Chereads / Jodoh Dari Tuhan / Chapter 17 - Bujuk Rayu

Chapter 17 - Bujuk Rayu

Terlihat gaun pengantin yang sangat indah telah dirampungkan oleh Shintia. Ini adalah gaun milik pasangan Anita dan Angga. Gaun berwarna peach dengan hiasan mutiara pada bagian dadanya, begitu pun dengan baju mempelai pria.

"Indah sekali Bu," puji Nina.

Shintia tersenyum bangga. Ini memang bukan pertama kalinya dia membuatnya. Namun selalu ada kepuasan saat mengetahui dia kembali berhasil dengan desain gaun pengantin yang dipercayakan padanya. Hingga telah banyak pasangan pengantin yang mempercayai Shintia untuk membuatkan baju untuk hari bersejarah mereka. Keahliannya sudah tidak diragukan lagi, bahkan mereka semua bukan dari kalangan biasa.

Sepasang gaun pengantin itu sudah terlipat rapi dalam paper bag besar berwarna cream. Setelah sang empunya datang dan mencobanya. Mereka sangat terlihat sempurna dan senang dengan hasil kerja Shintia.

Kemudian mereka pamit pulang dengan begitu bahagia, Shintia pun ikut senang melihatnya. Tinggal Shintia sendiri di butik, seperti biasa duduk di meja kerjanya. Dia menekuni sketsa yang ada di sebuah kertas. Gaun pengantin yang baru saja dipercayai padanya. Shintia memang senang sekali mengerjakan semua ini.

Shintia meletakkan alat lukisnya. Tiba-tiba dia ingat seseorang yang dua minggu lalu mengajaknya menikah. Dan sudah hampir seminggu sejak pertemuan terakhir, mereka sudah tidak bertemu lagi. Padahal biasanya hampir setiap hari mereka bertemu untuk lunch bersama.

Karena Shintia yang murni menganggap Kavin saudara, jadi tidak mungkin dia bisa bersatu dengannya. Entah bagaimana kabarnya sekarang, mungkinkah dia marah dan tidak ingin lagi menemuinya, atau Shintia harus mendatangi Kavin guna mengetahui kabarnya. Karena walau bagaimanapun Kavin juga berarti dalam hidupnya, meski tidak bisa menjadi laki-laki yang dia cintai.

Shintia bergerak meraih undangan yang diberikan Nina tadi untuknya, lalu membukanya. Undangan pesta yang diselenggarakan setiap satu tahun sekali, semua yang dapat undangan adalah dari kalangan atas. Orang penting dan para pejabat serta para sosialita lainnya.

*

*

Geisha melangkah keluar dari bread moments. Dan benar saja apa yang dikatakan temannya tadi. Terlihat Kavin berdiri membelakanginya. Geisha tidak peduli, dia berjalan terus ingin segera sampai di parkiran.

Kavin yang melihat Geisha berjalan di halaman langsung mengejarnya, dia berdiri menghalangi Geisha. Geisha menatapnya tajam lalu membelokkan tubuhnya dari halangan Kavin. Namun Kavin tidak menyerah, kali ini dia merentangkan tangannya di depan Geisha.

"Lo kenapa sih masih di sini aja, lo nggak ada kerjaan?" gerutu Geisha.

"Gue butuh bantuan lo," jelas Kavin.

"Sudah gue bilang, gue nggak bisa," putus Geisha.

"Gue mohon satu kali ini lagi," pinta Kavin.

"Tolong jangan ganggu gue," balas Geisha.

Tiba-tiba Kavin meraih tangan Geisha dan menatapnya lekat-lekat. Kavin mengusap tangannya lembut membuat Geisha tersentuh, perasaannya mendadak merasa hangat.

"Gue minta tolong sama lo, Geisha. Gue tahu lo cewek yang baik dan lo pasti nggak tega sama gue yang sudah-sudah memohon seperti ini sama lo."

Geisha mulai menatap Kavin iba, tapi dia tidak ingin terpengaruh. Jujur, baru kali ini ada laki-laki yang menggenggam tangannya sangat dekat seperti dengan Kavin sekarang. Karena selama ini dia tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun. Dan dia juga tidak pernah membiarkan laki-laki manapun menyentuhnya. Walaupun hanya tangannya.

"Gue nggak akan ngelupain kebaikan elo seumur hidup gue, Sha."

Rayuan Kavin sungguh membuat Geisha tersentuh, meski dia tidak tahu itu jujur dari lubuk hatinya atau hanya kata-kata untuk meluluhkan hati Geisha.

"Oke, tapi ini untuk terakhir kalinya gue ikut kebohongan lo."

"Terimakasih banyak!"

Kavin terlihat sangat senang, dia tersenyum lebar memperlihatkan wajahnya yang semakin tampan dengan senyuman itu. Geisha tidak mengerti kenapa dia harus memikirkan perasaan Kavin. Bukankah awalnya mereka tidak saling kenal, hanya karena pertemuan dengan awal yang sangat menyebalkan. Namun perkenalan yang singkat ini malah membuat dia berbohong. Geisha tahu kebohongan sekecil apapun tidak pernah diajarkan oleh kedua orang tuanya dulu.

"Gue harap setelah ini lo nggak memaksa gue untuk masuk dalam permainan lo lagi."

Kavin mengangguk lalu ujarnya, "gue akan jemput lo malam minggu, dandan yang cantik."

Kavin berlalu meninggalkan Geisha yang memandangi kepergiannya. Lalu Geisha menaiki Vespanya dan pergi.

*

*

Hari ini Geisha mendapatkan shift kerja siang, ini untuk pertama kalinya dia mendapatkan jam kerja ini setelah 4 hari bekerja. Dan kali ini dia mendapatkan shift yang sama dengan Hana. Bekerja dari pukul 2 siang hingga pukul 9 malam.

Terlihat Hana kembali tertidur pulas di tempatnya, setelah tadi bangun untuk sarapan pagi. Sementara Geisha tampak termenung duduk di sofa.

Bagaimana kalau besok Geisha kembali mendapatkan shift siang dan harus bekerja sampai malam. Dia tahu itu pasti acara penting dan dia tidak mungkin datang terlambat. Meski dia terpaksa melakukan semua ini, tapi dia harus menepati janjinya dengan baik.

Namun Geisha juga tidak bisa untuk izin tidak bekerja. Dia baru saja diterima kerja dan masuk beberapa hari, mana mungkin dia diizinkan untuk libur. Sejak bertemu Kavin, pikirannya harus disibukkan dengan hal yang seharusnya tidak pernah dia alami.

Tiba-tiba pintu diketuk oleh seseorang, Geisha beranjak membuka pintu. Terlihat seseorang yang tidak dia kenal berdiri di depan pintu dengan sebuah kotak cukup besar. Dia tersenyum ramah pada Geisha lalu memberikan kotak itu pada Geisha. Namun Geisha tidak bisa langsung menerimanya tanpa ada kejelasan.

"Ini untuk Nona, tolong diterima," pintanya.

"Tapi ini apa dan dari siapa?" tanya Geisha.

"Dari Tuan Kavin, Nona. Dan ini gaun untuk Nona."

"Iya, terima kasih," lalu ucap Geisha.

Setelah mendengar nama laki-laki itu disebutkan oleh seseorang yang sepertinya adalah pesuruh dari Kavin, Geisha pun menyambutnya. Kemudian orang suruhan Kavin itu pergi bersama mobil mewah.

Geisha menutup pintu lalu membawa kotak itu ke dalam. Setelah lama memandang kotak itu, akhirnya Geisha membukanya. Terlihat gaun indah yang sengaja diberikan Kavin untuk dipakai Geisha besok malam. Sepertinya Kavin berpikir jika Geisha tidak punya gaun.

Lalu Geisha mengambil gaun itu dan ditempelkan ke badannya. Gaun berwarna putih ini sangat indah hingga Geisha tidak tahu apakah ini pantas untuknya. Geisha memang tidak memiliki gaun untuk dikenakan dia besok malam. Dia sangat menyukai gaun ini dan juga gaun yang masih tersimpan rapi dalam lemarinya. Gaun yang juga diberikan Kavin saat kejadian mengenaskan itu, saat dia hampir kehilangan kehormatannya.

"Sha, gaun siapa nih?"

Tiba-tiba suara Hana mengagetkan Geisha. Hana bergerak mendekati Geisha lalu menyentuh gaun yang lembut itu.

"Gaun —"

"Gaun lo, cantik amat."

Hana tampak terkagum sambil masih memperhatikan gaun yang lalu dikembalikan Geisha ke tempatnya. Hingga gaun itu sudah tersimpan rapi di dalam kotak.

"Kavin yang ngasih ini ke gue, Na."

Ucapan Geisha sontak membuat Hana histeris. "Ya ampun, Sha. Beruntung banget lo dapat cowok kaya Kavin, sungguh sempurna."

"Apa-an sih, jangan lebay deh. Kavin cuma minta temenin gue ke suatu acara," cerita Geisha.

"Itu dia, nggak mungkin Kavin ngajakin lo kalau bukan karena sesuatu," goda Hana.

Geisha hanya diam, membiarkan Hana dengan segala pemikirannya. Ya, Kavin tidak mungkin mendekati dan memberikan semua ini jika tanpa ada sesuatu. Dia ingin Geisha menjadi kekasihnya, kekasih pura-pura.

Bersambung ....