Chereads / Jodoh Dari Tuhan / Chapter 5 - Orang Kaya Songong

Chapter 5 - Orang Kaya Songong

Shintia terlihat sibuk dengan alat pengukurnya, dia berada di salah satu sudut butiknya bersama sepasang calon pengantin yang mempercayai dirinya untuk membuatkan gaun pengantin untuk mereka. Pernikahan yang akan mereka selenggarakan bulan depan, dan Shintia harus merampungkan tugas itu secepatnya.

Shintia telah selesai mengukur sang pria dan kini giliran sang wanita yang berdiri mematung di depannya. Shintia mulai mengukur tubuh gadis itu, dimulai dari lingkar lengannya, lalu pinggang serta dada. Dan bagian lain guna keperluan Shintia, untuk membuatkan gaun pengantin untuk kliennya yang bernama Anita dan Angga.

Sementara di sampingnya juga ada sekertaris Shintia yang bernama Nina. Nina mencatat hasil dari ukuran Shintia tadi di sebuah buku nota. Dan acara pengukuran ini pun selesai, kedua calon pengantin itu berpamitan dari sana.

Shintia merasa tiba-tiba pusing dan hampir saja jatuh, beruntung ada Nina yang mengetahuinya dan lekas membantu Shintia untuk duduk di bangkunya.

"Kenapa Bu, apa Ibu sedang sakit?"

Nina tampak khawatir, apalagi dari tadi dia juga sudah melihat ada yang berbeda dari atasannya itu. Sejak awal Shintia sudah terlihat pucat, seperti tengah memikirkan sesuatu. Nina memperhatikannya sedari awal, tapi untungnya Shintia bisa mengerjakan pekerjaan dia dengan baik.

Shintia menggeleng pelan. "Aku cuma sedikit pusing, tapi sudah baikan kok."

"Ibu mau saya siapin makan, atau ibu sudah janjian makan bersama Tuan Kavin?"

Nina yang sudah bekerja dengannya cukup lama, memang sudah hapal sekali jadwal Shintia. Biasanya Shintia minta siapkan makan pada Nina dan lebih seringnya keluar bersama Kavin untuk makan siang bersama.

"Makasih Nin, tapi aku lagi nggak pengen makan, aku mau istirahat di sini aja."

Namun Nina memang tidak tahu apa yang terjadi antara dia dan Kavin. Saat pagi tadi Kavin datang dan menyatakan cintanya pada Shintia, tapi Shintia menolaknya.

Lalu Nina pun beranjak meninggalkan Shintia, membiarkan atasannya itu beristirahat sendiri seperti yang dia inginkan.

Shintia merasa kasihan pada Kavin. Namun dia juga merasa tidak melakukan kesalahan, dia berkata jujur jika dia tidak bisa menerima pinangan Kavin.

Karena ada orang lain yang Shintia cintai dan Shintia selalu menunggu laki-laki itu pulang kembali ke Indonesia. Sudah hampir tiga tahun dia pergi ke luar negeri untuk belajar, meraih pendidikan yang lebih tinggi lagi. Dia adalah Pangeran.

Sejak mengenal Pangeran di bangku SMA yang sama, Shintia memang sudah melihat karakter laki-laki itu yang pintar. Pangeran yang tidak pantang menyerah agar mendapatkan nilai bagus, dia tidak seperti kebanyakan siswa yang lain. Yang hanya memanfaatkan kekayaan yang dimiliki untuk membeli nilai. Namun Pangeran selalu ingin menjadi yang terbaik, itu yang membuat Shintia sangat jatuh cinta padanya.

Shintia yang terakhir kali melihat Pangeran saat mengantarkan dia di bandara. Pangeran memeluknya membuat hatinya sangat berbunga dan perasaan itu seakan masih diingat kuat oleh hatinya.

Shintia akan tetap menunggu Pangeran datang, meski dia tidak tahu bagaimana perasaan Pangeran. Namun Shintia yakin Pangeran juga memiliki perasaan yang sama dengannya.

*

*

Geisha tiba di rumahnya. Dia melihat Hana masih betah berada di bawah selimutnya. Geisha tidak ingin menggangu temannya itu. Dia pun menuju toilet guna membersihkan seluruh tubuhnya. Setelah selesai dia menyeduh air panas dan membuat cappucino. Dia duduk di sofa yang ada di ruang tamu kecil mereka, lalu menyesap air itu sedikit demi sedikit.

Emmmmh ... Geisha menikmati sensasinya.

"Sudah pulang lo." Hana tiba-tiba datang menghampiri Geisha.

"Sudah dari tadi, lo-nya aja yang masih di kasur aja," sahut Geisha.

"Gue kan cuma menikmati libur gue," seloroh Hana sambil duduk di samping temannya.

"Oya Sha, gimana interview lo, di terima?" tanya Hana lagi.

Sebelum menjawab pertanyaan Hana, Geisha menyeruput cappucinonya. "Boro-boro diterima, ketemu Pak Rian aja enggak. Gue terlambat, Na," ungkap Geisha.

"Hah kok bisa, bukannya lo berangkat jam sepuluh ya. Harusnya lo udah sampai sebelum jam sebelas. Gue aja cuma butuh waktu setengah jam buat sampai di bread moments. Apalagi elo yang pakai motor kaya orang kesurupan," papar Hana panjang lebar.

"Gue ketemu orang songong sampai baju gue kotor semua."

Wajah Geisha tampak sedih dan juga dengan bercampur rasa kesal di hatinya. Karena dia bertemu dengan laki-laki bermobil mewah, tapi sangat mengesalkan. Dia membuat hari Geisha buruk hari ini.

"Orang songong siapa, terus kenapa baju lo kotor, Sha?" Hana tampak tidak mengerti.

"Gue liat ada kucing di tengah jalan lalu gue turun aja buat minggirin tuh kucing. Eh malah ada mobil yang lewat, ban mobilnya menginjak kubangan air. Gara-gara itu baju gue basah dan kotor, gue nggak terima dong. Terus gue lempar aja batu ke mobilnya dia dan dia berhentiin mobilnya."

Terdengar Geisha bercerita panjang lebar pada Hana yang setia mendengarkan.

"Lo tahu apa yang dia lakuin?" tanya Geisha, Hana menggeleng.

"Dia marah-marah ke gue, dia bilang gue miskin, modus, dan lebih parahnya dia melempari gue dengan uang dia."

"Hah apa, uang, Sha?" Mata Hana tampak membulat jika mendengar soal uang.

"Iya gue dilempari uang, Na. Jangan bilang kalau lo menanyakan uang itu di mana!"

"Iya dong mana uangnya."

"Lo tuh ya teman dapat hinaan lo malah nanyain uang."

"Nggak papa lah Sha, anggap uang itu buat ganti rugi baju lo yang kotor."

Geisha tidak menghiraukan temannya, dia kembali menyesap cappucino yang tersisa sedikit itu hingga tandas. Kalau dipikir-pikir uang yang berjatuhan di tanah tadi sangat lah banyak. Dan jika Geisha menerima uang darinya, tentu Geisha bisa bersantai sebelum dia bisa mendapatkan pekerjaan baru. Terutama hutang-hutangnya bisa dia bayar. Segala hutangnya yang sudah tercipta sejak dia masih bekerja hingga hutangnya kian bertambah setelah sebulan ini dia menganggur.

Tidak. Geisha menggeleng.

"Terus gara-gara itu lo terlambat, kenapa juga lo pakai ada acara nolongin kucing itu segala. Gue yakin tuh kucing akan berjalan sendirinya ke tepi kok."

"Ya Allah, Hana, gue memang miskin, tapi gue masih punya rasa kasihan. Gue takut kalau ada pengendara lain yang nabrak tuh kucing. Gue akan merasa berdosa karena gue nggak berusaha minggirin dia dari jalan."

"Iya lo tuh memang cewek miskin yang baik hati," puji Hana.

"Intinya ini semua salah tuh cowok berserta mobilnya. Memang ya, orang kaya pada songong semua."

"Lah bukannya lo pengen jadi kaya raya ya," celetuk Hana.

"Iya bener lo, tapi gue akan minta maaf kalau gue salah. Jadi bedakan!"

"Iya-iya."

"Oya, Na. Kata Sela gue coba aja buat ke sana lagi. Tapi gue nggak yakin, gue kan dipanggil interview kemarin."

"Nanti gue coba buat ngajuin lo lagi ya, gue bilang aja lo ada halangan jadi nggak bisa ke sana tadi."

"Oke, Na."

"Lo tenang aja, gue masih punya simpanan kok. Lo pakai aja dulu, kalau lo udah gajihan bisa lo ganti."

"Ya Allah terimakasih sudah memberi hamba teman sebaik dan secantik Hana."

Geisha terdengar tulus, sementara Hana malah tertawa mendengarnya.

Bersambung ....