"Jadi, kamu rela pergi dua puluh empat jam tanpa melihatku, jika itu berarti aku menidurimu?" Aku membelah kakinya dan dia melingkarkannya di pinggangku, menarik pinggulku ke arahnya. Penisku sudah mengeras, dan aku memasukkannya lagi.
"Astaga, Sofia," aku mengerang, penisku yang panjang dan yang keras mendorong ke dalam vaginanya yang berisi air mani. "Aku sangat merindukanmu sialan." Aku memberinya ciuman denagan penuh napsu lalu menarik sedikit ke belakang. "Aku bisa tinggal di sini, di dalam dirimu, selama sisa hidupku."
"Aku benar-benar baik-baik saja dengan itu," katanya, meraih leherku dan menarik wajahku ke wajahnya. "Bagaimana kalau kamu menunjukkan dengan tepat betapa kamu merindukanku?" Mulutnya menempel di bibirku, dan lidahnya menyelinap di antara bibirku yang terbuka. Dia memelukku erat-erat, menciumku, sementara aku bercinta dengannya lagi, menunjukkan betapa aku merindukannya.