Menatap Narai dengan lama, Ed akhirnya hanya bisa menghela napas dan melemparkan batu kecil ke arahnya. "Ini. Jadi sekarang pergilah, jangan ganggu kami."
Menangkap batu itu, aku melihatnya dan dengan senang hati mengelusnya. "Tentu tentu. Ngomong-ngomong, aku mendengar bahwa binatang itu berbeda dari binatang sihir, jadi apakah itu binatang iblis?"
"Batu Sihir?" Di samping Narai, Sylvia melihat batu itu sebelum menatap Narai.
Melirik singkat pada gadis di sampingnya, Ed tiba-tiba terkejut namun dia hanya menyimpan pertanyaannya dalam hati, kemudian melambaikan tangannya, mengisyaratkan untuk mengikutinya. "Ya, itu binatang iblis. Karena itu aku menyarankanmu untuk segera pulang, binatang iblis hanya sedikit lebih kuat dari binatang sihir tapi mereka lebih licik dan brutal jadi aku ulangi lagi, JANGAN BERKELIARAN."
"Ya ya, aku tahu, aku tahu. Jadi apakah itu karena perbuatan iblis." Memainkan Batu Sihir di tangan, perasaan berkecamuk muncul di hatiku tapi aku hanya bisa menahannya. Tenang, dunia ini berbeda, begitu pula denganku, masa lalu hanya masa lalu.
*Ding* [Ditemukan kondisi abnormal, aktifasi darurat dijalankan, Skill Ketabahan diaktifkan]
Huh. Aktifasi darurat? Jadi system tidak sepenuhnya rusak, apa itu hanya dalam keadaan hibernasi? Namun, kondisi abnormal ya, mmm.
Merasakan keanehan tuan mudanya, Sylvia bermaksud untuk menenangkannya tapi tuan mudanya tiba-tiba melirik sekilas ke arahnya sebelum kembali ke dirinya yang biasa. Sylvia menemukan ini mengejutkan tapi dia tidak lagi melanjutkannya dan hanya menemaninya dengan tenang di sampingnya.
Melirik ke samping, aku menemukan Sylvia sedikit aneh namun ketika aku meliriknya dia kemudian kembali tenang. Huh. Apakah dia merencanakan sesuatu lagi.
"Tentu saja bukan. Binatang iblis adalah binatang sihir yang terpapar oleh energi iblis. Dan tidak semua binatang sihir yang terpapar energi iblis akan menjadi binatang iblis." Melirik keduanya, Ed kemudian duduk di bangku kosong di sudut ruang. "Sedangkan ras iblis, itu adalah makhluk seperti manusia, yang terlahir dengan energi iblis, meski ada beberapa contoh manusia yang berubah menjadi iblis karena terkorosi energi iblis tapi mereka sejatinya bukan iblis.
"Jadi bisakah iblis-iblis itu membuat binatang iblis sendiri?" Aku memiringkan kepala, pertanyaan ini tiba-tiba saja muncul di pikiranku.
"Tentu, itu mungkin. Tapi apakah kamu pikir iblis-iblis itu semuanya akan segila itu." Tanpa sadar Ed menatap Narai ketika kata-kata itu keluar dari mulutnya. "Sudah kukatakan ras iblis sama seperti manusia, mereka bahkan lebih sensitif dari manusia. Energi iblis yang mengalir di tubuh mereka itu bukan hanya pajangan, energi itu lebih brutal dari energi manapun karena itu ras iblis cenderung mudah mengamuk."
"Tapi memiliki energi iblis bukan berarti mereka buruk. Meskipun mereka memiliki fase-fase mengamuk tapi mereka lebih memilih untuk mati daripada terjatuh pada keinginan membunuh mereka."
"Jadi begitu ya." Mengangguk mengerti, perasaan lega memenuhi diriku, seolah beban berat akhirnya telah terlepas. Haaah, jadi ternyata bukan, sepertinya, tebakanku benar.
Huh! Tunggu, mengapa aku harus terpaku. Aku masih hidup, aku memiliki keluarga, aku memiliki semuanya, mengapa aku harus terpaku pada yang tidak aku miliki.
Tanpa Narai sadari sebuah aura tiba-tiba mengalir melalui tubuhnya, namun seolah air yang terjebak dalam bendungan aura itu mandek, tidak bergerak lebih jauh. Duduk di sampingnya, Sylvia terkejut menemukan aura aneh yang berasal dari tubuh tuan mudanya, namun ketika dia hendak memastikannya perasaan itu tiba-tiba hilang seolah tidak pernah ada.
"Ugh." Memegang dahi, aku dengan pelan memijatnya. Entah kenapa tiba-tiba aku merasa pusing. Tidak mungkin ada yang mengutukku, kan?
"Ada apa denganmu?" Melihatnya memijat dahinya sendiri, Ed tidak bisa untuk tidak berpikir apakah ini salah satu triknya yang lain. "Aku tidak tahu mengapa kamu memiliki bias terhadap ras iblis, namun seperti manusia ada juga yang baik dan jahat di antara mereka. Jadi pastikan dengan matamu sendiri jika kamu meragukannya."
"Kamu benar." Hanya itu yang bisa kujawab, selain itu masalah ini sekarang tampak tidak penting dibandingkan kehidupan yang baru saja aku dapatkan. Haaah, segalanya tampak tidak penting dibanding hidup itu sendiri.
...
Menyaksikan keduanya pergi meninggalkan Guild Petualang, Ed tidak bisa menahan napasnya lagi. "Haaah, keturunan Keluarga Foster ya. Salah satu keluarga itu. Aku merasa kasihan padanya tapi... aku tidak perlu khawatir mengingat dia juga berasal dari keluarga yang sama."
Menatap Narai dan Sylvia, Ed kemudian melihat ke arah barat tiba-tiba merasa khawatir. "Jika orang-orang di ibukota mengetahuinya bagaimana reaksi mereka. Meskipun ayah dan ibunya sama-sama dari kedua keluarga itu tapi ayahnya bisa dianggap normal dibandingkan dengan anggota keluarganya yang lain."
"Haruskah aku memberitahunya?" Mengerutkan keningnya, Ed berpikir sejenak kemudian menolak melakukannya, mengangkat bahunya dia kemudian berbalik dan memasuki guild. "Mengapa harus. Lagipula, aku sudah berhenti dari pekerjaan itu."
"Sepertinya dunia akan kacau lagi."
...
Memandang kejauhan, melihat langit biru sore hari mengisi hatiku dengan ketenangan, tiba-tiba aku sangat menantikan masa depan yang akan menungguku. Mengetahui bahwa mereka bukan makhluk yang sama membuat beban hatiku terangkat sangat. Aku merasa mungkin dengan kehidupan kedua ini, aku bisa menjadi diriku sendiri, menikmati diriku, melakukan apa yang aku inginkan. Yah itu tidak buruk juga, meskipun aku harus menangani gadis ini terlebih dulu.
"Tuan Muda, sepertinya kamu sangat senang sekali." Merasakan tatapannya, Sylvia menatap tuan mudanya menyadari bahwa suasana di sekelilingnya telah berubah sepertinya dia sedang dalam keadaan bahagia.
"Mengapa aku tidak bahagia ketika aku menerima barang-barang gratis."
"Begitu ya, jadi menerima barang gratis membuatmu melakukan apapun." Melirik tuan mudanya, Sylvia mengangguk pelan dan menatap matanya dengan aneh.
"Memangnya kenapa?" Melihat tatapannya, entah kenapa aku merasa dia tiba-tiba merencanakan sesuatu lagi. Heeeh, apakah dia pikir aku akan terjebak tipuannya. Gadis ini terlalu meremehkanku, tidak ada barang yang akan membuatku... terjebak.. olehnya...gulp.
Sebuah kalung bermatakan berlian tergantung bergoyang-goyang di depan Narai, Sylvia entah kapan mengeluarkan kalung itu. Menyadari Narai tanpa berkedip menatap pada kalung yang menggantung di tangannya, Sylvia dengan pelan menggoyang-goyangkan kalung itu.
"Tuan Muda, kalung ini bukan sekadar perhiasan belaka, ini adalah peralatan sihir yang memiliki sihir pertahanan di dalamnya." Dengan pelan menggoyang-goyangkan kalung, Sylvia menatap matanya dan melanjutkan. " Selain itu, kudengar kalung ini bisa bertahan dari serangan penuh naga dan ini bisa digunakan hingga tiga kali."
Gulp. Tahan kawan, tahan. Jangan tergoda olehnya, kilauan itu, gemerlap itu, semua itu hanya tipuan. Jangan tertipu.
"Bagaimana Tuan Muda, apakah kamu tertarik?" Sylvia dengan tenang bertanya padanya, suaranya bagaikan bisikan iblis yang mencoba menggodanya. "Kamu tidak perlu melakukan apapun hanya sparring denganku, jika kamu menang ini akan menjadi milikmu."
"Hmph. Kamu pikir aku akan tertarik." Melirik kalung itu, aku memalingkan wajahku jangan sampai aku tergoda. Sialan, tapi itu... meliriknya lagi, tanpa aku sadari tanganku sudah setengah jalan ketika aku dengan sedih menariknya kembali.
"Oh. Jadi kamu takut, ya." Senyum perlahan terbentuk di wajah Sylvia ketika dia melihat tuan muda menolaknya namun diam-diam melirik kalung di tangannya lagi dan lagi.
"Cih, siapa bilang aku takut." Melirik kalung itu, aku mendengus dan memalingkan wajahku lagi.
"Bagaimana dengan ini, kamu bisa memiliki kalung ini apakah kamu menang atau kalah namun.." Menyipitkan matanya, senyum cemerlang tiba-tiba muncul di wajahnya. "Jika kamu kalah kamu harus menerima permintaan kecilku."
Mengerut kening pada tawarannya, aku tidak bisa untuk tidak memikirkannya lagi. Tawarannya sangat menggoda, aku akan menerimanya apapun yang terjadi namun bagaimana jika aku kalah. Meskipun itu hanya kemungkinan, tapi itu adalah kemungkinan terburuk.
"Haaah, Tuan Muda mengapa kamu ragu-ragu. Baiklah ini tawaran terakhirku, kamu hanya perlu mendaratkan satu pukulan padaku dan kamu akan menang." Merasakan keragu-raguannya, Sylvia menghela napas pelan bertindak seolah sedih karenanya, namun tidak untuk matanya yang bersinar cemerlang seolah semuanya berada di telapak tangannya.
"Karena Tuan Muda tidak mau." Sylvia dengan tenang memasukkan kembali kalungnya, ketika dia melihat tuan mudanya tetap diam tidak menjawabnya.
"Cih. Bagaimana mungkin aku bisa kalah dari seorang gadis. Baiklah, aku terima tantanganmu."
Senyum licik samar-samar muncul di sudut Sylvia, ikannya telah mengambil umpan.
...
Angin sore berhembus menyejukkan hati kecil ini, namun langit sore itu tampak merah sama seperti bekas noda di tangan ini.
Haaah. Aku tiba-tiba meragukan apakah kehidupan kedua ini benar-benar berkah atau kutukan. Melihat bekas gigitan di lenganku, aku tiba-tiba ingin menangis, salah apa aku ini, dosa apa yang telah aku lakukan. Mengapa semua ini harus terjadi padaku.
Menggosok-gosok bekas gigitan, tiba-tiba aku merasa ada yang aneh. Entah kenapa bekas gigitan ini tidak pudar malahan terlihat lebih jelas dari pada sebelumnya.
"Huh! Ka..Ka..Kamu apa yang telah kamu lakukan." Menunjuk Sylvia aku tiba-tiba memikirkan apa yang akan terjadi jika ada yang melihat ini, dan apa yang akan terjadi bila aku harus hidup dengan noda ini.
"Oh? Pelayan ini hanya memasukkan energi sihir di dalamnya jadi itu akan terlihat lebih jelas jika Tuan Muda menggosoknya." Mengusap bibirnya dengan jari Sylvia mengangguk puas dalam hati, dia menatap karyanya dengan sangat puas.
Melihat tuan mudanya akan menangis, Sylvia tertawa kecil dan memberikan kalung itu kepadanya. "Sesuai jaji, sekarang ini milikmu Tuan Muda."
"Ohhh." Mengambil kalung darinya, aku sekarang merasakan... ini sedikit sepadan. Melirik bekas gigitan di lenganku, aku bersyukur sempat menolaknya dengan keras ketika dia ingin meninggalkannya di tempat lain. Meliriknya yang sekarang tersenyum puas aku tiba-tiba menyadari, dialah iblis kecil yang sesungguhnya.
Matahari terbenam begitu pula dengan keseharian kita, sekarang aku dengan tenang duduk di ruang makan bersama keluargaku. Mendapati ini jarang makan bersama seluruh keluarga karena Kakak Aaron biasanya berada di akademi.
Menikmati makananku dengan senang hati, melupakan kesuraman yang barusan terjadi aku tiba-tiba mendengar pertanyaan yang membuatku ketakutan.
"Kenapa kamu memakai lengan panjang."
"Ermm, hari ini terasa lebih dingin." Mendengar pertanyaan Ayah, aku hanya bisa tersenyum malu dan berbohong padanya.
Mendengar kebohongannya, semuanya serempak melirik keluar jendela dan menyaksikan bulan bersinar cerah dengan suara serangga musim panas yang terdengar keras, mereka bertanya-tanya darimananya yang lebih dingin? Jelas sekarang sangat cerah terlebih lagi ini masih musim panas jauh dari kata dingin.
Menatapnya dengan aneh, mereka semuanya terdiam tidak bisa berkata-kata dan tanpa bertanya lebih lanjut mereka bertindak seolah tidak mendengarnya. Di sisi lain Sarah tersenyum gembira tahu bahwa rencananya telah berhasil, karena dia bisa merasakan energi sihir di tangannya, tentu saja mereka semua di ruangan merasakannya namun mereka lebih memilih untuk diam.