Andres merasa kesal, bagaimana bisa ia sedang terburu-buru, tetapi segala rintangan selalu menghambatnya. Dari menghadapi padatnya lalu lintas kota Jakarta sampai sekarang nasibnya harus berdiam diri di pinggir jalan meratapi salah satu ban mobilnya yang tiba-tiba saja pecah mendadak.
"Shit!" umpatnya kesal.
Ia begitu sangat kesal dan ingin memaki siapa pun di dekatnya. Pikirannya saat ini sangat semrawut. Belum lagi ia memikirkan keadaan putri semata wayangnya. "Bagaimana bisa putriku jatuh pingsan? Sekar pasti lalai," gerutunya dalam hati.
Andres menghela napasnya kasar dan kedua telapaknya mengepal menahan emosi yang kian memuncak ke ubun-ubun kepalanya. Hatinya begitu panas dan gelisah. Ia ingin cepat-cepat pulang ke rumah, tapi kenapa selalu saja ada halangannya. Dalam hati ia menyesal, kenapa tidak pulang sedari tadi siang.