Setelah menjalani interview, akhirnya Geisha pun bisa meninggalkan predikat pengangguran yang sudah sebulan ini dia emban. Hari ini adalah hari pertama Geisha bekerja di bread moments, dia memang beruntung karena pak Rian menerimanya. Setelah sempat gagal interview karena insiden pertemuannya dengan Kavin.
Sudah tiga hari sejak Geisha membantu Kavin, dia sudah tidak pernah bertemu lagi dengan laki-laki itu. Seperti doa Geisha, jika masalah Kavin sudah selesai. Atau sudah bisa dia atasi sendiri, mungkin juga dia menemukan wanita yang pas untuk menjadi istrinya.
Namun saat Geisha berbalik ingin melayani pembeli dia dikagetkan dengan kemunculan Kavin di depannya. Geisha berusaha tenang, karena mungkin saja Kavin ke sini untuk membeli roti. Bagaimana bisa dia menyangka Kavin ke sini untuk mencari dirinya, memangnya Geisha siapa, dia hanya Upik abu.
"Silakan, Tuan."
"Geisha, gue mau bicara sama lo."
"Kalau Tuan tidak ada keperluan, tolong pergi dari meja kasir. Agar yang di belakang bisa saya layani."
Geisha tidak menghiraukan perkataan Kavin. Ternyata Kavin ke sini memang ingin menemui dirinya. Namun Geisha merasa dia sudah tidak punya urusan apa-apa lagi dengan Kavin.
"Gue nggak mau pergi," tandas Kavin.
Perkataan Kavin spontan membuat Geisha menatap ke arahnya tampak kesal. Kenapa dia datang lagi apalagi di saat Geisha tengah sibuk seperti ini, dia menjadi tidak enak dengan pembeli lain yang sedang antri di belakang Kavin.
"Tunggu gue selesai bekerja, gue akan nemuin lo."
"Gue tunggu di depan lima menit," jelas Kavin.
"Hah lima menit, lo pikir toko ini punya gue. Gue belum istirahat, gue bilang tunggu gue selesai."
Kavin hanya mengangkat alisnya membuat Geisha tidak mengerti. Kemudian Kavin sudah berlalu dari hadapan Geisha. Geisha pun melanjutkan pekerjaannya melayani seorang laki-laki yang membawa beberapa buah roti untuk dibayar.
Namun tidak lama Sela datang dan menyuruh Geisha untuk ke depan. Sela mengatakan dia disuruh pak Rian untuk menggantikan Geisha agar dia bisa menemui tamu yang ingin bertemu dengannya.
"Nggak usah Sel," cegah Geisha.
"Ini perintah Pak Rian, lo pergi aja ke depan sana."
Geisha terpaksa menurut dan dengan perasaan kesal menuju keluar. Terlihat Kavin berdiri di halaman bread moments. Geisha pun menuruni beberapa anak tangga dan menghampiri Kavin.
"Mau lo apa sih, kenapa lo ganggu gue lagi. Jangan sampai gara-gara lo, hari ini jadi hari pertama dan terakhir gue kerja!" gerutu Geisha.
"Enggak mungkin, gue bisa beli toko ini kalau lo mau,"cetus Kavin.
"Oh, enggak terima kasih. Cukup dengan lo pergi dari sini, maka gue bisa balik buat kerja lagi."
Laki-laki tampan itu menatap Geisha, membuat Geisha menghindar dan membuang wajahnya. Dia merasa ada yang Kavin inginkan lagi darinya dan dia tidak ingin sampai terpengaruh lagi olehnya.
"Gue mau minta bantuan lo, Sha." Wajah ganteng Kavin tampak mengiba.
Geisha memutar bola matanya seolah bosan pada Kavin. Dia pikir pertemuan mereka kemarin adalah kali terakhir Geisha melihat wajahnya. Bahkan saat Geisha mengembalikan handphone milik laki-laki itu, Geisha pikir itu adalah akhir dari segalanya. Dan mereka tidak mungkin bertemu lagi.
"Apalagi sih mau lo?" tanya Geisha.
"Temenin gue ke pesta," pinta Kavin tampak seperti sebuah perintah.
"Gue nggak bisa," putus Geisha.
"Sekarang lo pergi, gue mau kerja."
Saat Geisha ingin melangkah masuk ke dalam, Kavin menarik tangannya. Geisha melihat orang-orang yang ada di sekitarnya memperhatikan mereka. Khususnya Kavin, mereka seperti mengenal Kavin hingga tampak berdecak kagum. Dan beberapa gadis yang kebetulan bersantai di sana juga tampak histeris melihat Kavin.
Ini membuat Geisha tidak nyaman, hal privasinya terasa terancam. Dia hanya ingin bekerja dengan sungguh-sungguh sekarang, agar dia bisa menggapai mimpinya. Yang entah kapan terkabul.
"Lepasin gue," ujar Geisha pelan. Namun penuh penekanan.
Spontan Kavin melepaskan tangan Geisha. "Tolong gue!"
"Gue ini cewek miskin, gue nggak ngerti pesta. Gue harap lo nggak maksa gue, Vin."
"Lo cuma datang bersama gue ke sana, itu aja."
"Kenapa harus gue?"
"Karena elo pacar gue."
"Pacar bohongan dan itu sudah berakhir kemarin, lalu kenapa elo malah minta gue bersandiwara lagi sih?"
"Tolong gue sekali ini lagi, dan gue janji nggak akan ganggu lo lagi."
Netra Kavin menusuk tepat di netra Geisha yang hampir saja terhipnotis karenanya. Namun dia cepat sadar, jika Kavin bisa saja akan datang lagi dan memohon bantuannya. Sementara Geisha tidak ingin berurusan lagi dengan keluarga kaya itu.
"Sorry, Vin, tapi gue nggak bisa."
"Gue mohon Sha tolong gue, lo ingatkan bagaimana dulu gue nolongin lo dari laki-laki itu."
Lagi-lagi Kavin mengungkit masalah itu. Iya, Geisha tahu, jika Kavin sangat berjasa karena telah menyelamatkan hidupnya. Namun Kavin terus saja membicarakan kejadian itu. Apa dia tidak tahu Geisha tidak ingin mengingatnya lagi. Geisha tahu Kavin hanya ingin minta tolong padanya. Namun bukan dengan mengungkit kejadian itu lagi. Kejadian yang mati-matian ingin Geisha lupakan.
"Kenapa nggak sekalian aja lo biarin gue kemarin, ha. Dari pada lo terus mengungkit itu dan membuat gue sakit hati."
Kavin terdiam dan saat itu lah Geisha beranjak pergi kembali ke dalam. Terlihat Kavin hanya bisa pasrah memandangi langkah Geisha. Dia tidak bermaksud menyakiti Geisha dan mengingatkan gadis itu tentang kejadian kemarin. Namun dia terpaksa agar Geisha mau menolongnya.
Eeggghhhhhh, Kavin tampak geram. Harusnya dia tahu, sekali sandiwara ini dimulai maka seterusnya sandiwara ini akan berlangsung. Dan mungkinkah Kavin telah salah karena melibatkan Geisha.
*
*
Geisha berada di ruangan khusus karyawan, tempat beristirahat jika waktu istirahat sudah tiba. Namun sekarang Geisha bersiap untuk pulang, dia mengambil tasnya di meja dan berpamitan pada beberapa rekan kerjanya yang ada di sana.
"Geisha!"
Tiba-tiba terdengar teriakan dari seseorang yang sangat dia kenal, siapa lagi kalau bukan Hana. Hari ini Hana masuk shift siang.
"Ada apa sih, Na?" tanya Geisha pada Hana yang tampak bersemangat memanggilnya.
"Di luar ada Kavin nungguin lo," cerita Hana.
Hah Kavin, bukannya Kavin sudah pulang? Geisha tampak berpikir.
"Kayaknya impian lo untuk jadi tajir bakal jadi kenyataan," ujar Hana.
"Maksud lo apa," tegur Geisha.
"Lo sama Kavin lah, kalau lo sampai jadi sama dia. Pasti hidup lo akan berubah derajatnya, Sha."
"Sayangnya gue nggak tertarik sama dia."
"Sok jual mahal lo," cibir Hana.
"Denger ya Kavin nggak suka sama gue dan gue juga nggak suka sama dia."
"Nggak mungkin lo nggak tertarik sama cowok yang berwujud pangeran kaya Kavin. Dan nggak mungkin Kavin nungguin lo kalau dia nggak suka sama lo, Sha."
"Lebih baik lo bersiap kerja dan berhenti mikirin soal nggak penting itu."
Terlihat Hana memanyunkan bibirnya sambil melihat Geisha yang berlalu dari pandangannya.
Bersambung ....