Di rumah sakit.
"Halo Erika," sapa Sinta yang duduk di samping ranjang temannya berbaring.
Sore ini, Sinta datang menjenguk Erika yang sudah dipindahkan ke kamar perawatan. Wajah temannya sudah nampak lebih segar dibandingkan kemarin. Entah sudah berapa banyak botol infus yang dihabiskan untuk mengembalikan nutrisi dalam tubuhnya.
"Sinta," ucap Erika dengan suara parau. Senyum singkat tersungging di bibir Erika yang masih terlihat pecah-pecah.
"Syukurlah kamu terlihat lebih baik sekarang. Aku sangat khawatir." Sinta meraih tangan Erika yang bebas infus, lalu menekankan keningnya ke punggung tangan temannya. Sinta terisak-isak, merasa lega melihat kondisi Erika yang membaik.
"Terima kasih sudah menyelematkanku. Aku berhutang nyawa padamu," ucap Erika tulus.
Sinta menggeleng sambil mengusap kasar air matanya. "Jangan mengungkit hal itu lagi. Teman baikku hanya tinggal kamu seorang. Aku tidak bisa kehilanganmu, Erika."