Chereads / Jodoh Dari Tuhan / Chapter 12 - Real Pangeran

Chapter 12 - Real Pangeran

Shintia memandangi layar handphone miliknya, hingga beberapa menit tidak juga terdengar bunyi balasan dari seseorang. Shintia tersenyum lalu meletakkan handphone itu di meja. Dia beralih pada laptop yang juga ada di atas meja. Dia sedang duduk di meja kerjanya setelah seharian sibuk  berkutat dengan gaun, alat jahit, dan segala pernak-perniknya.

Terlihat dari layar laptop dia memperhatikan foto-foto yang terpampang bergantian di sana. Sosok laki-laki yang dia rindukan. Namun hanya bisa dia lihat dari foto. Dia tahu pasti sekarang Pangeran sedang sibuk hingga tidak bisa membalas pesan darinya.

Selama ini Shintia lah yang menghubunginya, dia tidak ingin putus hubungan dengan Pangeran. Shintia yakin laki-laki itu akan pulang kembali ke Indonesia. Saat itu terjadi mungkin waktu bersatunya mereka tinggal menunggu waktu.

Pangeran lah yang Shintia cintai hingga dia rela menunggunya sampai dia kembali. Itulah sebabnya dia tidak bisa menerima Kavin, Kavin yang Shintia anggap hanya sebagai adik sejak dulu.

*

*

Terdengar ketukan di depan pintu. Hana yang sedang bersantai terpaksa melangkah menuju pintu, meninggalkan cemilan kripiknya. Tumben-tumbenan ada yang mengetuk pintu, sementara Hana tahu Geisha baru saja pergi ke pasar membeli stok mi instan. Dan Hana yakin Geisha baru saja sampai depan pasar, jadi mana mungkin dia yang datang.

Dan benar saja setelah Hana membuka pintu dan mendapati seseorang yang berdiri di depannya. Laki-laki yang sangat tampan bagai pangeran yang tersesat hingga bisa sampai di gubuknya.

Hana tampak terpaku dengan mulutnya yang sedikit menganga, jujur dia tidak pernah melihat seorang pangeran di alam nyata selain dari layar televisi. Dia baru sadar setelah laki-laki itu menegurnya.

"Halo!" Kavin mengibaskan tangannya ke depan wajah Hana.

"Hah, iya, ada apa?" tanya Hana masih dengan kesadaran yang belum sempurna.

"Gue mencari ...."

"Cari siapa?"

Kavin tampak berpikir untuk melanjutkan kalimatnya. Dia mencari seorang gadis yang beberapa hari lalu dia antar pulang ke sini. Kavin yakin rumah ini lah yang gadis itu masuki saat itu. Namun saat Kavin mengetuk pintu malah orang lain yang membuka pintu.

Kavin tidak mengetahui namanya, dia juga tidak bertanya namanya saat itu. Karena Kavin pikir itu sangat tidak penting. Namun sekarang gadis itu adalah harapan Kavin satu-satunya. Kavin harus menemukannya walau apapun yang terjadi.

"Apakah di rumah ini ada gadis yang memakai vespa putih, rambutnya panjang dan berkulit putih?"

"Geisha maksud lo?" sahut Hana tidak perlu waktu lama untuk berpikir.

"Geisha! Gue bisa bertemu dia?"

"Tentu, tapi Geisha lagi ke pasar. Sebentar lagi pulang kok, lo bisa tunggu di dalam."

"Baiklah."

Hana mempersilahkan Kavin masuk ke dalam rumah. Tanpa ragu Kavin pun masuk ke dalam mengiringi Hana. Dia duduk di sofa yang tidak begitu empuk, hingga Hana menawarkan makanan dan minuman untuknya. Namun Kavin hanya meminta air putih untuk menghormati empunya rumah.

"Silahkan."

Hana menaruh segelas air putih di meja, lalu dia menaruh bobotnya di sofa di sebelah Kavin, yang dipisahkan oleh meja. Hana terdengar  bicara pada Kavin, seperti biasa jiwa cepat akrab Hana selalu meronta jika melihat orang baru. Untungnya Kavin membalas semua pembicaraan Hana dengan ramah.

"Anak mana?" tanya Hana lagi.

"Anak! Gue tinggal nggak begitu jauh dari sini," jawabnya.

"Oya, kenal Geisha di mana? Secara Geisha kan bukan berasal dari kota ini, atau lo satu kerjaan sama Geisha dulu ya?"

"Enggak."

"Pantas, nggak mungkin lah, tampang seperti lo kayanya cocok jadi pegawai kantoran."

Kavin hanya membalas Hana dengan senyuman. Lalu terdengar suara motor dari luar. Sepertinya itu Geisha, Hana langsung pamit keluar dan menyuruh Kavin untuk menunggu.

*

*

"Geisha!" Hana berjalan cepat menghampiri Geisha. "Lo kok nggak bilang kalau punya kenalan seganteng itu?"

"Maksud lo apa sih?" Geisha tampak bingung.

"Ya laki-laki di dalam yang lagi nungguin lo, itu sih real pangeran."

"Nungguin gue, pangeran, lo bicara apa sih?"

"Katanya namanya Kavin." Hana mendorong tubuh Geisha dari belakang. "Ayo temuin, dia udah lama ada di dalam."

Walaupun bingung dengan ucapan Hana, Geisha pun beranjak menuju ke dalam rumah. Ketika itu juga dia baru menyadari dan melihat sebuah mobil yang terparkir beberapa langkah dari depan rumahnya. Sepertinya dia mengingat mobil itu.

Terlihat seseorang berdiri menunggu kehadiran Geisha membuat Geisha terpana melihatnya. Karena dia tidak menyangka jika akan melihat laki-laki itu lagi sekarang. Setelah kemarin dia merasa pertemuan yang tidak disengaja di antara mereka sudahlah selesai. perlahan dia melangkah mendekatinya.

"Nama lo Geisha. Perkenalan nama gue Kavin."

Kavin mengangkat tangannya guna berkenalan dengan gadis di depannya. Geisha pun menyambut uluran tangan dari laki-laki yang baru dia ketahui bernama Kavin.

"Lo kenapa ada di sini?"

"Gue mau menawarkan pekerjaan buat lo," ujar Kavin.

"Pekerjaan apa?" tanya Geisha.

"Jadi pasangan gue buat gue kenalkan sama orang tua gue," tegasnya.

"Apa pasangan!"

"Iya, di depan mereka lo cuma pura-pura jadi pasangan gue. Dan gue akan bayar berapa pun yang lo minta," beber Kavin.

Geisha memandang Kavin tidak percaya, kenapa dia ingin menjadikan Geisha sebagai kekasih mainannya. Ataukah dia memang ingin mempermainkan dirinya. Geisha memang dari kampung dan kurang bergaul, tapi dia tidak akan membiarkan dirinya terpengaruh dalam hal yang akan merugikan dia nantinya.

"Gue nggak bisa," tegas Geisha dengan manik mata yang begitu yakin.

"Tapi bukannya lo butuh pekerjaan," tukas Kavin.

"Tapi gue nggak akan menerima pekerjaan yang bertentangan dengan hati gue."

"Apa salahnya jika lo menerima tawaran dari gue, hanya menjadi kekasih pura-pura gue. Anggap saja gue membayar lo untuk jasa itu."

"Maksud lo, lo menyuruh gue untuk berbohong sama orang tua lo, kalau gue pacar lo kan?"

"Iya."

"Sudah gue bilang gue nggak bisa berbohong seperti itu, apalagi sama orang tua lo. Tentu gue tahu itu berdosa dan gue nggak mau melakukan itu, walaupun gue butuh pekerjaan."

Terlihat Kavin terdiam dengan manik mata yang tampak ada ke putus-asaan di sana. Namun Geisha tidak bisa menerima penawarannya, meski kelihatannya itu adalah pekerjaan termudah yang pernah dia dengar. Karena hanya dengan datang menemui orang tua Kavin dan Geisha akan mendapatkan upah. Tanpa perlu berkeringat seperti biasanya dia sudah bisa mendapatkan uang, yang mungkin akan jauh berlipat dari apa yang pernah dia dapatkan.

"Tolong pikirkan lagi."

Terdengar Kavin kembali berusaha meyakinkan Geisha untuk menerima penawaran darinya. Dia seperti tidak pantang menyerah, karena waktu yang berjalan semakin mempersempit kesempatannya. Dan besok minggu dia harus membawa wanita pilihannya untuk diperkenalkan pada Mahendra dan juga Elena.

Untuk saat ini Kavin harus memperkenalkan seseorang pada mereka, tidak peduli bagaimana nantinya. Dia hanya berharap keajaiban akan datang dan kedua orang tuanya tidak benar-benar akan memaksanya untuk menikah.

Bersambung ....