Chereads / Dunia Kelabu / Chapter 11 - Singkat, Jelas, Lembek

Chapter 11 - Singkat, Jelas, Lembek

"Ada apa denganmu?" Pak tua Wei merasa aneh dengan tatapannya, entah kenapa dia ingin sekali memukul kepalanya.

"Permen ini?" Meskipun itu hanya spekulasiku bahwa dia memiliki fetis aneh, aku tetap saja merasa perutku mual memikirkan jika itu terjadi nyata.

"Kamu mau atau tidak. Kamu harus bersyukur aku memberimu permen itu. Nenek sihir itu meminta bijih stardevil sebagai ganti permen dan itu hanya untuk satu permen." Pak tua Wei masih marah memikirkan kesepakatan yang tidak masuk akal itu, orang-orang mengutuknya sebagai Raja Berhati Hitam tapi dibandingkan dengan nenek sihir itu, apa itu Raja Berhati Hitam? Hanya seekor kutu di pinggir jalan.

"Jadi ini sangat berharga, mm." Aku tidak menyangka kalau permen ini bisa ditukar dengan bijih stardevil, aku dengar si tua busuk ini sering membanggakan bijih itu sampai-sampai dia menolak bangsawan yang ingin membelinya dengan harga tinggi.

"Bijih stardevil!?" Sylvia sedikit terkejut, meskipun dia belum pernah melihatnya tapi dia dengar bijih itu sangat langka, bisa dibilang itu bijih legendaris.

"Tentu saja sangat berharga, permen itu terbuat dari ramuan langka. Tidak salah jika kamu melihatnya sebagai barang tingkat legendaris." Pak tua Wei mendengus terhadap respon Narai yang menganggap permen itu sebagai barang biasa.

"Tapi bibi-bibi sering memberiku sekantung permen yang sama setiap harinya." Memainkan permen di tanganku, aku akhirnya bisa bernapas dengan lega. Haaah, untungnya itu hanya prasangkaku. Jadi perasaan hangat itu bukan karena afrodisiak.

Jika dipikirkan lagi, mungkin keanehan orang-orang ada hubungannya dengan Sylvia. Dari reaksi si tua busuk ini, Keluarga Foster jarang meninggalkan wilayah mereka. Dan itu sangat jarang lagi menemukan orang yang seumuran dengannya untuk keluar dari wilayahnya. Jadi tidak aneh jika mereka sering meliriknya, tapi... mengapa aku merasa ada yang terlewat, apa itu?

"Tunggu! Apa katamu!?" Semburat kemerahan muncul di wajah tuanya, mendengar pernyataan Narai, dia merasa sudah tertipu. Apalagi dia yang biasanya menipu orang, sekarang giliran dia yang merasakan perasaan tertipu.

"Wow! Ah ya, mereka biasanya memberiku sekantung permen." Angin tiba-tiba menerpa wajahku, ketika aku membuka mataku, wajah tua keriput menatapku dengan intens.

"Apa!! Sialan penyihir itu, dia menipuku!!" Pak tua Wei mencengkeram erat pundak Narai, dia merasa sangat marah ketika memikirkannya.

"Ugh. Uhh, air liurmu, air liurmu." Ya Tuhan ada apa dengan si tua busuk ini, itu hanya permen oke, permen. Kenapa kamu harus marah hanya karena permen. "Umm. Ini, ambil saja permen ini."

"Haaah, sudahlah. Ambil saja, kamu pikir pria tua ini akan mengambil kembali barang yang sudah kuberi." Menghela napas panjang, dia kemudian melepaskan cengkramannya dan kembali duduk dengan muram. "Kupikir aku sudah terlalu tua, bahkan nenek sihir itu sudah bisa menipuku."

Melihat suasana hatinya tiba-tiba berubah antara marah dan menyesal, aku merasa pandanganku mulai berubah. Pak tua ini sangat labil meskipun sudah tua, apakah semua orang tua sama sepertinya.

"Tuan Muda." Mengambil sapu tangan entah dari mana, Sylvia memberikannya pada Narai.

"Oh, terima kasih." Aku sedikit terkejut, dia ternyata sedikit bisa diandalkan. Tapi mengingat kejadian tadi, aku tetap tidak akan melonggarkan penjagaanku, siapa tahu tindakan gila apalagi yang bisa dia lakukan.

"Untuk apa kamu kemari?" Kembali ke dirinya sendiri, pak tua Wei bertanya kepada Narai dengan hati-hati.

"Tentu saja membeli pedang." Pertanyaannya sedikit membuatku malu, aku tidak bisa tidak memikirkan kejadian beberapa hari yang lalu.

"Hmph. Kupikir kamu ingin mengambil keuntungan dariku lagi."

"Ayolah, itu hanya satu koin perunggu." Aku meliriknya dan tidak bisa menahan untuk merasa malu pada diriku sendiri, kenapa penduduk kota ini sangat pelit.

"Hmph. Ikuti aku." Mendengus kecil terhadap pria kecil di depannya, pak tua Wei diam-diam merasa bangga di dalam hatinya. Dia tidak sabar menunggu keributan apa yang akan terjadi begitu iblis kecil ini keluar dari kota ini.

Aku berjalan mengikutinya dan berniat mengembalikan sapu tangan ketika Sylvia tiba-tiba menyentuh sapu tangan dengan ujung jarinya dan melemparkannya ke tempat sampah di pojok toko.

"Uh." Aku tidak tahu dia ternyata mysophobia, tapi jika dia mysophobia kenapa dia baik-baik saja menyentuh tanganku. Melirik si tua busuk ini, aku tiba-tiba merasa khawatir dengan reaksinya.

"Jangan khawatir aku bukan pria tua yang berpikiran sempit. Apalagi mengingat ciri khas keluarganya, aku tidak akan lagi terkejut." Tanpa berbalik, pak tua Wei tiba-tiba meredakan kekhawatiran Narai.

Memutar mataku, aku tiba-tiba terdiam mendengar apa yang dia katakan. Bukan berpikiran sempit katanya, tapi kenapa kamu tiba-tiba kesal padaku hanya karena satu koin perunggu.

Setelah turun ke ruang bawah tanah, aku melihat banyak senjata yang jauh lebih baik daripada apa yang dipajang di lantai atas. Meskipun kualitas senjata ini tidak bisa menandingi senjata kelas atas yang ada di guild petualang, tapi sekilas aku bisa melihat kecemerlangannya yang tidak kalah dari senjata kelas atas. Mungkin itu karena perbedaan bahan yang menyebabkan kualitas senjata di toko ini berbeda dengan senjata di guild petualang.

"Lihatlah dan pilih apa yang kamu inginkan." Duduk di samping tungku peleburan, pak tua Wei merenung sambil menatap keduanya tanpa tahu apa yang sedang dia pikirkan.

Melirik ke sana kemari aku tidak tahu pedang mana yang harus kupilih, karena bagiku semua pedang di sini sama saja. Meraih pedang di depanku, aku mencoba mengayunkannya beberapa kali tapi rasanya ada yang kurang jadi aku meletakkannya dan mencoba mereka semua satu persatu.

Meletakkan pedang yang terakhir, aku mengerutkan kening, semua pedang di sini memang sangat bagus tapi entah kenapa aku merasa ada yang kurang. Rasanya semua pedang ini kurang pas di tanganku, umm, tidak sesuai atau bisa dibilang kurang sempurna, dan tidak selaras denganku.

"Jadi apakah ada yang menarik perhatianmu?" Tersenyum menarik di wajahnya, pak tua Wei tahu bahwa dia tidak akan tertarik dengan semua pedang ini. Dia membiarkannya memilih hanya untuk melihat bagaimana reaksinya.

"Tidak, apakah kamu memiliki yang lainnya." Melirik semua pedang ini, entah kenapa aku merasa ada yang eneh. Aku merasa sedikit... jijik, bukan jijik karena itu kotor, tapi semacam jijik karena itu terlalu rendah, tidak selevel denganku.

Tersenyum di wajahnya, pak tua Wei tiba-tiba menatapnya dan perlahan berkata. "Apakah kamu pikir aku memilikinya."

Sialan. Tatapan itu. Seharusnya aku tahu dia menipuku sejak awal. Jika aku tahu semuanya akan menjadi seperti ini, aku tidak akan memberitahunya bahwa aku memiliki sekantung permen. Dan semua ini terjadi hanya karena permen, bukan berpikiran sempit? Lihatlah dirimu, bagian mana dari tubuhmu yang tidak picik.

"Baik. Tapi aku ingin kamu membuatkan aku sebuah pedang yang khusus untukku, dan semua bahannya kamu yang harus menanggungnya." Memikirkan pedang yang akan menjadi milikku, aku tiba-tiba merasa keinginan berkobar di hatiku, aku tidak bisa menantikan senjata luar biasa apa yang akan terlahir di dunia.

"Sekantung." Mengangguk pelan, pak tua Wei setuju dengan persyaratannya.

"Seperenam."

"Cih. Itu terlalu rendah. Sembilan persepuluh."

Setelah negosiasi yang panjang, kami akhirnya mencapai kesepakatan. Lima puluh lima persen, itulah kesepakatannya, mekipun itu sangat disayangkan aku kehilangan banyak 'permen' dan itu sedikit tidak menguntungkanku, tapi bukankah aku akan mendapatkannya lagi? Terlebih lagi, yang terpenting dari semuanya, itu gratis.

"Ini." Menyerahkan permen, aku secara tidak sengaja melirik Sylvia, tiba-tiba sebuah pikiran aneh terbesit di pikiranku. Mmm, Aku tahu itu hanya sebuah kemungkinan tapi apa salahnya jika aku berjaga-jaga. Bukan berarti aku akan rugi jika melakukannya.

"Aku juga menginginkan sesuatu." Melirik Sylvia, aku menyadari dia tidak memperhatikanku, mengambil kesempatan ini, aku mendekati pria tua busuk ini untuk menjelaskan pedang beserta benda yang aku inginkan.

"Apa yang kamu inginkan dari benda itu?" Mendengar detail yang dia jelaskan, pak tua Wei meragukan pendengarannya, jika bocah ini menginginkan benda itu dia tidak bisa membayangkan kekacauan apa yang akan terjadi.

"Untuk apa kamu melihatku. Kamu salah menuduh bocah berhati murni ini." Memangnya dia pikir siapa aku, apa dia mengira aku akan menggunakan benda itu untuk melakukan sesuatu yang kotor.

Yah, memang benar ada kemungkinan besar aku akan melakukannya. Tapi itu hanya kemungkinan, lagipula itu semua belum terjadi.

Melihat senyum licik di wajah bocah ini, pak tua Wei tiba-tiba merasa kasian terhadap orang-orang yang menyinggung perasaan bocah ini. Mereka tidak pernah tahu kapan bencana akan datang melanda mereka ketika mereka memutuskan untuk menyinggung iblis kecil ini.

"Untuk pedangmu, meskipun itu cukup unik dan menantang, aku masih bisa menggunakan bahan-bahanku sendiri. Tapi... yang kamu inginkan ini, sulit, sangat sulit, bahkan dengan kemampuanku saat ini. Terlebih lagi, ada salah satu bahan yang menurutku sangat cocok dengan kriterianya namun hanya ada satu tempat yang memiliki bahan ini." Dua proposal yang dia berikan telah memberikan perfektif baru untuknya, meskipun masih sedikit naif tapi dia bisa melihat masa depan yang menjanjikan. Mungkin itu juga akan meningkatkan kemampuan menempanya yang sudah mandek setelah sekian lamanya.

"Benarkah? Lalu di mana aku bisa menemukannya?" Antipasi muncul di hatiku, jika bahan itu memang cocok sepertinya yang dikatakannya maka kemampuannya akan meningkatkan lagi.

"Itu ada di ****." Sedikit kedutaan muncul di wajahnya ketika pak tua Wei mengingat tempat terkutuk itu, tempat itu bukan yang paling menakutkan apalagi terlarang namun ketika dia mengingatnya lagi dia merasa sangat jengkel, marah, dan sedikit ngeri.

"Oh. Jadi ada di sana. Berapa lama kamu bisa menyelesaikannya." Aku memang pernah mendengar tempat itu dari seorang petualang. Jika aku tidak salah ingat, tempat itu sepertinya berada di selatan ibukota, tapi selain itu aku tidak mengetahui situasi lainnya.

"Mungkin satu sampai dua tahun." Bukannya dia tidak bisa menyelesaikannya lebih awal, tapi dia berniat membuat dua peralatan sihir ini menjadi karya terbaik sepanjang hidupnya bahkan bukan tidak mungkin menjadi satu-satunya peralatan sihir yang unik di dunia.

"Apa!! Satu sampai dua tahun." Merasakan perhatian Sylvia teralihkan, aku merendahkan suaraku. "Ayolah pak tua, tidak bisakah kamu menyelesaikannya lebih cepat, sehari atau dua hari mungkin."

Pak tua Wei tiba-tiba memandang rendah dirinya. "Kamu pikir apa yang akan kubuat, kotoran sapi?"