"Enak banget..."
Ash merendam hampir seluruh bagian tubuhnya kedalam sebuah bak mandi yang berisi air hangat.
Rambutnya yang panjang ia ikat, tentu saja agar tidak mengganggu. Tentang rambutnya yang panjang ini, ibunya melarang Ash untuk memotongnya. Tak tahu apa alasannya, hanya ibunya yang tahu.
"Berendam air hangat setelah seharian beraktivitas memang mantap."
Ash memejamkan kedua matanya.
"Hah..."
Ash menikmati air hangat yang meregangkan otot-ototnya yang kelelahan. Ia tersenyum puas. Tubuhnya merasakan kenyamanan yang begitu hebat serta kembali segar setelah seharian ini pergi ke area field bersama adiknya untuk berburu. Lalu hasil dari berburu itu mereka jual ke sebuah pasar khusus.
Selagi Ash menikmatinya, dari balik pintu kamar mandi, terdengar suara Ashe, adiknya Ash.
"Kak Ash, boleh aku ikutan?"
Tetapi tak ada jawaban. Ashe berinisiatif. Ia membuka pintu. Sehelai handuk berwarna putih menutupi tubuhnya. Sama seperti kakaknya, ia juga mengikat rambutnya.
Tanpa berbasa-basi, ia ikut mencelupkan dirinya kedalam bak mandi. Sebelumnya ia menaruh handuk yang menutupi tubuhnya pada sebuah gantungan yang mudah dijangkau dan terletak tepat disamping bak mandi itu.
Sekarang kakak adik itu ada didalam satu bak mandi yang sama. Bak mandi itu cukup besar sehingga muat untuk untuk mereka berdua.
"Enak... Banget..."
Tak lama, Ash menyadarinya. Ia merasa bahwa ia tak sendirian didalam bak mandi tersebut. Bak mandi itu terasa sempit dibandingkan sebelumnya. Ia juga merasakan sensasi hangat lain selain dari air hangat yang memenuhi bak mandi tersebut.
"Ashe kenapa ada disini?!"
Kata Ash kaget. Terlalu menikmatinya membuat ia tidak sadar Ashe sudah berada disampingnya, berendam bersama dirinya. Ia membalikkan posisinya membuat ia bersama Ashe saling berhadapan.
"Tadi Ashe udah nanya, tapi kak Ash gak jawab."
"Kenapa kamu tetap masuk? Kakak nggak ngejawab bukan berarti kamu boleh masuk."
"Soalnya tanggung. Masa' aku pakai baju lagi. Gak masalah 'kan? Kita berendam bersama, dulu waktu kita kecil bukankah kita sering melakukannya?"
"Kakak tahu, tapi kita ini sudah dewasa. Dan..."
Perkataan Ash belum selesai, namun ia tak sanggup untuk melanjutkannya. Ia malu untuk mengungkapkannya.
Bukannya ia tidak mau berendam bersama, meskipun penampilannya mirip perempuan ia tetaplah seorang laki-laki dewasa. Ia seorang laki-laki yang normal. Tertarik dengan lawan jenis.
Ashe seorang perempuan. Ia sudah dewasa. Tubuhnya telah berkembang sebagaimana perempuan semestinya. Untuk berendam, tentu saja ia telanjang. Tubuhnya tak ditutupi sehelai benang pun. Itulah yang membuat Ash segan untuk berendam bersama,
Melakukannya di waktu masih kecil masih wajar, namun jika sudah seperti saat ini, tetu saja sangat berbeda. Bagaimanapun meskipun mereka bersaudara, mereka tetaplah seorang laki-laki dan seorang perempuan.
Wajah Ashe tampak mengerti. Ia tahu apa yang dimaksud oleh kakaknya.
"Ashe nggak keberatan kok jika itu kakak. Ashe percaya kakak pasti gak akan ngelakuin hal-hal yang aneh."
"Meskipun kamu bilang begitu, kamu tahu kakak ini tetap seorang laki-laki."
"Aku tahu. Lebih baik kita lanjutkan saja berendamnya."
"Kamu seriusan?"
"Serius kok. Lagian Ashe yang mau."
Ash kembali berbaring disamping Ashe. Melanjutkan berendam air hangatnya yang sedikit terganggu meskipun dengan rasa sedikit terpaksa.
Beberapa waktu berlalu, mereka berdua menikmati berendam bersama dengan tenang. Tak ada sedikit keributan seperti sebelumnya.
"Ashe..."
"Ada apa kak Ash?"
"Rasanya kita sudah lama tidak berendam bersama."
"Benar juga. Sejak kita mulai dewasa, kita sudah tidak pernah melakukannya."
"Ya, tentu saja. Mana mungkin kita melakukannya."
"Dulu punya kak Ash kecil banget, aku penasaran sekarang seberapa ukurannya."
Kata Ashe sambil melirik pada area tempat bagian pribadi Ash berada. Ash reflek dengan menutupinya dengan kedua tangannya. Ashe melanjutkan dengan nada menggoda.
"Kak Ash, sekarang sudah sebesar apa?"
"Apa yang kamu bilang!"
"Ayo perlihatkan padaku."
"Ashe juga berbeda dengan yang dulu."
Kata Ash malu-malu. Ia memalingkan pandangannya, tak berminat menjawab pertanyaan Ashe sebelumnya.
"Iya. Payudaraku sudah membesar dan pinggulku juga lebih lebar."
"Ya jangan dibicarakan juga didepanku."
Wajah Ashe sedikit memerah.
"Eh, 'kan kak Ash yang memulainya."
Kata Ashe yang merasa bahwa ia tak bersalah dan melanjutkan.
"Kak Ash mau menyentuhnya?"
Suara sedikit lebih rendah atau sepeti berbisik namun dengan nada yang tetap menggoda.
"..."
Ash tak bisa berkata apa-apa.
"Ayo jangan malu-malu."
Ashe lebih menempelkan tubuhnya dengan tubuh kakaknya.
"Ashe hanya melakukannya untuk kakak seorang lho."
Ash merasa ini semakin gawat. Ia sudah tidak bisa melakukannya. Ia berdiri dan keluar dari bak mandi tersebut. Ia mengambil handuknya dan menyelimuti tubuhnya.
"Kak Ash mau kemana?"
"Kakak udahan. Ashe lanjutkan saja tanpa kakak."
"Kenapa udah selesai, bukannya kak Ash baru aja berendam?"
"Udah cukup kok."
Ash dengan cepat membuka pintu dan langsung menutupnya. Ashe masih berada didalam bak mandi. Ia melipat kedua tangannya diatas dinding bak mandi serta menempelkan dagunya.
"Dasar kak Ash..."
Ashe tertawa kecil dan tersenyum.