Dua hari kemudian.
Abian duduk di pinggir ranjang menemani Aletha sejak semalam. Karena berada di rumah sakit yang sama, ia bebas bolak balik ke kamar Aletha dan Chiara. Meski berada begitu dekat, mereka tidak membuka suara sedikitpun.
Sesak napas yang menyerang dada Aletha membuat wanita itu memilih diam. Namun sesungguhnya pengkhianatan Abian lah yang paling menyesakkan. Tidak pernah terbayangkan oleh Aletha, jika pernikahannya akan dilanda badai yang cukup dahsyat.
"Kita sudah dewasa, Aletha. Kita selesaikan masalah ini bersama, tanpa harus melibatkan orang lain," kata Abian.
Aletha menoleh pelan, hatinya berdenyut nyeri. "Kamu takut Mama Dinar tahu--," sahutnya terbata-bata.
"Tidak," jawab Abian singkat, wajahnya berpaling dari hadapan istrinya.
"Bohong. Kamu takut pada keluargamu, Abian." Aletha tersenyum sinis.
"Rasanya tidak etis saja, masalah kita diketahui orang lain. Kita sudah dewasa, bisakah berdamai dengan keadaan?"