"Saya mau kamu menjauhi Kavin, batalkan pernikahan kalian."
Geisha menatap Elena lalu bergantian dengan uang yang ada di dalam koper. Uang yang sangat banyak itu sepertinya melebihi hutang yang harus dia bayar pada rentenir. Hingga dia bisa membebaskan Hana dari cekikan lintah darat itu. Masalah besar yang sedang dihadapinya bisa selesai dengan cepat, jika Geisha menerima penawaran dari Elena.
Lagipula Geisha tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan Kavin, dia bisa menerima uang itu seolah-seolah dia akan menjauhi Kavin. Kedua telapak tangannya yang ingin membuka lebar, malah Geisha genggam erat. Kenapa dia tidak rela melakukan ini. Geisha merasa uang itu bukan haknya. Dia tidak ingin berbuat curang, meski dia sangat butuh uang itu untuk menyelamatkan Hana dan juga dirinya.
"Bagaimana, apa ini kurang?" tanya Elena lagi.
Geisha menarik napas lalu ujarnya, "lebih baik Tante simpan uang Tante itu. Aku memang kekurangan uang, tapi aku nggak membutuhkan uang dari Tante."
Elena tersenyum miring. "Sepertinya kamu ingin sekali masuk dalam keluarga saya, ya? Ingat ya kamu, jika kamu sampai masuk ke dalam Wijaya Company. Saya jamin hidup kamu nggak akan tenang. Dan saya pastikan kamu akan menyesal karena telah masuk dalam kehidupan saya."
"Jadi lebih baik kamu terima uang ini," lanjutnya.
"Kenapa Tante begitu antusias sekali ingin memisahkan aku dan Kavin?" tanya Geisha.
"Kamu nggak perlu tahu urusan saya, yang kamu perlu lakukan adalah menjauhi Kavin," tegas Elena.
Tiba-tiba Geisha berdiri dari bangkunya. "Maaf Tante, aku masih banyak pekerjaan. Kalau nggak ada yang ingin Tante bicarakan lagi, saya pamit pergi."
"Kurang ajar, kamu," umpat Elena. Namun Geisha tidak menghiraukannya. Dia beranjak pergi meninggalkan Elena yang kesal.
Harusnya gadis miskin itu terpengaruh dengan uang yang dia tawarkan. Sepertinya Geisha berpikir sangat pintar, dia lebih memilih untuk masuk ke dalam keluarganya. Namun jangan harap Elena akan membiarkan Geisha mendapatkan hartanya walau sedikit pun.
*
*
Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 10 malam. Hana dan Geisha sudah pulang 1 jam yang lalu. Terlihat Hana sudah tertidur di kasurnya, sementara Geisha duduk dengan handphone di tangannya. Sebenarnya dia sangat lelah. Namun pikirannya yang berat membuat dia tidak bisa tidur.
Tadi siang rentenir yang bernama Gian itu menghubungi Hana, agar membayar cicilan atau hutang yang sudah berlipat ganda. Mereka mengancam akan datang lagi dan mengacaukan rumah ini, bahkan mereka juga mengancam akan mengambil motor Hana.
Motor keluaran lama yang menjadi satu-satunya harta mereka, bahkan itu lah alat Hana untuk pergi bekerja. Kalau mereka sampai mengambilnya lalu bagaimana Hana berangkat mencari rezeki, dan mereka juga tetap akan menagih uang itu meskipun mereka sudah mendapatkan motor.
Karena Gian berkata dia tidak butuh motor, karena tidak sebanding dengan hutang Hana. Dia tidak sadar jika hutang Hana tidak lah seberapa, tapi dia lah yang menjadikan hutang Hana sangat banyak nilainya.
Terlihat Geisha menguap, lalu dia meletakkan benda pipih miliknya di meja. Dia pun berbaring dan memejamkan mata. Berharap besok akan ada keajaiban.
*
*
Geisha sedang bekerja, dia berada di bagian dapur. Terlihat dia mengangkat loyang yang cukup besar dengan sarung tangan terpasang di kedua tangannya. Bau wangi dari roti yang baru matang itu sarat dengan kelezatan. Siapa saja yang mencium aroma itu tentu akan tergugah seleranya.
Dia menaruh loyang itu di meja dan membiarkan panasnya menguap. Lalu Geisha bergerak mendatangi loyang lain yang berisi makanan yang sama, dia mengenakan sarung tangan plastik. Dan mulai memasukan roti ke dalam bungkusnya.
Geisha berusaha fokus setelah beberapa kali sempat ceroboh dan hampir saja membahayakan dirinya. Contohnya saja saat dia berada di bagian depan, dia hampir saja terkena pecahan beling dari gelas yang tidak sengaja dia jatuhkan. Untungnya tamu yang berada di dekatnya tidak mengalami luka, kalau tidak pekerjaannya bisa terancam.
Dan dia juga salah menghitung kembalian, tapi untungnya costumer itu berbaik hati memberi tahu Geisha. Kalau tidak tentu Geisha harus mengganti uang yang kurang itu.
"Sha."
Tiba-tiba Hana yang hari ini dapat shift siang muncul di depannya. Atensi Geisha teralih padanya, terlihat Hana menunduk dengan masker yang lalu dijauhkannya dari bibirnya.
"Ya Allah, Hana!"
Geisha langsung meninggalkan kesibukannya setelah melihat wajah Hana. Terlihat darah yang sudah mulai mengering di bagian dagu temannya itu. Dia juga meng-aduh kesakitan saat Geisha menyentuhnya.
"Preman suruhan itu datang lagi, Sha," cerita Hana.
"Lo diapa-in sama mereka?" tanya Geisha.
"Mereka mau ngambil motor gue, tapi gue halangi. Mereka nendang gue sampai gue terjatuh dan seperti ini. Untungnya mereka mengurungkan niatnya karena warga berdatangan. Tapi mereka bilang akan datang lagi sebelum gue membayar uang Pak Gian," papar Hana.
Geisha menghela nafas dan terdiam sejenak. Lalu dia beranjak mencari obat dan perban luka untuk Hana. Geisha menyuruh Hana untuk menunggunya, sementara dia menuju ruangan yang menyimpan obat-obatan.
Setelah mengobati luka Hana, mereka kembali bekerja. Geisha meminta Hana untuk fokus bekerja dan mengatakan dia akan segera menyelesaikan masalah ini. Hana hanya bisa mengangguk sedih. Selama ini justru Hana lah yang selalu menguatkan Geisha, dia selalu ceria. Namun sekarang Geisha seperti harus membuktikan ketulusannya pada Hana.
Hingga waktu menunjukkan pukul 4 sore, Geisha langsung bergegas untuk pulang. Dia mengucapkan, "bismillahirrahmanirrahim." Lalu meng-gas motornya.
Geisha sampai di rumahnya, dia kembali bergegas memutar kunci di lubang pintu. Sesampainya di rumah dia langsung mengubek-ubek laci hingga menemukan sesuatu. Kartu nama Kavin.
Geisha duduk di kasurnya yang tidak tinggi dan beralaskan lantai. Luruh bersama tasnya. Namun dia memegang kuat kertas kecil itu, yang beberapa waktu lalu diberikan Kavin untuknya. Untungnya Geisha masih menyimpannya, meski saat itu Geisha berpikir jika ini tidak penting.
Geisha tidak akan merubah pikirannya seperti yang Kavin katakan. Namun ternyata Geisha malah berubah secepat ini. Geisha meraih handphone yang ada dalam tasnya. Dan mulai menulis nomor yang tertera di kertas itu.
Terlihat tangannya bergetar seolah hatinya sedang tertekan. Namun Geisha tidak punya pilihan lain. Dia harus yakin jika semua ini adalah yang terbaik. Geisha meneteskan air mata seiring pesan yang dia kirim berhasil masuk ke handphone orang di seberang.
Sementara Kavin tengah duduk di bangkunya. Dia merasa jabatannya sudah berada di ujung tanduk, tinggal selangkah lagi. Setelah dia mengakui hubungannya dengan Geisha kandas, pada kedua orang tuanya. Sepertinya Kavin harus merelakan apa yang dia dapatkan dengan kerja keras dia. Dan untuk mendapatkan jabatan CEO, tentu selama ini Kavin hanya bermimpi.
Tiba-tiba handphone milik Kavin berbunyi, pertanda sebuah pesan telah masuk. Dia melihat nomor yang tidak di kenal, lalu membukanya.
"Geisha." Bibir Kavin langsung menyebut nama Geisha.
Bersambung ....