Untuk kesekian kalinya, Rama melirik ke arah Sinta yang duduk di kursi penumpang. Otaknya masih dipenuhi euforia kekaguman akan bayangan sosok Sinta yang terbalut berbagai model gaun pengantin yang cantik itu. Hei, dirinya masih seorang pria normal yang bisa terpesona dengan seorang wanita yang cantik. Dan Sinta dengan gaun putih itu terlihat menawan seperti dewi yang turun dari langit ketujuh.
"Tolong berhenti di apotik setelah perempatan di depan sana," kata Sinta sambil menunjuk ke arah yang dimaksud. "Aku mau membeli obat flu dulu. Kepalaku mulai berat," lanjutnya sambil mengusap hidungnya yang tertutup masker, tanpa henti.
"Flu mu bertambah parah?"
"Hm-hm. Sepertinya karena kecapekan mencoba gaun pengantin, kondisiku jadi sedikit drop. Itu membuat flu ku bertambah parah," jawab Sinta yang bersin dua kali. Kemudian menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi.
Sekali lagi, Rama melirik Sinta yang memejamkan matanya. "Baiklah."