Chereads / Culik aku om Xavier / Chapter 6 - 00.06

Chapter 6 - 00.06

Xavier kesal akan sikap Gavin yang tidak memberitahu bahwa Zeva telah kembali dari luar negeri, mungkin sengaja Gavin tidak memberitahunya, kesal karena safir telah membuat Erin menangis. Trrrddddtttt !!!!! suara getaran dari handphone Gavin, dilihatnya panggilan tersebut dari Erin.

"Halo...."

"Pak.....bapak sama pak Xavier?"

tanya Erin pada Pak Gavin.

"Ada kok orangnya.....kenapa?"

"Bisa tolong nggak bapak bisa share loc tempat Bapak sekarang?"

"Bisa....tunggu ya"

kata Gavin yang melirik kearah Xavier.

Seolah tidak ingin tahu apa yang dibicarakan Gavin, Xavier juga tidak ingin  menghampiri Zeva, Walaupun dia merindukannya namun ada rasa gengsi dan kesal terhadap Zeva. apalagi sekarang dia melihat Zeva begitu asyik berdansa tanpa ada rasa kangen kepada Xavier.

Dia kemudian memesan minum berakohol, Gavin hanya melihat tanpa berkata, dia terlanjur kecewa, apa yang di perbuat Xavier kepada Erin, sekarang Erin mungkin sedang menuntut pertanggung jawaban yang Xavier lakukan, karena itu dia membiarkan Erin datang kesana.

Mungkin juga Gavin tengah merencanakan sesuatu. dia terlihat santai hanya menikmati minuman yang dipesan juga oleh Xavier.

"Hei.....lama kita enggak ketemu"

Zeva yang selesai berdansa menghampiri Xavier dan hendak mencipika-cipiki tapi Xavier menghindar.

"Kenapa lu gak bilang kalau pulang hariini?"

tanya Xavier sedikit kesal.

"Udah....ke Gavin"

Hal itulah yang membuat Xavier marah, selama ini mereka selalu berhubungan, entah telepon ntar video call tapi kenapa disaat hal penting dia tidak pernah dikabarin. Seakan mereka tidak pernah menghargai persahabatan mereka, Xavier terlalu memaksakan Sikap mereka berdua membuat Xavier muak,Zeva hanya bisa terdiam matanya melirik ke arah Xavier yang sedang marah, bukannya dia tahu apa yang dicintai oleh Zeva.

Walau begitu setidaknya Gavin mengabari tentang kedatangan Zeva,  Erin sedang menuju ke sana menggunakan sebuah taksi, dia telah sampai di klub, sedikit ragu tapi Erin harus melakukan itu dia tidak ingin kakek Xavier pergi dengan perasaan kecewa. dengan modal nekat Erin segera masuk ke dalam klub, suasana riuh akan musik, beberapa asap rokok yang sangat mengganggu, ditambah beberapa pelayan dan penari yang berpakaian seksi, hanya dirinya gadis cilik datang dengan menggunakan hoodie dan sendal.

Awalnya dia nggak diterima masuk karena dikira dia belum berumur 17 tahun, tapi setelah melihat KTP dari Erin seorang penjaga mengizinkannya masuk, Erin pun masuk tanpa ragu, melihat ke kiri dan ke kanan mungkin saja Alifa Gavin yang sedang bersama Xavier, dia terus mencari dan mencari sampai  Gavin menyadari kehadirannya.

"Erin....."

teriak Gavin dengan Melambaikan tangan ke atas.

mendengar Gavin meneriaki seorang gadis, membuat Zeva pun melirik gadis tersebut, pertama kali dia melihat k begitu antusias terhadap seorang perempuan, wajahnya bahkan sangat ceria di depan gadis yang dikira masih cilik itu. Xavier cukup terkejut melihat kedatangan Erin, Apa yang di lakukan gadis cilik ini? celetuk batin Xavier.

"Hai pak.....Aku mau ngomong sama om?"

ucap Erin yang menghampiri mereka.

"Tunggu.... sejak kapan gue nikah sama Tante lo?"

sahut Xavier yang sedang geram.

"Udah tua kan? wajar dong aku panggilom"

sahutnya dengan lantang.

"Toss dulu dek....."

Zeva yang tertawa mendengar perkataan gadis mungil ini.

Erin tidak kenal dengan wanita itu, tapi Erin mengikuti apa yang diperintahkan Zeva, itu meminta mereka untuk tos dalam artian mereka merayakan dan mentertawakan perkataan yang dilontarkan oleh Erin. namun hal itu membuat Gavin lebih luwes untuk tertawa, pertama kalinya Zeva melihat Gavin tertawa seperti itu.

Erin kemudian menarik tangan Xavier, Erin ingin bicara tentang masalah kakek dengannya.

"Apaan sih?"

"Masalah kakek, kamukok malah disini? kakek lagi sakit"

"Terus?????"

"Emang gak ada otak ya, kakek kamu lagi sekarat!!!"

"Gue yang lebih kenal kakek gue, dia ngelakuin itu udah sering jadi besok pun dia udah bisa jalan-jalan lagi nggak ada urusannya sama lo"

Plaakkkkk!!!!

kesal mendengar perkataan Xavier, dia menampakkan wajah yang dipenuhi jabis tipis, saat ini perasaannya memang sedang tidak menentu Xavier Merasa dikhianati oleh sahabatnya sendiri, kali ini dia juga tertekan dengan hal yang dia tidak sengaja lakukan, hal yang membuatnya selalu merasa bersalah, apalagi sekarang Zeva telah kembali dari luar negeri. Xavier menatap wajah Erin, kali ini terlintas di kepalanya untuk melihat reaksi dari Zeva. Apakah dia memiliki perasaan terhadap dirinya, tangan Xavier merangkul pinggang ramping Erin, Erin Hanya tercengang melihat aksi dari Xavier, tidak lama setelah itu mata mereka yang berpandangan berakhir dengan sebuah kecupan mesra dari bibir Xavier, Erin melotot tubuhnya terasa kaku tidak dapat bergerak karena dipeluk erat oleh Xavier, lelaki berumur itu dengan ganasnya mencium bibir tipis Erin.

sontak Gavin dan Zeva tercengang melihat aksi mereka, kesal dan tidak terima karena Xavier memperlakukan Erin seperti mainannya saja. Dia pun menghampiri Xavier dan Erin, dia menarik tangan Erin hingga terlepas dari pelukan Xavier.

Buuugggkkkk !!!! Gavin menarik kerah baju Xavier dan menghajar wajah Xavier.Zeva bingung apa yang terjadi selama dia tidak ada di Indonesia, Kenapa gadis mungil ini menjadi rebutan antara Gavin dan Xavier, dia bahkan mengenal Gavin sebagai sosok yang sangat sabar kali ini pertama kalinya dia menyaksikan Gavin menghajar wajah Xavier.

tidak tinggal diam Xavier pun yang terjatuh segera bangkit dan menghampiri Gavin, dia pun membalas pukulan dari Gavin, Erin tersadar dari lamunannya, berusaha melerai Perkelahian antar dua sahabat itu tubuhnya yang mungil hanya bisa menahan dengan memeluk tubuh Gavin, sementara Zeva menahan Xavier.

"Bangs*at"

sentak Gavin.

"Udah Pak Udah"

teriak Erin yang terus menahan badan Gavin.

Xavier hanya terdiam melihat sahabatnya itu sangat marah terhadap dirinya, dia menunjukkan betapa dia peduli terhadap Erin, hal itu juga yang menjadi pertanyaan besar dari Zeva, yang sebenarnya cintanya yang selalu ditolak oleh Gavin, selama ini Gavin tidak pernah membalas perasaan Zeva.

puas rasanya setelah Xavier menunjukkan kepada Zeva, lelaki yang dicintainya itu tidak memiliki perasaan apapun terhadap Zeva, setelah keduanya berhasil dilerai Gavin mengajak Erin untuk pulang, meninggalkan Xavier bersama Zeva.

Gadis berkaki jenjang itu menghampiri Xavier dan membawa sekantung es batu untuk mengobati rasa mengar di pipi yang baru saja di tinju oleh Gavin.

"Aku tahu maksud kamu kok, tapi itu tidak melunturkan perasaanku terhadap dia"

ujar Zeva menyerahkan sekantong es tersebut.

"Maksud lu apaan va?"

"Aku tahu, kamu jadikan dia sasaran karena Gadis itu sedang dekat dengan Gavin"

ujar Zeva.

Benar saja Xavier memang sengaja menggunakan Erin untuk melihat reaksi dari Gavin, yang menjadi Erin incaran Xavier untuk ditunjukkan kepada zeva, sayangnya hal tersebut tidak berpengaruh terhadap cinta Zeva kepada Gavin.

Sementara itu Erin yang berada dalam mobil Gavin Hanya duduk terdiam, dia bahkan tidak berkata apa-apa hanya lirih dalam hatinya melihat wajah Gavin terlihat memar.

Ada perasaan aneh di hatinya kenapa dan kenapa Pak Gavin bersikap seperti itu di depan sahabatnya, Erin terduduk diam terus diam sampai dia terlelap tidur dengan memandang wajah Gavin. Selama tidur dia seperti kembali ke mimpi masa lalunya ke masa dimana dia masih kanak-kanak dan kemudian mengenal Gavin, lelaki yang tengah sibuk masuk kuliah itu sangat baik terhadap dirinya, mungkin karena Erin dekat dengan adik Gavin, Gisel.

Dia juga tidak sungkan untuk mengajari mata pelajaran yang dirasa oleh Erin itu sangat susah.

Erin kala itu Tengah berusia 12 tahun namun ada sesuatu yang tumbuh dari hatinya sampai sekarang dia masih menyimpan nama Gavin di hati kecilnya. Erin juga orangnya jago gambar dia sempat menggambar wajah Gavin ketika masih kuliah, wajah kecil yang polos itu kini tumbuh menjadi seorang yang punya aura kharismatik yang kuat, tumbuh menjadi lelaki yang bertanggung jawab akan tugas, tidak jarang Banyak wanita yang mengagumi dirinya bukan hanya karena dia tampan tapi cara dia memperlakukan sesama manusia sangatlah mengagumkan.

Kenangan di masa lalu itu terkadang sulit melupakan, dia terus berusaha menjadi orang yang baik dan peduli terhadap sesama, setelah Sekian lamanya nya, Rin belajar banyak hal dari sikap Gavin yang rendah hati dan baik bahkan untuk dikatakan sombong saja dia tidak pernah, dia tidak pernah memperlihatkan dirinya memamerkan merek pakaian ataupun harta lainnya.

Dikala itu pula omongan Gavin masih melekat sampai sekarang di otaknya, Bagaimana tidak dia adalah, pria pertama yang dicintai oleh Erin, lelaki dengan senyum manis itu membuatnya meleleh.

Akhirnya mereka sampai di rumah Gavin, dia pun menggendong Erin untuk beristirahat di salah satu kamar di rumahnya.

Dia membawa masuk Erin, ke sebuah kamar yang dulunya adalah bekas kamar almarhum adiknya, Gisel.

.

.

.

Xavier juga pulang kerumah, seorang pengawal kakeknya telah menunggu, dia mengatakan bahwa sang kakek tengah sekarat, sang kakek hanya memberikan surat yang berisi perintah, dia ingin Xavier benar-benar mau menikah dengan Erin, dalam waktu 3 hari Xavier tidak memberi jawaban, semua kartunya di bekukan, harta warisan pun tidak akan di berikan sepeserpun oleh kakeknya. Xavier masih memikirkannya, bagaimana dia menikah jika dia tidak mencintai gadis itu, malah yang ada rasa bersalah, kenapa juga kakek meminta dia menikah dengan Erin gadis biasa yang tidak ada apa-apanya di bandingkan dengan Zeva.

Semalaman dia berpikir keras, bagaimana caranya dia bisa memanfaatkan Erin, agar si kakek bisa tenang sampai kondisinya pulih. Xavier  tidak terpikir bahwa dia akan menikah dengan orang yang tidak di cintainya.

Sementara sang pengawal kakek menyarankan untuk keduanya menikah kontrak dengan perjanjian tertulis, tapi tetap saja statusnya nanti akan menjadi duda, tidak apalah asal mereka tidak memiliki anak, pikir Xavier.

Dia meminta orang kepercayaan si kakek untuk membuatkan perjanjian tersebut, dia akan bicara dengan Erin agar semua cepat kelar dan terlepas dari masalah,  dia bahkan meminta sang pengawal untuk menambahkan bab tidak saling menyentuh selama mereka menikah,  syarat yang harusnya di tujukan kepada Xavier, dia lelaki yang tidak bisa menahan hawa nafsunya sendiri.

Berbeda dengan wanita yang memiliki sembilan nafsu tapi masih bisa menahannya, sedangkan pria memiliki satu nafsu tapi tidak bisa menahannya.

Zeva juga baru tiba di apartemennya, dia merasa capek sekali, dia merebahkan badannya di kasur yang empuk itu, ada perasaan kecewa, entah kenapa, Gavin tidak pernah berlaku sepeti itu sebelumnya, dia hanya tahu sebuah rahasia kecil, tapi kini dia berpikir itu hanya alasan untuk menolak dirinya.

Kesal Zeva melempar tasnya ke arah cermin dan prakkkk cermin itu pun retak.

.

.

.

Bagaimana kelanjutannya saksikan terus ya.