Chereads / Jodoh Dari Tuhan / Chapter 21 - Ingin Menjauh

Chapter 21 - Ingin Menjauh

"Bukan itu maksud gue, gue cuma minta izin agar lo diliburkan," tutur Kavin.

"Lo itu licik," tuduh Geisha.

"Orang tua gue menyuruh gue untuk mendapatkan pasangan secepatnya. Gue sudah melamar Shintia, tapi dia menolak gue."

Geisha tampak mengingat nama itu, nama yang Kavin sebutkan saat wanita tadi di depan mereka. Wanita yang cantik dan seperti tidak ada kekurangan. Hingga jika mereka bersatu, tentu mereka akan jadi pasangan yang sempurna.

"Kalau lo belum menemukan wanita yang lo inginkan, lebih baik lo nggak memaksakannya sekalipun lo harus kehilangan jabatan lo."

"Gue hanya mempertahankan milik gue, gue bukannya hanya duduk saja terus menerima jabatan itu. Tapi gue sudah bekerja keras untuk bisa duduk di bangku gue sekarang, Geisha."

"Itu urusan lo, gue nggak perlu mikirin itu semua. Gue nggak kenal sama lo. Gue harap lo menepati janji lo, setelah ini lo nggak akan ganggu gue lagi."

"Gue juga berharap akan ada keajaiban sampai kedua orang tua gue berhenti memaksa gue untuk menikah. Hingga gue masih punya kesempatan untuk menikah dengan Shintia."

Tanpa terasa Geisha meneteskan air mata tanpa dia tahu untuk apa air mata ini. Kenapa dia merasa sangat sedih dan juga bingung. Dia bingung harus bersikap bagaimana, dan melihat Kavin bersedih seperti ini, Geisha merasa hatinya turun hujan.

Tiba-tiba Kavin meraih kedua tangan Geisha dan netranya menatap wajah Geisha. Wajah tampan Kavin begitu dekat dilihat oleh Geisha hingga Geisha bisa merasa aliran nafasnya yang memburu karena perdebatan ini.

"Apa lo bisa membantu gue?"

Pertanyaan Kavin membuat setetes air mata Geisha kembali mengalir. Kenapa dia begitu mempercayai Geisha, sementara Geisha tidak berani untuk bermain sandiwara ini. Kavin menganggap jika Geisha tidak menyukainya. Namun apa pun bisa terjadi setelahnya.

Sekarang Geisha memang tidak menyukai Kavin, tapi bagaimana setelah sandiwara itu perasaan Geisha menjadi berubah padanya. Dari awal Kavin memintanya untuk bersandiwara, tentu Kavin tidak mungkin bertanggung jawab dengan perasaan Geisha.

"Maaf. Gue ingin sandiwara ini berhenti detik ini juga."

Kavin mengangguk pasrah.

"Kalau lo mau pulang gue akan mengantar lo."

Kavin pun beranjak menuju mobilnya bersama Geisha meninggalkan tempat pesta. Tanpa mempedulikan orang tuanya yang pasti mencarinya karena menghilang dari pesta tanpa sepengetahuan mereka.

Hingga Kavin memberhentikan mobilnya di depan rumah Geisha. Namun saat Geisha ingin keluar dari mobil, Kavin menahannya.

"Simpan ini." Kavin memberikan kartu namanya. "Kalau lo berubah pikiran, tolong hubungi gue."

Geisha tidak menghiraukan perkataan Kavin. Namun dia menyambut kartu nama Kavin lalu melangkah turun tanpa mengucapkan satu kata pun.

*

*

Geisha menutup pintu rumahnya dengan perlahan, agar tidak membangunkan Hana yang sedang tertidur. Jika Hana sampai bangun tentu dia akan melempari Geisha dengan pertanyaan serta godaan. Sementara rasanya Geisha belum siap.

Geisha menaruh tasnya sembarang, dan menceburkan dirinya ke kasur. Dia tidak peduli dengan pakaiannya yang belum diganti. Dia ingin segera menenggelamkan kepalanya dalam selimut dan meluapkan perasaannya di sana. Sesekali Geisha menghapus air bening yang mengalir.

Dia yakin tidak ingin ikut campur dalam masalah Kavin. Namun kenapa pikirannya tidak berhenti memikirkan laki-laki itu. Apa dia sudah bertindak egois karena menolak permintaan Kavin. Sementara Kavin sudah menolongnya dari kejahatan yang hampir saja membunuh hidupnya.

Geisha akan merasa terbunuh jika Malik benar-benar mengambil kehormatannya saat itu. Tentu hari Geisha tidak akan tenang dan setiap detik dia akan hidup dalam penyesalan. Yang mungkin akan membunuh dirinya secara perlahan atau dia akan mengakhiri hidupnya dengan cara tercepat.

Namun Geisha tidak ingin masuk ke dalam kebohongan Kavin. Dia tidak ingin menikah karena keterpaksaan, walaupun ini hanya sandiwara. Namun bagi Geisha dia ingin menikah sekali dalam seumur hidup. Dia ingin pernikahan yang indah dan membahagiakan.

Impian sejak masa pubertas, jika Geisha akan menikah dengan laki-laki yang dicintainya. Lalu mereka akan hidup bersama dalam susah maupun senang. Dia berharap akan menemukan jodoh untuk yang pertama dan terakhir. Apakah impian dalam benaknya harus musnah karena orang yang tidak dia kenal.

Geisha baru bertemu dengan Kavin, tapi sudah mengancam impian Geisha. Sepertinya Geisha tidak perlu memikirkan masalah Kavin. Jika Geisha keberatan dia tidak perlu membantunya. Apalagi Geisha juga merasa mereka sudah impas.

Geisha sudah melakukan tiga hal untuk Kavin. Yang pertama dia mengembalikan handphone Kavin yang hilang, lalu Geisha juga membantu Kavin saat dia diminta berkenalan dengan kedua orang tua laki-laki itu. Dan tadi dia mau ikut dengan Kavin ke pesta orang kaya itu. Sementara Kavin hanya melakukan satu hal. Meski bagi Geisha pertolongan Kavin, tidak ternilai harganya. Namun Geisha berharap Tuhan lah yang akan membalas kebaikan Kavin padanya.

*

*

Cahaya matahari yang mulai muncul di langit. Terlihat membiaskan sinarnya masuk dari kaca jendela, menembus gorden dari kamar Kavin. Kavin terbangun dari tidurnya, tapi bukan karena cahaya pagi yang menyilaukan. Namun karena ketukan dari depan pintu kamarnya.

Terdengar ketukan itu bertambah nyaring hingga membangunkan Kavin. Kavin pun beranjak gontai menuju pintu. Terlihat Elena setelah Kavin membukanya.

"Ada apa?" tanya Kavin.

"Segera ke ruangan Papi, Papi mau bicara sama kamu, Vin."

"Aku masih ngantuk, Mam."

"Kavin, kamu sudah buat Papi marah, lebih baik kamu segera temuin Papi," perintah Elena.

"Marah?"

Elena tidak menggubris perkataan Kavin yang tampak bingung. Dia tidak tahu kenapa papinya memanggilnya dan marah padanya. Kavin bergerak menuju kamar mandi guna membersihkan seluruh tubuhnya. Setelah itu dia langsung menuju ruangan papinya. Menekan alarm di depan pintu ruang Mahendra dan masuk setelah pintu bergeser otomatis.

Terlihat Mahendra menatapnya tampak menyimpan kemarahan, di sampingnya ada Elena yang tatapannya juga menyerupai suaminya. Sementara Kavin tidak mengerti apa kesalahannya.

"Kenapa kamu pulang tanpa izin."

Suara Mahendra yang lantang mengagetkan Kavin. Namun Kavin berusaha tenang. Dia tidak ingat jika tadi malam dia meninggalkan pesta. Padahal selama ini Kavin tidak pernah pulang sebelum pesta bangsawan itu berakhir. Namun setelah mengantar Geisha dia memutuskan untuk pulang ke rumah untuk beristirahat.

Dia hampir lupa dengan Mahendra yang pasti mencarinya. Kavin hanya berharap Mahendra tidak menyadari jika dia tidak ada di tempat. Namun itu memang mustahil. Karena terbukti sekarang, Mahendra marah setelah mengetahui Kavin meninggalkan pesta. Tanpa berpamitan dan meminta izin dengannya terlebih dulu.

"Pasti Geisha nggak betah kan?" timpal Elena.

"Bagaimana dia bisa masuk ke keluarga ini?Sepertinya kamu harus mencari wanita lain lagi untuk menjadi istri," ujarnya lagi.

"Kalau kalian nggak menerima Geisha, maka aku sudah nggak tahu lagi bagaimana caranya mempertahankan jabatan aku."

"Papi bertanya, kenapa kamu nggak jawab. Kenapa kamu menghilang dari pesta?"

"Sayang, sudah aku bilang kan, Geisha sepertinya nggak cocok masuk ke dalam Wijaya company. Dia nggak punya sopan santun, sudah tentu dia sangat buruk," Elena berbicara pada Mahendra.

Bersambung ....