(Cerita sebelumnya)
Dia terus melajukan mobil sport miliknya, tidak peduli apa yang akan terjadi, setidaknya, kakeknya tidak meminta hal itu kepada Erin, entah bagaimana nantinya dia menjelaskan kepada Gavin.
Erin telah duduk bersama dengan kakek Xavier, sambil menunggu dokter yang telah dipanggil, sang kaki begitu sangat antusias wajahnya terlihat sumringah dia merasa bahwa dirinya masih muda dan segar bugar, tapi Erin Tidak berani berkata Dia tidak hamil, walau cucunya sangat kurang ajar terhadap dirinya tapi tentunya hal itu tidak membuat kehamilan.
Mobil sport milik Xavier yang berlambang Kuda itu mulai masuk ke area rumah sang kakek, halaman yang luas dengan hamparan rumput yang hijau membuat suasana di rumah tersebut seperti berada di era bangsa Eropa masuk ke Indonesia.
Mungkin ada kesempatan untuk Erin menjelaskan yang sebenarnya, dia tidak ingin kakek Xavier salah paham akan dirinya dan dia juga tidak ingin terlibat dengan Xavier.
Entah bagaimana kenapa sampai semua ini terjadi, terlalu singkat untuk Xavier dan Erin, keduanya bahkan tidak mengenal baik dia hanya tahu bahwa Xavier adalah sahabat Gavin, yang menjadi atasannya.
Dengan wajah yang begitu serius safir masuk melalui pintu depan
segera dia berlari kecil menuju ruang keluarga, di sana dia mendapati Erin Tengah duduk bercengkrama dengan sang kakek, wajahnya terlihat bingung, sang kakek bahkan tidak menunjukkan bahwa dia tengah marah atau Tengah menyusun rencana baru.
"Apa maksudnya ini kek?"
tanya Xavier yang bingung.
"Dasar anak kurang ajar"
sahut sang kakek yang melemparkan tongkat kepada Xavier.
"Ini urusan Xavier kek, sebaiknya kakek kek nggak usah ikut campur"
Xavier yang menangkis lemparan tongkat sang kakek.
"Urusanmu kau bilang? kau bahkan menghamili seorang gadis kau bilang itu tidak penting?"
ucapan kakek yang membuat Xavier tidak paham.
"Hamil????"
Xavier yang bertanya-tanya akan perkataan sang kakek.
Wajahnya bingung menatap Erin dia berpikir bahwa Erin mengatakan hal yang tidak tidak, namun dengan segera Erin memberi tanda dengan menyilangkan tangannya, yang berarti bahwa apa yang dimaksudkan kakeknya tidak benar, dia tidak hamil.
Dan pada intinya sang kakek mau Xavier menikah dengan Erin, entah Erin hamil atau tidak, Cafe merasa Dia adalah wanita yang cocok untuk Xavier, jarang ada wanita seperti Erin yang lainnya hanya memanfaatkan posisi dan kekayaan sang kakek bahkan beberapa ada yang mengancam Dengan menyebarkan video di mana cucunya membuat skandal.
Tidak ingin membuat kekacauan lagi, ia kemudian berkata kepada sang kakek bahwa dia tidak hamil, kalau sebenarnya dia pun hamil, tidak akan menikah dengan Xavier, karena Xavier calon ayah yang baik menurut Erin.
Mendengar ucapan Erin, Xavier seperti kebakaran jenggot matanya melotot menatap dunia seakan-akan dia meremehkan lelaki perkasa ini, tidak terima akan perkataan Erin, Xavier kemudian langsung melontarkan pernyataan bawa Xavierlah yang telah memperawani dirinya.
Plaaakkkkk !!!!!!
Erin dengan keras langsung nampar wajah Xavier, kurang ajar itu yang membuatnya muak, hanya karena dia mempunyai banyak uang dia bisa melakukan apa saja, termasuk membeli harga diri Erin, sang kakek hanya terdiam melihat cucunya diperlakukan seperti itu oleh Erin, Kakaknya juga tidak menyalahkan Erin, menurutnya Xavier pantas mendapatkan itu.
"Setelah itu kau bangga? aku yakin mungkin sudah banyak yang kau tiduri, Aku lelah aku yang pertama kali kau rusak keperawananku"
ucapnya dengan lantang di depan sang kakek dia tidak peduli orang berpikir apa tentang dia, selama dia kesal dia marah karena Xavier telah merenggut semuanya.
Xavier hanya tertunduk diam, dia tahu apa yang diucapkan oleh Erin adalah benar, entah tidur dengan berapa wanita pun safir sebelumnya tidak pernah merasakan hal ini, dia tidak begitu peduli tapi kini hanya karena merusak keperawanan seorang gadis. Dia sangat menyesal, dia tidak tahu harus berbuat apa tidak ada pikiran untuk menikah dengan gadis tersebut, ditambah lagi semua apa yang dilakukan Xavier hanyalah pelampiasan.
.
.
.
( flashback zaman kuliah)
angin sepoi-sepoi berhembus di daunan sebuah pohon besar yang berada di halaman kampus, Zeva tengah bersantau diantara hanparan rumput nan hijau, cuaca mendukung untuk bersantai sehabis lelah belajar.
Tidak lama Xavier dan Gavin datang menghampiri Zeva, bertiga tampak akrab seperti sahabat pada umumnya, walau safir seringkali menyatakan cinta dan mendapat penolakan dari Zeva, tapi tidak mudah untuk menyurutkan semangatnya agar bisa membuat Zeva menjadi pacarnya, wanita yang cantik dan bertalenta itu membuat Xavier berdebar-debar, selain cantik dia juga memiliki otak yang begitu encer, bahkan setelah lulus kuliah nanti dia berencana akan melanjutkan studinya ke Harvard.
Awalnya semua baik-baik saja, pergi nongkrong makan Bahkan jalan-jalan mereka selalu lakukan bertiga, Sampai suatu hari Xavier mendapati Ziva Tengah berpelukan dengan Gavin, hal itu membuat Xavier bertanya-tanya, ada apa dengan mereka berdua? bahkan terlihat jelas wajah bahagia Zeva, gadis itu terus memeluk, ketika Xavier datang, dia melepaskan pelukan tersebut.
Gavin juga terlihat biasa saja, dia sendiri mencoba menutupi jati dirinya yang sebenarnya, ingin orang lain tahu siapa dirinya Sebenarnya dia hanya mencoba dan terus Mencoba berusaha sebaik mungkin agar orang tuanya dan teman-temannya bangga terhadap dirinya, sikap Syifa yang sangat berbeda terhadap dirinya dan Xavier membuat Gavin merasa tidak enak, dia seringkali menjelaskan kepada Xavier bahwa dirinya akan mementingkan persahabatan mereka ketimbang harus menjadikan Zeva Kekasihnya.
Kalau bulan berlalu suatu pesta yang dinantikan setiap tahunnya oleh kampus ini diadakan dengan sangat ramai pesta kostum untuk menyambut beberapa peringatan di kampus, di saat itulah Ziva benar-benar menyatakan cintanya terhadap Gavin.
sementara Xavier hanya melihat dari kejauhan, di saat itu Gavin benar diberatkan dengan dua pilihan, sahabatnya yang juga menyukai Zeva atau dia menerima Zeva sebagai kekasihnya, tentunya Gavin lebih memilih persahabatan mereka, dia terang-terangan menolak Zeva, Begitu Tetap saja safir marah dan kesal akan hal yang terjadi, bahkan sampai sekarang pun Zeva selalu mengharapkan cinta dari Gavin.
.
.
.
(Masa sekarang)
Zeva yang telah sibuk menyelesaikan studinya di Harvard kini kembali ke Indonesia, orang pertama yang dikabari adalah Gavin dan Gavin juga yang akan menjemputnya di airport, walau sifat tidak pernah tahu alasan Gavin menolak dirinya, tapi suatu saat Gavin akan cerita Kenapa dia menolak Zeva gadis cantik dengan otak yang jenius.
Di lain tempat masih dengan Xavier dan Erin yang berdebat, Erin yang bersikukuh tidak akan mau menikah dengan safir begitu pula dengan Xavier, namun sang kakek terus berusaha membuat mereka bersatu walau dalam bentuk ancaman.
sang kakek mengatakan dengan tegas dia akan melunasi semua hutang orang tua Erin, asal dia mau menikah dengan Xavier, sedangkan cucunya bila tidak mau bersedia menikah, dia akan mencabut semua akses bahkan fasilitas yang diberikan sang kakek, walau terkesan tidak adil tapi cara inilah yang akan kakeknya lakukan agar sang cucu mau menuruti Apa perkataan dia.
Kakek memberi waktu mereka sampai makan malam tiba, sementara itu ini hanya menunggu di sebuah ruangan yang sangat luas dengan bet yang sangat besar kamar cantik itu bercat putih dengan Masih gaya eropa yang sangat kental. dia terus memikirkan untuk menerima tawaran Si kakek tapi sayang kenapa pilihannya dia harus menikah, dia bisa bekerja bahkan menjadi babu di rumah sebesar ini untuk melunasi hutang orang tuanya, asal jangan menikah dengan Xavier.
Xavier juga tengah berada di kamarnya, dia memilih beberapa koleksi minuman keras yang ada di rak kamarnya, lelaki bertubuh atletis itu sangat kesal akan sikap sang kakek, dia bisa menjodohkannya dengan gadis manapun Tapi kenapa harus Erin, gadis dengan standarisasinya yang rendah, dia tidak tinggi dengan kaki jenjang melainkan tubuh mungil yang seperti masih umur belasan, setidaknya dia bisa mencari yang lebih cantik dari Zeva.
.
.
.
Gavin telah menunggu Zeva selama jam di airport, dia tidak tahu kalau sahabatnya akan datang malam ini, sayangnya Xavier tidak bisa dihubungi, Mungkin Sang ahli waris itu tengah sibuk dengan beberapa urusan dan dia sedang tidak akur dengan Xavier, walau sebenarnya Gavin tidak tahu alasan dia marah terhadap Xavier, dia juga tidak tahu apa yang telah dilakukan sahabatnya itu terhadapnya Erin.
Tidak lama dari gerbang kedatangan tampak seorang gadis cantik dengan tinggi 170 cm, menghampiri Gavin gadis yang blasteran Jerman itu datang dengan hanya membawa sebuah koper, Dia sangat suka cowok oriental termasuk Gavin yang tetap selalu ada di hatinya.
.
.
.
Bersambung