Chereads / Melisa [Cinta Pertama] / Chapter 19 - Cowok Menyebalkan

Chapter 19 - Cowok Menyebalkan

Aku langsung terdiam saat Dino merebut ponselku. Aku tak marah ataupun menangis walaupun dia sudah membentakku.

Aku hanya kaku memandangnya.

Dino menaruh ponselku di atas meja dengan kasar, wajahnya tampak sangat marah kepadaku.

Tapi aku tak peduli, kuraih kembali ponsel dari atas meja itu, selanjutnya aku berdiri.

"Dino, mulai sekarang kita putus!" ucapku dengan tegas.

Aku membalikkan badan dan berlalu pergi.

Dino tak terima dengan keputusanku, dan dia mulai mengejar.

"Mel! Mel! Tunggu!" serunya kepadaku.

Tapi tak sedikitpun aku hiraukan, masa bodo dengan pria ini! Dia tak pantas untuk di dekati apalagi untuk di jadikan pacar.

Najis!

"Mel! Tungguin dong!" rengeknya seraya menarik tanganku.

Aku terpaksa menghentikan langkah. Lalu memberi kesempatan pria menyebalkan ini untuk bicara.

"Mel, aku minta maaf karna udah kasar sama kamu! Aku ngelakuin itu karna aku cemburu," ucapnya.

Aku mendesis kesal, wajahku masih datar tak berekspresi.

Mungkin kalau orang yang sedang merengek di hadapanku ini Dion, pasti aku sudah meleleh dan langsung memaafkannya.

Tapi dia itu Dino! Cowok yang bertingkah manis tapi hanya diluar saja.

"Din, gue minta maaf ya, karna gue udah terima cinta elu tanpa berpikir dulu. Padahal jujur gue itu sama sekali gak cinta sama elu. Gue terima elu karna paksaan Jeni dan Elis. Dan gue juga gak tega nolak elu di depan orang banyak, secara elu itu cowok popular. Tapi ternyata gue sudah mengambil keputusan yang salah," pungkasku.

Dino menyangkal ucapanku.

"Mel, gak mungkin elu mengambil keputusan yang salah! Elu menerima gue itu keputusan yang benar!" tukasnya.

Aku menggelengkan kepalaku.

"Enggak, Din! Gue salah! Gue pikir dengan membuka hati buat elu, gue bisa melupakan Dion. Dan lama-lama akan jatuh cinta beneran sama elu, tapi ternyata tidak. Sifat elu yang tempramental dan posesif ini semakin membuat gue yakin kalau elu bukan yang terbaik buat gue, dan selamanya cinta itu gak bisa di paksakan!" tegasku lalu aku pun kembali melangkah meninggalkan Dino. Dia mesih mengajarkan dengan segala rengekkan dan umpatan yang menjadi satu.

***

Esok harinya aku berangkat ke sekolah seperti biasa.

Dan temanku si Ratu Kepo, alias Elis, datang menghampiriku.

"Hay, Mel!" serunya sambil berlari mendekat.

"Eh, besok hari minggu ke kos gue yuk!" ajaknya.

"Ih, emang mau ngapain? Di kos-kosan elu, 'kan gak ada apa-apa?" cercaku.

"Ih, kata siapa?" sangkalnya.

"Entar kayak pas itu lagi, gue main sama Jeni cuman di sungguh air putih doang, itu aja galon punya, Ibu Kos!" cercaku lagi, kali ini dengan bibir mengerucut.

"Elah, namanya juga anak kos-kosan kayak gak paham aja lu!" ujar Elis.

"Bilang aja pelit," gerutuku.

"Ya enggaklah, Mel. Aku mah gak pelit. Pokonya gak mau tahu, hari minggu elu sama Jeni kudu main ke kosan gue! Karna gue ada sesuatu buat kalian!" ujarnya antusias. Entah ada apa di kosan Elis, sampai dia memaksaku untuk datang.

Akhirnya kuanggukkan saja kepalaku, supaya Elis bahagia.

Dan tak lama, aku melihat kehadiran Dino, pria itu tampak uring-uringan berjalan cepat. Nampaknya dia sedang mencariku.

"Eh, Mel! Itu si Dino, cowok elu!" ujar Elis seraya menujuk kearah Dino yang masih kebingungan mencariku.

"Ssst!" Aku segera menarik tangan Elis dan mengajaknya bersembunyi.

"Ih elu ngapain ngajakin gue ngumpet?" tanya Elis.

"Gue males ketemu, Dino," jawabku.

"La kenapa? Dia, 'kan cowok elu?" tanya Elis yang heran.

"Sekarang udah bukan! Gue udah putus sama dia!"

"Lah kenapa?"

"Ya gak apa-apa!"

"Kok habis putus elu gak sedih? Gak kayak pas habis di ghosting sama Dion?"

"Ih, Elis! Ya bedalah! Dion, dan Dino, itu bukan satu klan! Makanya kadar kesedihan gue juga beda!" ujarku dengan yakin.

"Dih! Pilih kasih banget sih! Kasihan dong si Dino?"

"Ya kalau elu kasihan sama dia, elu ambil aja! Gue mah ogah sama cowok tempramental dan posesif kayak dia!"

"Ah masa sih, Dino begitu? Kelihatanya dia cowok yang baik kok!" Elis tampak masih tak mempercayai ucapanku.

"Udah elu percaya aja sama gue! Dia itu bukan cowok sebaik kelihatanya! Elu baru akan mengenal sifat aslinya kalau sudah dekat minimal satu minggu!" tegasku.

Elis masih terdiam mematung dengan pandangan tertuju kearah Dino.

"Masa sih, Mel?" Dia masih tak percaya juga.

***

Selama berada di sekolah aku berusaha untuk bersembunyi dari Dino. Aku tidak mau berurusan dengan pria itu. Dia benar-benar menyebalkan, sudah kubilang 'putus' tapi dia tetap tak mau terima, dia masih mengejarku.

***

"Mel, kita duluan ya!" ujar Elis dan Jeni.

"Iya! Hati-hati!" ujarku sambil melambaikan tangan.

Kami terpaksa berpisah di sini, karna aku ingin mampir ke mini market sebentar.

Aku masuki pintu mini market. Dan langsung menuju rak barang yang sedang kucari.

Aku meraih satu tisu berukuran besar, pembalut, camilan, dan beberapa minuman dingin. Ini untuk pesrsediaan di rumah, dan camilan untuk nanti malam. Yah hobiku memang ngemil sambil belajar di depan laptop.

Tapi entah mengapa tubuhku masih tidak gemuk juga, orang bilang aku ini kurus permanen. Walau sebanyak apapun aku makan, tapi tetap saja, lemak-lemak di tubuhku tak bisa berkembang biak.

Aku cukup bersyukur sih, karna aku tak memiliki rasa khawatir seperti gadis pada umumnya.

Tapi tetap saja, kadang aku juga mendambakan tubuh yang bahenol seperti Tante Diani. Karena kupikir terlalu kurus itu tidak seksi. Bukanya tidak bersyukur ... namanya juga manusia hehe...,

Setelah membayar belanjaan, aku keluar dari dalam toko. Aku berjalan kaki menuju rumah. Karna letak rumahku memang tidak terlalu jauh dari sini, sekalian olahraga.

Aku melewati jalanan yang agak sepi menuju rumah, bulu kudukku sedikit merinding, maklum aku ini orang yang penakut. Karna menurut rumor yang beredar rumah tua di depan jalan yang aku lewatin ini sangat angker.

Antara takut dan penasaran, aku memandang rumah itu, suasana terang sudah mulai memudar, dan adzan maghrib mulai berkumandang.

Orang bilang di jam seperti ini, para makluk astral mulai berkeliaran, dan menujukkan eksistensinya.

Aku penasaran ingin melihat, tapi aku juga takut. Dan dari pada aku pipis di celana, akhirnya kuputuskan untuk berlari.

Tiba-tiba ada sebuah mobil yang terparkir tepat di depanku. Aku pun menghentikan langkahku.

Apa ini mobil hantu seperti yang ada di film-film itu?

Ah entalah ... sepertinya aku sudah terlalu paranoid, lagi pula mana ada mobil hantu!

Aku penasaran dengan siapa pemilik mobil yang berhenti di hadapanku ini.

Tak lama sesosok pria yang sangat kukenal keluar dari dalam mobil.

"Dino?!" ucapku mulai panik.

Pria dengan sorot mata tajam itu berjalan menghampiriku.

"Ayo ikut aku!" ajaknya.

Dan dia menarik paksa tanganku lalu memasukkanku ke dalam mobil.

"Din, apaan sih tarik-tarik, gue!?" teriakku. Tapi Dino tak menghiraukannya dan dia malah menjalankan mobilnya.

Aku sangat takut jika Dino akan berbuat jahat kepadaku!

Terlebih aku baru saja bertengkar dengannya.

Bersambung....