Mengambil kakinya di tanganku, aku menempatkan ciuman ke lengkungan kakinya lalu ke pergelangan kakinya yang halus.
"Roy," erangnya, nadanya tidak sabar.
"Ssst, setiap inci."
Aku terus mencium tubuhnya yang hangat,betisnya yang kencang, bagian dalam lututnya, hingga pahanya. Dia menggeliat di tempat, diam-diam memohon padaku untuk melanjutkan pendakianku.
Tapi aku tidak. Alih-alih, aku memulai dari awal lagi, kali ini dengan kakinya yang lain, berjalan kembali ke atas kakinya. Kulitnya halus seperti sutra dan wanginya enak. Seperti apa, aku tidak tahu apa-apa. Sesuatu yang manis bercampur hanya dengannya. Aroma yang aku harap tertanam dalam ingatanku ketika aku pergi.
Ketika aku mencapai puncak kakinya, aku menekan bagian dalam pahanya, mendorongnya terbuka. Aku mengarahkan hidungku ke tengah tubuhnya, menghirupnya, secara mental mengingat setiap detail yang sangat kecil.
"Roy," teriaknya. "Apa yang sedang kamu lakukan?"
