Beberapa saat kemudian, terdengar suara pekikan disertai semburan darah segar dari tubuh para pendekar tersebut yang terluka oleh sabetan pedang pusaka milik Gentar. Hingga mereka pun binasa dalam hitungan detik.
Akan tetapi, Wana Aji dan para pendekar yang masih bertahan tampaknya tidak menghiraukan hal tersebut. Mereka malah mengepung Gentar lebih ketat lagi, dan semakin beringas dalam melakukan serangan.
Yang berada di barisan terdepan binasa, namun yang ada di barisan belakang maju dan melakukan serangan bertubi-tubi terhadap Gentar Almaliki. Mereka tak kenal lelah, maju terus tidak menyerah, meskipun sudah tahu bahwa Gentar sukar dikalahkan.
Gentar terus bertarung dengan menggunakan pedang pusaka miliknya, sudah tentu ia banyak mengeluarkan tenaga. Sehingga, ia pun mulai kelelahan.
Dalam kondisi demikian, tiba-tiba terdengar suara bentakan amat keras, "Menyerahlah kau Anak muda!" seru Wana Aji terbang bak seekor burung elang melayang ringan memburu Gentar.