"Sinta, aku ingin bicara."
"Hm-hm."
"Kita.. gencatan senjata ya."
"Gencatan senjata?" ulang Sinta dengan mengangkat alis. "Memangnya kita sedang perang?"
Rama memutar bola matanya saat mendengar perkataan sinis dari Sinta. "Dengar, aku tahu kamu lelah. Dan aku juga tahu jika gaunmu yang berat itu pasti membuatmu lebih lelah dua kali lipat dari aku. Jadi, kita harus segera menyelesaikan acara pemotretan ini. Jika tidak, kita tidak akan bisa keluar hidup-hidup dari studio foto ini karena fotografer yang frustasi pada kita."
Sinta hanya mengangkat bahu, defensif.
Rama berjongkok di depan Sinta yang duduk sambil mengipasi wajahnya. Seorang staf dari studio foto, membantu memperbaiki make up Sinta. "Sinta, ayo kita berpose seperti calon pengantin yang sesungguhnya."