Chereads / Penculik yang memikat / Chapter 2 - PENCULIKAN HARI PERTAMA

Chapter 2 - PENCULIKAN HARI PERTAMA

San Fransisco, USA

Dalam ruangan yang kedap suara serta sangat sedikit penerangan, Ansel  diletakkan terikat pada sebuah kursi. Bius yang dia dapatkan memiliki efek samping yang cukup lama sekali. Hampir dua hari lebih dirinya tidak sadarkan diri juga.

Dua orang memakai pakaian serba hitam memasuki ruangan Ansel. Ketika mendapati Ansel yang masih menutup mata membuat salah satu mereka mengambil benda pipih dari dalam saku celana. Dia memanggil seseorang dengan benda tersebut. Setelahnya mereka berdua tampak mendiskusikan sesuatu, hingga beberapa menit kemudian suara derap langkah kaki semakin terdengar jelas di telinga mereka. Seorang wanita bertopeng memasuki ruangan tersebut. Ya, dia merupakan dalang dari penculikan ini.

Wanita itu memerintahkan kedua anak buah nya untuk membangunkan paksa Ansel. Salah satu dari mereka mengambil sebotol air mineral lalu menyiramkannya tepat di bagian wajah tanpa ada rasa kasihan. Bersamaan dengan itu juga Ansel terbangun dan merasakan pening yang luar biasa pada kepalanya. Matanya mulai membuka, namun ada sebuah kain yang menghalanginya. Ansel tahu jika matanya masih terpasang penutup mata. Ia memberontak, mencoba melepaskan ikatan tangannya dan ingin segera membuka penutup matanya.

Menyadari jika dia tak sendiri Ansel berteriak. "Lepaskan aku! Lepaskan aku!"

"Apa telinga kalian tidak berfungsi, hah?" bentak Ansel.

"Lepaskan aku!"

"Shut up!" titah salah satu anak buah itu.

"Can you speak English?"

Sedetik yang membuat Ansel menganggap bahwa dirinya saat ini berada dibawah alam sadar. Tidak mungkin dirinya diculik hingga sejauh ini.

Coba pikirkan bagaimana jika kalian menghadapi situasi seperti Ansel saat ini? Dia sama sekali bingung untuk melakukan suatu hal saat itu juga. Menangis pun rasanya percuma saja.

"Katakan kepadaku dimana kalian membawaku pergi?" tanya Ansel menggunakan bahasa Inggris. Meskipun tidak terlalu pandai berbahasa, namun menjadi seorang owner tentu membuat dirinya bisa mengerti bahasa orang asing.

"Lepaskan saja penutup matanya," ujar wanita itu.

Ketika penutup mata itu terbuka Ansel sempat menjajarkan matanya pada sekeliling, menyadari bahwa dirinya berada pada sebuah bangunan yang menyeramkan dan tidak terawat. Bau debu tercium jelas di hidungnya. Dia yakin jika bangunan ini telah lama tidak berpenghuni. 

Apakah ini adalah awal karma yang akan dia terima. Jika tahu seperti ini maka Ansel mungkin tidak akan melakukan hal buruk dimasa lalunya. Sayangnya semua sudah terlambat.

"Pria yang tampan. Sepertinya akan banyak wanita yang menyukainya kemudian menyewanya," pikirnya sambil menatap tubuh Ansel secara inci.

Wanita itu berbalik menatap dua anak buahnya. "Kerja kalian sangat bagus kalo ini. Tunggu saja, sebentar lagi aku akan mengirimi kalian upah yang sudah kita sepakati sebelumnya."

"Baik nona, kami permisi."

Kemudian mereka berdua pergi. Menyisakan dua orang yang tak saling kenal ini berada pada satu ruangan. Ansel sempat beberapa kali mengamati wajahnya yang tertutup topeng. Dia pikir bisa saja Monika yang menjelma saat itu.

Wanita itu duduk tak jauh dari Ansel berada. Dengan santai ia memainkan gadgetnya. Ansel dapat melihat mata tajam wanita itu dari balik topengnya. Sepertinya ia jauh lebih berbahaya dari Monika. Tak ingin diam saja Ansel mencoba berkata sesuatu agar bisa terlepas darinya.

"Aku tahu jika aku seorang pria ber-uang. Kau bisa meminta berapapun nilainya asal kau melepaskan ku. Aku harap kau tidak bermain-main dengan diriku, sebab kau akan mendapatkan balasan yang lebih mengerikan jika sampai berani melakukannya."

Wanita itu tak menggubris perkataan Ansel "Dengarkan aku, kau mau uang berapa?"

Ia melirik Ansel namun, hanya sebatas melirik tidak bereaksi apapun.

Karena wanita itu tetap fokus pada gadgetnya Ansel tidak mau berhenti begitu saja.

"Aku adalah Ansel Brady Liam. Seorang owner ternama di Indonesia. Aku ingatkan kembali kepadamu agar tidak menyepelekan diriku!"

Bibirnya tampak tersenyum menyeringai. Dirinya seolah merendahkan ucapan pria itu.

"Aku tidak peduli siapa dirimu itu. Yang jelas saat ini aku adalah bos mu dan kau adalah anak buahku. Jadi jangan pernah sekali-kali kau membantai perintahku."

Ansel menendang-nendangkan kakinya, padahal semua hal itu percuma. Hanya membuang tenaga saja.

"Jangan memberontak. Tetap tenang seperti itu. Aku tidak mungkin menyakitimu jika kau mau menurut denganku. Paham?"

"Cih!" Ansel meludah sembarang. "Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menuruti dirimu. Kau pikir siapa dirimu?"

Wanita itu berjalan beberapa langkah ke depan dengan kedua tangan yang dia umpat kan di belakang. Alih-alih Ansel bersiaga, takut jika hal buruk akan dilakukan olehnya.

"Kau pikir baik-baik saja ucapanku.  Jika memang dirimu tidak ingin terluka maka cukup menurut saja. Lagipula sesuatu yang akan kau turuti itu mungkin menjadi suatu kenikmatan dihidup mu," ungkapnya memperjelas.

"Bodoh! Dengan menculik ku kau justru akan kehabisan banyak uang. Lebih baik jika kau melepaskan ku dan aku yang akan membayar uang tebusan kepadamu."

"Tapi sayangnya kaulah yang bodoh. Tubuhmu jauh lebih menarik dan menghasilkan banyak uang untuk ku. Aku yakin hartamu tidak cukup sama dengan penghasilan yang akan kudapatkan nantinya."

Ansel mencoba menggerakkan wajahnya dengan kasar ketika tangan wanita itu membelai wajahnya. "Baik-baik di sini, sayang. Setelah hari ini kau akan mendapatkan lebih banyak belain yang menghasilkan uang."

"Apa maksudmu?"

"Menjadikanmu seorang Rent boy. Aku tahu kau sangat menyukai hal ini bukan?"

Mata pria itu menajam. Tidak akan dia biarkan harga dirinya terjatuh begitu saja. "Suka? Aku bahkan sangat  merasa jijik ketika kau menyentuhku."

Wanita itu bangkit dari jongkok nya sambil tertawa ringan. "Jika dirimu tidak suka dengan hal seperti itu, maka tidak mungkin kau bisa berada di sini."

"Kau senang bermain dengan banyak wanita bukan? Besok kau akan mendapatkan nya. Tak perlu repot-repot untuk membayar justru kau yang akan dibayar."

Ternyata benar dirinya akan dijadikan seorang pelacur pria. "Aku tidak akan pernah mau melakukan itu!"

"Jika benar bahwa dirimu tidak suka berada diposisi seperti ini, seharusnya dirimu tidak melakukan hal buruk dengan para wanita saat itu. Sudahlah, terima saja nasibmu sekarang. Anggap saja semua ini adalah bagian dari keinginanmu yang tercukupi tanpa syarat. Bersiaplah untuk esok hari, dunia dan permainan baru akan menyambut mu," pungkasnya sebelum akhirnya dia berbalik badan untuk pergi.

"Tunggu! Aku tidak mau menjadi pelacur!"

"Hai wanita sialan! Dengarkan aku!"

Percuma saja Ansel berteriak dan memberontak, sebab wanita itu telah meninggalkan nya sendiri dan mengunci pintu ruangan itu rapat-rapat. Sekarang Ansel menjadi seorang diri. Sebenarnya dia ingin melawan tapi sayangnya hal itu tidak mungkin terjadi melihat bagaimana  kondisinya  sekarang. Ansel sudah merasakan lemas sekarang, mungkin saja itu efek dari beradu argument tadi. Suara nyaring berasal dari perutnya terdengar. Sejak dirinya diculik beberapa waktu yang lalu, belum ada sesuap makanan yang mengisi kekosongan perutnya.

Selain menerima keadaan begitu saja, Ansel hanya bisa menutup kedua kelopak matanya untuk terlelap tidur. Dalam keadaan yang sunyi itu dia berharap akan ada keajaiban nantinya. Semoga saja.