Sinta bersusah payah membuka pagar yang dimakan tanaman. Sepatu Sinta dengan tinggi lima sentimeter itu mulai melangkah di antara rerimbunan alang-alang yang tingginya mencapai dada orang dewasa. Pintu masuk yang seharusnya bisa ditempuh dalam tiga hingga lima langkah dari pagar, menjadi dua kali lebih lama karena halaman teras tertutup rimbunan semak.
"Hanya orang gila yang super malas yang mau tinggal di rumah yang sebelas dua belas dengan hutan belantara," omel Sinta sambil menghembuskan nafas lega karena akhirnya sudah tiba di teras rumah.
Langit sudah gelap. Rumah yang tanpa pencahayaan ini semakin terkesan menyeramkan. Sinta menarik nafas panjang dengan gemetar, sebelum membuka pintu yang sudah berkarat itu.
"Permisi."
Tidak ada jawaban. Namun Sinta tetap melanjutkan langkahnya semakin masuk ke dalam rumah karena ada seberkas cahaya remang-remang di pojok ruangan.