Terlihat Mahendra beserta istrinya berdiri di atas panggung bersama beberapa pengusaha lainnya. Dan Mahendra lah yang menjadi tamu agungnya di sini, terdengar sanjungan dan juga kebanggaan untuk Wijaya Company.
Geisha dan Kavin terlihat berdiri di salah satu sudut, dengan Kavin yang masih menggandeng tangan Geisha. Ini untuk pertama kalinya Geisha membiarkan seseorang menyentuh bagian dari tubuhnya. Walaupun hanya tangan, tapi bagi Geisha ini bukan hal yang biasa baginya. Karena Geisha tidak pernah mempunyai kedekatan khusus dengan lawan jenis.
"Kavin!"
Terlihat seseorang baru saja berdiri di depan mereka. Hingga Kavin melepaskan tangan Geisha begitu tiba-tiba, sampai Geisha baru sadar setelah Kavin menyebut nama wanita itu. Kenapa tautan tangan Kavin yang tadi sangat erat begitu saja terlepas, karena kehadiran wanita yang baru saja datang.
"Shintia."
Kavin terlihat salah tingkah, seperti tidak tahu harus berbuat apa. Kenapa Kavin tiba-tiba berubah. Jika dengan semua orang dia begitu antusias memperkenalkan Geisha, maka dengan Shintia dia tampak menyesal dengan keadaan ini.
"Kamu sama siapa?" tanya Shintia pada Kavin.
"Oh, dia ...." Kavin tampak bingung.
"Kata Amora, kamu akan menikah?" ujar Shintia.
Terlihat Kavin tidak bisa berkata-kata, dia bingung. Dia tidak bisa mengakui jika dia akan menikah. Namun hal yang sebenarnya dia terpaksa menikah karena perintah Mahendra. Dan Geisha juga tidak tahu jika Kavin memperkenalkan dia sebagai calon istri pada keluarganya. Yang Geisha tahu Kavin hanya memintanya untuk jadi kekasihnya, itu pun Geisha terpaksa membantunya.
"Kavin, kamu kenapa diam?" tanya Shintia.
"Shin. Perkenalkan dia Geisha."
Geisha yang dari tadi hanya diam lekas mengulurkan tangannya yang lalu disambut oleh wanita yang bernama Shintia.
"Geisha."
"Shintia."
Shintia menatap Geisha. "Apakah dia wanita yang akan kamu nikahi?"
Pertanyaan Shintia sontak membuat mata Geisha membulat. Sementara Kavin, lagi-lagi laki-laki itu gelagapan. Dia belum menyiapkan ini sebelumnya, tentang harus apa dia jika ada dalam situasi ini. Padahal waktu untuk menikah yang sudah ditentukan oleh orang tuanya semakin dekat. Sementara dia belum mendapatkan persetujuan apa pun dari Geisha.
Bahkan Kavin hanya memikirkan untuk saat ini saja, bagaimana dia bisa lolos dari tekanan orang tuanya hari ini. Mahendra yang memberikan dia perintah untuk membawa Geisha ke sini. Hanya satu yang ada dalam pikiran Kavin, dia masih berharap kedua orang tuanya tidak benar-benar memaksanya menikah. Hingga dia masih punya kesempatan untuk menikah dengan wanita yang dia cintai.
"Iya."
Jawaban singkat, tapi jelas dari Kavin. Namun sontak membuat Geisha menatap ke arah Kavin. Kavin yang masih berpandangan dengan Shintia. Shintia tampak terkejut, walaupun dia sudah diberi tahu oleh Amora tadi. Namun dia masih menyangka jika itu belum tentu benar. Dan hal ini terasa mendadak bagi Shintia.
"Tapi ... Maksud aku kamu nggak pernah menceritakan ini sebelumnya!"
Kavin hanya tersenyum, dia tidak bisa menceritakan hal sebenarnya. Apalagi sekarang banyak orang yang bisa saja dapat mendengarnya. Dan akan berakibat fatal untuknya.
Tiba-tiba Geisha beranjak dari samping Kavin meninggalkannya bersama Shintia. Dia ingin mengejarnya, tapi dia tidak ingin meninggalkan Shintia.
"Vin, apa yang terjadi?"
"Aku memang akan menikah."
"Tapi ini nggak mungkin."
Shintia tampak tidak percaya. Dia berusaha mencari tahu hal yang sebenarnya. Namun sebenarnya wanita yang sedang di depannya ini lah yang Kavin cintai. Seandainya Shintia tidak menolak cinta Kavin, pasti sandiwara ini tidak pernah terjadi. Seandainya Shintia menerima pinangan Kavin, tentu mereka akan menikah sungguhan.
"Apa ini karena aku?" tanya Shintia.
"Kenapa kamu mengira ini semua karena kamu, Shin?" Wajah Kavin tampak tidak biasa.
"Aku hanya nggak ingin kamu menikah dengan wanita lain hanya untuk pelampiasan,"terang Shintia.
"Jadi kamu berpikir aku sakit hati karena penolakan kamu dan menikah dengan Geisha hanya untuk melupakan kamu?"
"Aku ingin melihat kamu bahagia, jangan gara-gara aku kamu bisa memutuskan hal itu secepat ini."
Shintia tahu seperti apa Kavin, selama ini dia tidak pernah dekat dengan wanita manapun selain dirinya. Bagaimana mungkin Kavin bisa memutuskan untuk menikah dengan wanita yang baru saja dia kenal.
"Lalu apa kamu bisa menikah dengan aku?" Pertanyaan Kavin membuat Shintia terdiam.
Kavin tersenyum sinis. "Kamu kan yang menolak aku, dan sekarang apa peduli kamu tentang kebahagiaan aku?"
"Vin, kamu salah. Aku tetap peduli sama kamu sebagai saudara."
"Kalah begitu nggak ada alasan untuk aku membatalkan pernikahan aku kan?"
Shintia hanya merasa ini tidak mungkin terjadi. Kabar yang diberitahukan Amora padanya tadi pasti hanya sebuah kesalahan. Namun sekarang Kavin membuat pernyataan itu adalah kenyataan, dia akan segera menikah. Kenapa perasaan Shintia menjadi aneh. Namun Shintia tidak bisa mencegahnya, dia bukan siapa-siapa Kavin.
Shintia mengangguk. "Selamat ya, Vin."
"Terimakasih. Nanti kamu datang ya ke pesta pernikahan aku."
"Tentu."
*
*
"Lo mau ke mana?" tanya Kavin pada Geisha.
"Gue mau pergi," jawabnya.
"Tapi pesta belum selesai," tutur Kavin.
"Tapi gue sudah selesai bantuin lo," tegas Geisha.
"Gue mohon jangan pergi," pinta Kavin.
"Kenapa elo bilang sama semua orang kita akan menikah?"
"Dari awal gue sudah cerita sama lo kan, kalau gue disuruh menikah. Dan gue memperkenalkan elo sebagai kekasih gue kemarin. Dan secara tidak langsung juga sebagai calon istri gue."
"Lo pembohong, lo bilang gue hanya berpura-pura menjadi pacar lo."
Geisha tampak marah karena merasa telah dipermainkan oleh Kavin. Dari awal Geisha memang tidak ingin memulai kebohongan ini. Namun karena atas rasa balas jasa karena Kavin menolong Geisha dari Malik dulu, hingga Geisha mau diperkenalkan dengan kedua orang tua Kavin.
"Sha, maaf kalau gue sudah membuat lo ikut masuk ke dalam masalah ini."
Raut wajah Kavin tampak menyesal. Namun tidak ada lagi rasa kasihan Geisha padanya. Geisha dibesarkan oleh orang tuanya dengan susah payah bukan untuk menjadi pembohong. Dan dia juga bukan aktris yang pintar bersandiwara.
Pantas saja Kavin dan keluarganya membicarakan tentang kepantasan dan soal masuk ke dalam keluarga Wijaya Company. Geisha tidak pernah curiga, karena Geisha pikir itu adalah hal yang wajar. Karena Geisha adalah kekasih Kavin, hingga mereka sudah membicarakan tentang itu pada Geisha. Tanpa Geisha tahu Kavin membuat semua sandiwara ini tanpa seizin Geisha.
"Awalnya lo minta bantuan agar gue mau diperkenalkan sama orang tua lo, lalu lo mohon-mohon untuk ngajak gue ke sini. Lalu besok lo akan datang lagi untuk minta gue bersandiwara untuk menikah kan?"
"Lo pikir dengan kekuasaan lo, lo bisa mengatur semua orang? Lo memanfaatkan apa yang lo punya buat memerintah orang, sampai Pak Rian tunduk sama lo, dan tiba-tiba memberikan gue izin libur. Lo tahu, gue nggak suka cara lo," lanjut Geisha.
Kavin menatap Geisha yang berdiri di depannya. Mereka berada di halaman mansion. Sementara di dalam para tamu masih bersenang-senang menikmati pesta. Hingga terdengar musik lembut serta keramaian sampai keluar.
Namun tidak ada yang tahu jika Kavin dan Geisha tengah hilang dari keramaian itu. Sekarang mereka tampak tegang satu sama lain.