Siang hari di kafe.
"Kak Dyra, kakak masih memperhatikan meja nomer empat itu ya?"
"Hm-hm," sahut Dyra berpura-pura mengelap gelas dan cangkir. "Catat semua kerusakan perkakas kita. Sebelum dia pergi, berikan tagihan itu padanya."
"Baik Kak Dyra."
Selama setengah jam terakhir, Dyra tidak melepaskan matanya dari seorang cowok yang berkaos lengan buntung. Otot-otot di kedua lengannya menggelembung besar, menandakan dia sering nge-gym. Dan sekarang, cowok yang berusia kurang lebih dua puluh tahun itu sedang emosi tingkat tinggi setelah menerima sebuah panggilan telpon.
"Kak Dyra, apa perlu kita memanggil satpam ruko sebelah?" desak rekan kerjanya yang berdiri gemetar di sebelah Dyra. "Kita hanya cewek-cewek yang berjaga di kafe. Aku takut terjadi sesuatu jika cowok besar itu mengamuk dan menyakiti kita berdua."