Chereads / Jodoh Dari Tuhan / Chapter 8 - Masih Berusaha

Chapter 8 - Masih Berusaha

Tiba-tiba seseorang membangunkan Geisha yang tengah tertidur lelap.

"Apa-an sih, Na?" Geisha dengan mata yang setengah terpejam.

"Ini handphone siapa, kok ada dimeja?"

Terlihat Hana dengan sesuatu di tangannya, yaitu handphone mahal milik Kavin. Tentu Hana kaget melihat ada benda yang tidak biasa ada di gubuk mereka.

"Astaga Hana! Gue kira apa-an,"  seloroh Geisha.

"Geisha, handphone ini mahal banget," terang Hana.

"Oya," ucap Geisha biasa. "Gue mau tidur.

"Tunggu dulu, ini handphone siapa, kok bisa ada di sini, Sha?"

Geisha pun menceritakan kejadian awal hingga akhir. Lalu Hana tampak kaget mengetahui jika handphone itu milik laki-laki yang diceritakan oleh Geisha kemarin. Hana bertambah yakin jika orang yang telah membuat Geisha benci itu adalah orang kaya.

"Ya ampun Sha, ini hp bisa bayar gajih kita berbulan-bulan."

"Iya emang kenapa sih, nanti gue mau balikin sama dia setelah puas mainin dia."

"Kalau saran gue, lo balikin terus minta imbalan sama dia," cetus Hana.

"Enggak, titik."

"Susah deh ngomong sama cewek keras kepala kaya lo," ujar Hana menyerah.

Hana bergerak menuju kasurnya dan berbaring di sana.

"Terus gimana soal Pak Rian, lo udah ngomong sama dia?" tanya Geisha pada Hana.

"Kata Pak Rian, dia akan pertimbangkan lo lagi, nanti dia akan manggil lo interview. Tapi mungkin nggak dalam minggu-minggu ini Sha. Pak Rian mau keluar kota."

Geisha hanya diam setelah mendengar perkataan temannya. Geisha sedikit kecewa, dia berharap dia bisa bekerja secepatnya. Namun sepertinya dia harus mencari lagi besok. Dia tidak ingin menunggu, sementara dia tidak mau terus-menerus merepotkan Hana.

***

Geisha masih terpaku di tempat tidurnya, dengan posisi duduk dan kaki yang diluruskan. Hana baru saja pergi ke bread moments karena jadwal shift siangnya sudah berakhir, kini dia masuk shift pagi. Jam delapan pagi dia sudah harus tiba di sana.

Geisha meraih handphone yang ada di samping bantalnya. Dia membuka aplikasi berwarna biru. Dia langsung menuju grup lowongan pekerjaan dan membukanya. Dia menggulir ke atas, terlihat berbagai informasi yang terpampang di sana. Hingga dia menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya.

'Di cari karyawan untuk membantu saya, gajih bisa dibicarakan, serta bisa dibayar dimuka. Jika berminat langsung datang ke ...'

Awalnya Geisha tidak tertarik karena merasa lowongan pekerjaan itu tidak jelas. Namun dia membacanya saja sampai habis. Hingga tiba-tiba dia malah tertarik untuk ke sana. Tidak ada salahnya kan dia berusaha terlebih dahulu. Siapa tahu dia cocok dengan pekerjaan itu dan dia bisa nego gajih, apalagi jika bisa dia ingin mengambil gajinya terlebih dulu. Barang separuh saja.

Geisha pun bergegas meninggalkan benda pipih itu dan menuju kamar mandi, guna membersihkan dirinya yang murni dari bangun tidur.

***

Terlihat Shintia sedang berdiri di depan sebuah gaun pesta berwarna peach, bersama beberapa gadis muda. Tiga orang gadis itu baru saja datang dan memintanya untuk memilihkan mereka baju yang akan mereka kenakan ke pesta besok malam.

"Sepertinya gaun ini sangat cocok buat lo, Gin," ujar gadis yang berambut merah.

"Tapi gue kurang srek sama warnanya," pikir gadis yang sepertinya bernama Gina.

"Aku masih punya banyak koleksi gaun, silahkan kalian liat-liat dulu," tawar Shintia dengan ramah.

Mereka bertiga mengiyakan, lalu Shintia membawa mereka melewati gaun pengantin yang terpajang di etalase kaca. Mereka menuju suatu sudut yang memajang beberapa buah gaun di manekin. Shintia begitu ramah dan sabar menemani mereka melihat dan menjawab pertanyaan mereka.

Namun tiba-tiba tiga orang gadis itu tampak tidak fokus pada gaun lagi, mereka malah seperti terpesona memandang ke arahnya. Namun Shintia cepat sadar dan berbalik ke belakang. Terlihat seseorang yang berdiri dengan melipat kedua tangannya beberapa langkah dari mereka.

Kavin berdiri tampak acuh dan dingin. Dia melihat ke arah Shintia yang tampak sibuk dengan beberapa orang, dia pun memilih untuk menunggunya. Hingga Shintia menyadari kehadiran Kavin, lalu dia memanggil sekertarisnya untuk menemani gadis-gadis itu memilih gaun pesta yang mereka sukai.

Setelah Nina datang, Shintia pun pamit pada mereka. Ketiga gadis itu tampak tidak rela karena Shintia yang mengajak laki-laki tampan itu pergi dari mereka. Mereka yang menatap Kavin sambil histeris karena ketampanannya, hingga laki-laki itu hilang dari pandangannya. Lalu mereka pun hanya bisa gigit jari.

"Ada apa?"

Pertanyaan itu lah yang terlontar dari bibir Shintia setelah mereka sampai di meja kerja wanita itu. Tatapan Kavin yang selalu santai dan tampak tenang.

"Aku mau minta maaf," ucap Kavin.

Shintia tersenyum. "Tentu aku sudah maafin kamu."

Shintia sudah mengenal Kavin sejak kecil, mereka sudah melalui banyak hari bersama. Tentu semua itu tidak akan berubah hanya karena masalah kemarin. Justru dia bersyukur karena Kavin sudah menyadari kesalahannya.

"Terima kasih."

Shintia mengangguk mendengar ucapan Kavin.

"Shin, aku mau mengajak kamu untuk dinner malam ini."

Wajah Kavin tampak penuh dengan harapan. Dia ingin Shintia menerima ajakannya untuk pergi bersama. Ke suatu tempat yang romantis dan dia akan mempersembahkan hal yang luar biasa untuk gadis itu. Dia ingin memberikan kejutan romantis untuk Shintia. Berharap kali ini Shintia mau menerima cintanya, sekaligus mau menjadi istrinya.

Namun Shintia menggeleng, entah kenapa perasaan dia masih tidak enak pada Kavin. Shintia masih menyangka jika Kavin belum sadar atas kesalahannya, dan dia masih berusaha untuk meluluhkan hati Shintia. Hingga Shintia tidak ingin pergi bersamanya.

"Please, kamu mau ya."

Kavin mengeluarkan paper bag dan memberikannya pada Shintia. Walaupun berat, tapi Shintia menyambutnya. Dia melihat sebuah gaun berwarna putih yang tampak indah terlipat rapi di dalamnya.

"Aku sudah nyiapin baju buat kamu, walaupun aku tahu kamu perancang gaun yang hebat. Tapi aku memilihkan baju itu langsung buat kamu, Shin."

"Vin, buat apa kamu ngajak aku dinner dan memberikan baju ini?"

Shintia tampak cemas dan jauh dari kesan senang karena pemberian dari Kavin. Kemarin Kavin memberikannya cincin dan sekarang dia datang dan meminta maaf. Namun Kavin malah memberikan dia gaun dan mengajaknya untuk pergi. Sekarang Shintia jauh tidak mengerti dengan maksud Kavin.

Mungkinkah dia tidak mengerti ucapannya kemarin. Jika Shintia tidak bisa menerima permintaan Kavin untuk menikah dengannya, dan apakah Kavin tidak mendengar jelas. Jika ada seseorang yang Shintia sangat cintai. Sementara dengan Kavin, Shintia care. Namun Shintia hanya menyayangi Kavin sebagai adiknya.

Dan cincin yang kemarin Kavin tinggalkan begitu saja, masih tersimpan di laci kerjanya. Dia ingin mengantarkan langsung pada Kavin, tapi Shintia masih sangat sibuk dengan pekerjaannya.

"Aku ingin bicara sama kamu dari hati ke hati," tutur Kavin.

"Jika yang kamu maksud adalah membahas tentang kemarin, semuanya sudah jelas, Kavin."

Bersambung ....