Orang tua itu tertawa lepas sambil menepuk-nepuk pundak Gentar, "Ha ... ha ... ha..."
Kemudian, orang tua itu berkata lirih, "Tidak usah banyak berterima kasih kepadaku! Aku pun jika tidak banyak urusan pasti mau menemanimu untuk mencari keberadaan ayahmu."
Gentar tersenyum dan meraih tangan Ki Wiralada, dengan sikap ramah dan santun, Gentar mencium telapak tangan pria senja itu.
"Hei! Apa yang kau lakukan? Aku ini bukan kyai atau pandita!" Ki Wiralada menarik tangannya.
"Aku sangat menghormatimu, Ki. Kau sudah aku anggap sebagai guruku," ujar Gentar meluruskan pandangannya ke wajah sang pendekar sepuh itu.
Ki Wiralada tersenyum dan mengelus lembut pundak Gentar. Setelah itu, ia langsung bangkit dan berpamitan kepada Gentar Almaliki Dewi Rara Sati. Lalu berjalan meninggalkan warung tersebut tanpa berbasa-basi lagi.