Geisha beranjak menuju ruangan pak Rian setelah dia dipanggil untuk ke sana.
"Ada apa Pak, katanya saya dipanggil?"
"Saya cuma mau bilang kalau besok kamu libur."
"Hah libur? Tapi saya baru saja masuk, Pak."
"Nggak apa-apa, beneran kamu libur," sahut pak Rian.
"Tapi kenapa, bukankah saya boleh libur setelah sebulan bekerja?"
"Pokoknya kamu libur, pagi minggu kamu boleh bekerja lagi."
Pak Rian mengangkat tangannya mempersilakan Geisha untuk menuju pintu dan meninggalkan ruangannya. Geisha pun terpaksa menurut, dia keluar dari ruangan bosnya itu.
Kemarin dia diizinkan meninggalkan pekerjaan untuk menemui Kavin dan sekarang dia diliburkan dari pekerjaannya untuk pergi bersama Kavin. Kalau seperti ini Geisha merasa tidak enak, dia ingin bekerja sungguh-sungguh. Memangnya Kavin siapa hingga dia bisa memerintah orang seenaknya.
Sekalipun Kavin adalah penguasa bumi ini, Geisha tetap tidak setuju dengan caranya. Geisha adalah gadis yang bertanggung jawab, tidak seharusnya Kavin membuat dia lepas dari kewajibannya.
Geisha melangkah di dalam toko yang baru saja tutup, terlihat masih ada beberapa karyawan yang beberes.
"Kenapa lo, Sha?" tanya Hana.
"Kata Pak Rian besok gue libur," terang Geisha.
"Wah hebat banget lo, baru masuk sudah libur aja, mana bos lagi yang ngasih tahu."
Terdengar suara Sela menimpali pembicaraan antara Geisha dan Hana. Lalu Sela berlalu dari hadapan mereka menuju arah dapur.
"Beneran, kok bisa?" tanya Hana heran.
"Gue rasa ini ulah Kavin," tebak Geisha.
"Oh iya besok malam kan elo mau pergi sama dia, nggak diragukan lagi deh. Pasti Kavin itu orang yang hebat sampai bisa minta izin sama Pak Rian."
"Benar-benar ya Kavin, sudah bikin gue nggak enak sama Pak Rian dan anak-anak yang lain."
"Sudah, Sha cuekin aja, Pak Rian juga yang ngasih lo izin."
Kemudian Geisha dan Hana pulang bersama dengan menaiki motor Geisha, karena mendapatkan shift yang sama mereka memutuskan untuk menaiki satu motor.
Mereka sampai di rumah, menyalakan saklar lampu. Lalu membersihkan diri secara bergantian dan setelah selesai beristirahat di kasur masing-masing. Hingga tidak lama mereka tertidur pulas.
Waktu pun berputar, hingga terdengar alarm dari handphone Geisha. Alarm yang memang disetel Geisha untuk membangunkan dia shalat subuh. Geisha pun bangun untuk shalat sementara Hana hanya bangun jika dia mau.
Setelah selesai Geisha duduk di sofa dan memainkan handphonenya. Hingga waktu berputar cepat dan terdengar Hana sudah bangun dari tidurnya. Temannya itu bersiap untuk kerja pagi.
"Sudah siap lo Sha?" Hana baru selesai mandi.
"Siap apa-an?" tanya Geisha balik.
"Ngedate sama Kavin," goda Hana.
"Gue nggak ngedate, Hana," ralat Geisha.
"Bilang aja deh pakai malu-malu segala."
"Denger ya ini untuk terakhir kalinya gue ketemu sama Kavin, dan omongan lo itu nggak bener."
"Masa sih."
Geisha mempelototi Hana yang langsung kabur seolah tidak ingin kena semprot Geisha.
*
*
Kavin menatap gadis di depannya. Geisha mengenakan gaun berwarna putih yang panjangnya hingga mata kaki, gaun yang memperlihatkan bahu indah miliknya. Dan rambut yang disanggul kebelakang. Geisha tampak sangat cantik dengan riasan make-up dia sendiri. Geisha memang punya kemampuan bermak-up yang tidak kalah dengan perias di salon.
Dari awal Kavin sudah tahu jika Geisha punya penampilan yang layaknya dari kalangan atas. Melihat penampilannya tidak akan ada yang tahu dari mana dia berasal. Saat di rumahnya Geisha sangat bisa menjaga sikap tanpa perlu Kavin ajari. Geisha makan dengan menggunakan sendok dan garpu dengan baik dan juga tidak canggung saat mengenakan high heels.
"Sha, lo nggak terpaksa kan pergi bersama gue?" tanya Kavin saat berada di dalam mobil.
"Enggak."
Jawaban Geisha berbeda jauh dengan apa yang ada di dalam hatinya. Namun dia tetap tidak tega untuk mengatakan itu, walaupun tidak dikatakan pun harusnya Kavin tahu. Jika Geisha tidak mungkin mau membantunya kalau bukan karena paksaan-nya kemarin.
Kemudian mereka terdiam. Kavin fokus pada kemudi sementara Geisha menatap pemandangan jalan yang silih berganti. Hingga mereka sampai di tempat pesta terselenggara. Sebuah mansion yang terlihat ramai.
Geisha menelan saliva lalu turun setelah Kavin membukakan pintu untuknya. Kemudian mereka bergandengan tangan melangkah menuju ke dalam.
Kavin mengenakan jas yang berwarna senada dengan Geisha. Mereka tampak seperti pasangan yang serasi dan saling mencintai. Geisha melihat ruangan ini yang begitu megah dan dihadiri oleh pejabat dan tamu berkelas lainnya. Sudah tentu harusnya Geisha tidak pernah berada di sini.
Beberapa orang yang menghampiri Kavin tampak sangat menghormatinya, mereka juga tersenyum ramah pada Geisha yang juga membalasnya. Lalu Kavin membawa Geisha menghampiri beberapa orang dan Geisha mengenal dua orang diantaranya, yaitu orang tua Kavin.
"Datang juga ya kamu," ujar Elena pada Geisha.
Geisha hanya membalas Elena dengan senyuman. Entah itu sapaan untuknya atau malah sebuah ketidaksukaan atas kehadiran Geisha di sini. Karena sorot mata wanita itu sarat dengan kebencian.
"Silakan nikmati pesta ini," ucap Mahendra.
"Terima kasih, Om," balas Geisha.
"Tapi ingat, tolong jaga sikap. Karena ini pesta kalangan atas bukan pasar yang sering kamu datangi," papar Elena.
"Tentu Mam, Geisha bisa mengimbangi keluarga kita."
Kavin masih menggenggam tangan Geisha hingga Geisha merasa sela jari-jarinya basah, Geisha ingin melepaskan tautan tangan mereka. Namun Kavin semakin erat menggenggam tangan gadis itu. Seakan ingin memperlihatkan pada semua orang jika mereka adalah pasangan yang saling mencintai dan juga sangat bahagia.
"Tidak ada salahnya kan Mami mengingatkan, karena Geisha harus sadar sedang berada di mana dan bersama siapa saja dia di sini. Tentu dia tidak tahu kan?" celetuk Elena.
"Justru kita suruh Kavin untuk mengajak Geisha ke sini agar dia bisa belajar terlebih dahulu, sebelum dia masuk ke dalam keluarga kita." Mahendra menjelaskan sambil menatap Geisha.
"Benar pap," kata Kavin.
Elena tampak tidak suka. Namun dia terpaksa menurut, tapi dia bersumpah akan menggagalkan rencana Kavin untuk menikah. Dia ingin Kavin gagal menjalankan perintah Mahendra. Karena kalau sampai ini terjadi rencananya akan gagal hingga dia harus menyiapkan rencana baru lagi.
"Hai semuanya."
Seseorang datang dan menyapa mereka, dia adalah Amora. Amora tampak cantik dengan dress selututnya. Kemudian atensinya beralih menatap Kavin dan gadis di depannya.
"Wah! Apakah ini wanita itu, Mas Kavin?" tanya Amora.
"Iya, cantik kan?"
"Sangat cantik, Mas nggak salah pilih."
Kemudian Amora menjabat tangan Geisha yang memperkenalkan namanya. Geisha merasa Amora tampak berbeda sekali dengan anggota keluarga lainnya. Dengan Amora dia bisa cepat akrab dan lebih nyaman.
"Aku nggak menyangka jika kamu mau mendampingi Mas Kavin. Oh ya, Geisha, Mas aku ini kurang romantis. Tolong maklumi ya."
"Amora."
Terdengar suara Elena yang menegur anaknya dengan tegas. Amora pun mendekati Elena sambil netranya masih memperhatikan kedua pasangan di depannya. Dia senang jika Kavin mendapatkan wanita yang benar-benar bisa membuatnya bahagia.
Bersambung ....