Citra berjalan ke kamarnya untuk beristirahat dan keesokan harinya Citra bangun lebih awal karena Ibu tercintanya menyuruh dirinya untuk membantu menata bunga.
"Huaahhhh, selamat pagi duniaku," ucap Citra sambil meregangkan tubuhnya, bangun pagi dan membantu menata bunga itulah yang di pikiran Citra pagi itu.
Citra beranjak dari tempat tidurnya dan membasuh wajahnya dengan air, wajahnya terlihat putih bersih nya terpancar padahal dia hanya membasuh wajahnya menggunakan air, karena memang Citra adalah gadis yang mempunyai paras yang cantik kulitnya pun putih dan bersih.
"Huhh segernya, ah ini jam berapa sih si Ibu kok belum bangun nih, Bu ... Sudah bangun belum sih Ibuku tersayang ini," ujar Citra dengan pelan.
Citra pergi ke dapur untuk mengecek apakah Ibu tercinta nya itu sudah bangun dari tidurnya atau belum, dan ternyata Ibunya sudah bangun dan bahkan sudah memasak di dapur.
"Ehh Ibu hehe Citra kirain Ibu tadi belum bangun makannya Citra kesini buat mastiin Ibu," Ucap gadis cantik itu.
"Sudah dong, ohh iya ini Ibu sudah masak ya terus sedikit lagi kita mau menata bunga ya nak, terus Ibu juga panggil Hasan dan Yusuf buat bantuin kita juga," ucap Ibunya kepada Citra.
"Lah Hasan siapa Bu? Kok Citra enggak pernah denger nama itu, Ibu jangan lah nyuruh cowok bantuin Citra buat beresin taman kan Ibu tau Citra orangnya cuek sama pemuda desa," ucap Citra dengan nada yang lemas.
"Ya hasan itu pemuda desa tapi Ibu sama sekali tidak bermaksud untuk mau kenalin dia ke kamu kok jadi kamu tenang saja ya," ucap Ibunya.
"Hmm iya Bu tapi nanti tengah hari Citra tidak bisa ikut ngurusin taman ya Bu soalnya Citra sama Rina dan Rani mau latihan menari di balai desa Bu," kata Citra memberitahukan kepasa Ibunya bahwa dia tidak bisa menemani Ibunya membereskan taman bunga.
"Iya yang penting kan sekarang kamu masih bisa bantuin ibu kan," ucap Ibunya.
Citra dan Ibunya pun mengambil peralatan untuk memperbaiki dan menata bunga-bunga.
Tidak lama kemudian Citra bergegas menuju ke depan rumahnya tepat di taman yang ingin di tanami bunga Oleh Ibunya itu dan ketika Citra di depan rumahnya tiba-tiba dia bertemu temannya.
"Citra! Mau ngapain jam segini bawa alat-alat begitu haha kamu mau jadi tukang kebun apa gimana sih!" teriak Putri yang tiba-tiba lewat depan rumah Citra.
"Wah kebiasan kamu Put ya bicara nya keras banget kayak orang demo saja!" ucap Citra kepada Putri.
"Hehehe ya maaf Cit, kalau kamu beresin taman yang ada para pemuda godain kamu loh Cit, kamu kan tau kamu jadi primadona di desa ini," ucap Putri kepada Citra.
"Aku sih yakin kalau para pemuda di desa kita tidak jelalatan, yah ada sih yang jelalatan tapi kan tidak semuanya," kata Citra.
Putri terlihat malas mendengar perkataan Citra, karena memang Putri merasa dirinya sangat lah jauh kalah kalau soal kecantikan dengan Citra, Putri tidak pernah bersyukur apa yang dia punya tetapi selalu iri dan tidak suka jika Citra bahagia dan banyak di kagumi oleh para pemuda desa.
"Ya hmm itukan menurut kamu ya Cit, dan kamu juga kan belum tau ya kan aslinya para pemuda tuh gimana haha," ketus Putri kepada Citra.
"kamu ini ngomong apa sebenarnya Put, positif saja lah jangan selalu berfikir negatif ke orang lain," ucap Citra.
Ketika Citra berkata seperti itu bukan malah sadar tetapi si Putri semakin kesal dengan Citra yang dia pikir perkataannya itu adalah sebuah tipu daya dan kebohongan yang keluar dari mulutnya.
"Hah bilang saja kalau ingin di godain sama para pemuda tidak perlu mengelak berbicara yang seperti orang yang suka gitu hadeuh," gumam Putri dari dalam hati.
"Ya sudah lah aku mau membantu Ibu ku dulu, kalau kamu ingin bantuin juga boleh kok hehe, sapa tau kamu pengen bantuin aku gitu kan kalau kamu bantuin sedikit meringankan aku dan Ibuku hehe," Kata Citra kepada Putri.
"Kalau aku sih sibuk jadi gak bisa bantuin kamu dan Ibu kamu hehe maaf aja nih soalnya memang lagi sibuk, daaa Citra yang semangat ya bantuin Ibu kamu," ucap Putri dengan nada yang sedikit mengejek Citra.
"Lah kok gitu ngomong nya ya, iya deh kalau kamu sibuk hehe," jawab Citra.
Citra membawa bunga-bunga milik Ibunya itu ketempat yang redup karena tempat atau tamannya akan di bersihkan olehnya dan agar terlihat tidak banyak sampah dan daun yang berserakan.
"Di angkatnya di sebelah kanan rumah saja Citra karena di sana tidak terlalu panas nantinya supaya bunganya tidak layu nanti ya," ucap Ibu Citra kepadanya.
"Iya baik Bu ini Citra lagi beresin terus nanti di angkat kesana Bu," jawab Citra kepada Ibunya.
Citra dan Ibunya pun memulai membereskan semua pot bunga yang ada di taman rumahnya itu, di saat Citra dan Ibunya membereskan bunga-bunga dan tiba-tiba Yusuf dan Hasan datang bersamaan.
"Assalamualaikum Bu, wah sudah mulai duluan ya Bu aku sama Hasan ini malah baru datang Bu hehe," ucap Yusuf kepada Ibu Citra.
"Walaikumsalam, Iya Yusuf tidak apa-apa kok, Ibu juga baru keluar ini dan baru mulai juga kok ini sama Citra," ucap Ibu Citra kepada Yusuf.
Citra mendengarkan Ibu dan para pemuda desa itu pun merasa kesal karena Citra takut jika para pemuda itu bukan pemuda baik-baik karena mereka tahu bahwa Citra adalah kembang desa di desa mereka.
"Yang mana yang mau di kerja duluan Bu biar Hasan dan Yusuf yang mengerjakan semuanya agar tidak terlalu capek nantinya Ibu dan citra," ucap Hasan sambil menatap mata Citra.
"Ya ampun tuh kan dia menatap mataku gitu waduh please aku takut kenapa Ibu memilih dia untuk ikut kerja tamannya sih,"gumam Citra dari dalam hati.
Citra merasa tidak nyaman dengan adanya pemuda yang bernama Hasan dan sangat berbeda sikapnya dengan Yusuf yang sangat lembut dan sopan.
Citra mendekati Yusuf dan memberanikan diri untuk bertanya kepada Yusuf tentang pemuda itu.
"Suf itu sebenarnya siapa sih kok aku takut ya karena pas dia mengangkat pot-pot bunga dia menatap aku seperti ada hal lain yang ingin di mau dari aku," ucap Citra kepada Yusuf.
"Tuh kan pemikiran kamu selalu begitu semua pemuda saja kamu anggap jahat jadi tidak ada di mata kamu pemuda desa yang baik, aku pun kamu bilang seperti itu kan," ucap Yusuf.
"Kamu tau kan maksud aku ngomong begitu Suf aku hanya takut, aku juga sadar di posisiku jadi kembang desa dan sebenarnya aku juga tidak meminta posisi itu jika membahayakan diriku," ucap Citra kepada Yusuf.
Yusuf melihat dan memandang Citra terlihat dari mata Citra yang terlihat sangat takut.
Bersambung