisa ditahan oleh monster itu.

"Kak Ash, cobalah untuk mengalihkan perhatian monster itu, akan kucoba untuk mencari titik lemahnya."

"Ok."

Ash menuruti perintah adiknya. Terdapat jarak antara ia dan monster itu. Efek dari skill Enhance miliknya sudah menghilang.

"[Break Limit]".

Skill dimana penggunanya akan mendapatkan kecepatan dan kekuatan yang signifikan. Skill ini juga memperkuat senjatanya mirip dengan skill Enhance miliknya. Bedanya skill tersebut hanya memperkuat senjatanya. Akibat skill itu, tubuh Ash diselimuti cahaya putih transparan.

Ash kemudian kembali maju dan menerjang monster itu. Sekarang gerakannya menjadi lebih cepat daripada sebelumnya namun itu masih belum cukup.

"Kira-kira bagian mana yang harus kupanah."

Ashe berdiri dan memperhatikan monster itu dengan seksama. Saat itulah ia melihat punggung monster itu. Disitu dari terdapat semacam sisik yang terbuka setiap waktu.

Ashe tahu apa yang harus ia serang. Ia akan menyerang saat sisik itu terbuka.

"Baiklah, sekarang giliranku."

Ashe mengangkat panahnya. Cahaya berkumpul pada mata panahnya, ia mengisi tenaga pada anak panahnya untuk beberapa saat. Dan kemudian menarik busurnya.

"[Judgment Arrow]".

Salah satu skill terkuat milik Ashe menghantam punggung monster itu. Panah yang dilepaskan tepat mengenai bagian dalam sisik punggungnya. Monster itu mengaum keras dan roboh ke tanah serta berubah menjadi butiran cahaya.

Saat sebelum panah itu menembus monster itu, Ash sempat untuk menjauhkan diri. Efek skill miliknya menghilang.

"Berhasil."

Ashe berlari menghampiri Ash dan memeluknya dengan erat.

"Kak Ash kita berhasil."

"Ashe..."

Wajah Ash sedikit memerah sebab adiknya memeluknya yang membuat payudara Ashe yang besar bersentuhan dengan badannya. Ashe sendiri tak bisa menyembunyikan rasa gembiranya.

* * *

Setelah mengalahkan monster itu, mereka memasukkan drop item yang telah mereka dapatkan kedalam sebuah karung kecil yang mereka bawa.

Ketika sedang memungut drop item itulah, Ashe menyadari seperti ada seseorang yang mengamati mereka dari balik pohon.

"(Apa mungkin penyihir itu? Tapi sepertinya itu tidak mungkin. Apa mungkin orang jahat?)"

Ash sedang mengikat karung kecil itu ketika melihat adiknya yang terlihat seperti sedang melamun.

"Ada apa, Ashe?"

"Gak ada apa-apa kok. Kak Ash, lebih baik kita cepat pulang."

"Ayo."

Ash mengangkat karung itu.

"Berat."

"Kak Ash biar kubantu."

Mereka berdua pun pulang sambil menjinjing karung itu bersama.

* * *

"Capek banget."

Sekumpulan slime itu benar-benar menyusahkan. Quest yang kuambil dari guild sebenarnya tidak menyangkut slime tetapi di perjalanan pulang, mereka menghalangi jalanku. Parahnya lagi jumlah mereka lumayan banyak. Mau tak mau aku harus menyingkirkan mereka.

Meskipun slime hanyalah monster cebol dan berwarna pucat tetapi bagiku mereka sangat menjijikan. Mereka memang lemah namun jika menempel ke tubuh, slime dapat meninggalkan jejak berupa bau dan lendir pada tubuh. Karena itulah aku benar-benar membenci slime.

Tetapi, terkadang dari slime kita dapat mendapatkan drop item yang berharga. Jika tingkat keberuntungan kalian tinggi, kalian dapat mendapat kristal atau permata langka. Namun peluang itu sangat kecil. Kristal ini harganya cukup mahal dan akan lebih mahal lagi apabila dibuat menjadi perhiasan.

Slime yang tadi kuhadapi tidak memberikan apapun padaku. Sebab mereka jarang sekali memberikan drop item. Jika sedikit beruntung mungkin kalian hanya akan mendapat sampah saja.

Quest yang kuambil merupakan quest permintaan, dimana aku harus mencari sepuluh buah tanaman Gomp. Tanaman yang termasuk jenis bunga ini memiliki khasiat sebagai obat yang dapat menyembuhkan beberapa macam penyakit serta dapat dengan mudah ditemukan di area field ini.

"Mana badanku juga bau. Setelah sampai ke rumah, aku harus langsung mandi."

Setelah sampai di kota, aku akan pulang dulu ke rumah untuk mandi kemudian melaporkannya guild sebagai langkah terakhir untuk menyelesaikan quest ini.

Setelah sampai di pinggiran hutan, kudengar suara pertarungan didepan. Mungkin itu petualang lain. Dugaanku benar, disana ada dua orang petualang. Namun aku tak pernah melihat mereka sebelumnya. Aku yakin mengenal seluruh petualang yang ada di kota.

Sebenarnya bukan itu yang menarik perhatianku. Perhatianku lebih tertarik pada rupa atau penampilan mereka yang benar-benar persis. Wajah mereka sangat mirip.

"Mereka saudara kembar?"

Aku memutuskan untuk mengamati mereka dari balik pohon.

Salah seorang dari mereka menggunakan sebuah pedang. Dia tidak kesulitan menghadapi monster dihadapannya. Lalu yang satu lagi, dia menggunakan panah. Anak panah yang dia lepaskan tidak pernah meleset. Dia juga selalu mendukung saudaranya dari belakang.

"Mereka hebat."

Setelah mengalahkan gerombolan Wolv itu, tiba-tiba dari arah hutan muncul monster lain, yakni Alberator.

Alberator memiliki perawakan yang mirip trenggiling. Namun dengan ukuran tubuh yang jauh lebih besar dan memiliki sisik di punggungnya Dia memiliki ekor berbentuk lancip selebar badannya. Ciri khasnya adalah dia memiliki tangan besar yang terbungkus semacam pelindung yang keras. Kuku tangannya juga tajam. Jika seorang diri, ia sulit dihadapi.

Tapi kenapa Alberator ada disini? Sebab ini ada di area terluar field, Alberator seharusnya ada di area yang lebih dalam.

Mereka melawan monster itu dan sepertinya kesulitan menghadapinya. Seharusnya jika berdua monster itu dapat dengan mudah dikalahkan. Mungkin apa karena mereka belum pernah melawannya?

Terlintas dalam pikiranku untuk membantu mereka. Kuputuskan untuk memberitahu mereka tentang kelemahan monster itu. Namun ketika aku akan keluar yang pengguna panah sudah berhasil mengenai punggung monster itu dengan panahnya. Dia sudah tahu kelemahan monster itu membuatku mengurungkan diri untuk keluar.

Mereka berhasil mengalahkannya. Kerja sama mereka sangat luar biasa. Mereka saling melengkapi satu sama lain. Sepertinya mereka selalu bertarung bersama. Aku benar-benar kagum padam mereka.

Aku masih berada di posisiku. Kulihat mereka sedang mengumpulkan drop item yang mereka dapatkan setelah mengalahkan monster-monster tadi. Mereka bersama-sama memasukkannya kedalam sebuah karung. Pada saat itulah, salah satu dari mereka ada yang menyadari keberadaanku.

"Gawat!"

Aku bereaksi dengan bersembunyi dibalik pohon. Aku merapatkan diri di batang pohon dan berusaha untuk tidak membuat suara sedikitpun. Jika dipikirkan, untuk apa pula aku bersembunyi?

Suara mereka menghilang. Setelah yakin, kuputuskan untuk keluar. Aku tidak melihat mereka, mereka sudah pergi.

"Mereka siapa ya?"