Chereads / Melisa [Cinta Pertama] / Chapter 20 - Cowok Saiko

Chapter 20 - Cowok Saiko

"Din, elu mau bawa gue kemana sih?!" tanyaku dengan wajah yang panik.

"Elu, diam aja!" bentaknya.

Dino tampak fokus mengendarai mobilnya, sementara aku hanya bisa diam dengan perasaan yang ketakutan.

Berkali-kali aku melihat ke luar jendela, 'apa aku lompat saja ya?' bicaraku di dalam hati.

Aku langsung bergidik ngeri saat membayangkan tubuhku penuh luka karena lompat dari dalam mobil. Aku benar-benar tak mau hal itu terjadi, aku kembali diam lagi.

Ckit!

Mobil pun berhenti tepat di depan rumah mewah.

"Ayo turun!" sergah Dino.

"Ih, apaan sih, Din!" sengutku.

Tapi Dino tetap menarik tanganku dengan kasar.

"Lepasin, Din! Anterin gue pulang!" Aku berusaha untuk memberontak.

"Gue gak akan lepasin elu sebelum masalah kita selesai!" ujar Dino.

"Masalah? Masalah kita ini udah selesai! Kita udah putus, Dino!" tegasku.

Seketika Dino terdiam sejenak dan memandangku dengan tatapan tajam yang menyeramkan.

Ya Tuhan! Aku takut sekali, rasanya aku hampir pingsan melihatnya. Aku menengok kanan-kiri tak ada orang di sini.

Aku harus bagaiamana? Aku takut Dino akan berbuat macam-macam kepadaku!

Dia menyeretku masuk ke rumah itu.

"Duduk!" perintahnya.

Pria ini benar-benar kasar, dari cara menyuruhku duduk saja sudah mirip seorang anggota TNI.

Aku yang tak berniat untuk duduk tiba-tiba didorong oleh Dino. hingga aku pun tersungkur di sofa.

"Denger ya, Mel! Gue itu sayang sama elu! Harusnya elu hargai perasaan gue! Bukanya malah mutusin gue!" ucap Dino.

"Din, berapa kali sih gue harus jelasin kalau gue gak suka sama elu! Dan gue juga udah minta maaf, 'kan?"

"Terserah elu mau bilang apa! Yang penting gue suka sama elu, Mel! Dan gue mau elu tetap jadi pacar gue!" Pria itu berbicara seakan berkuasa di dunia ini. Benar-benar sangat egois!

"Itu namanya egois, Din! Cinta itu gak bisa dipaksakan!" ujarku.

"Masa bodo gue gak peduli, yang penting elu tetap jadi milik gue lagi!" tegas Dino.

"Enggak mau!" teriakku meronta aku berusaha bangun dari sofa dan hendak berlari, tapi Dino malah menarik tanganku lagi.

Saking kencangnya dia menarik sampai membuatku terjatuh di pangkuannya yang tengah terduduk.

"Mau kemana, Mel?"

"Din! Please lepasin gue?!"

"Enak aja! Habis ngelepasin elu! Gue bakalan kehilangan elu selamanya, Mel!"

"Dino! Please ... elu coba sadar, berpikirlah secara logika, Dino!" pintaku.

"Lu pikir gue gila! Gak berpikir secara logika?!" cantasnya.

"Ya ini buktinya elu egois banget! Elu maksa gue buat jadi pacar elu! Padahal udah berkali-kali gue bilang kalau gue itu gak suka sama elu?!"

"Ah! Terserah elu mau bilang gue apa?! Pokoknya gue bakalan bikin elu gak bisa putus dari gue!" ancam Dino.

Pria itu menatap kearahku dengan tatapan nakal. Dia memandangi sekujur tubuhku.

Oh, Tuhan! Jangan-jangan dia ....

Dugaanku benar Dino hendak melakukan perbuatan yang tidak senonoh terhadapku.

Pria itu menindih tubuhku, hingga aku nyaris tak bisa bernafas.

"Please! Jangan lakukan itu, Dino ...,"

"Kalau gue gak melakukan ini, yang ada elu bakalan ninggalin gue, Mel!" ujar Dino.

"Gue gak akan ninggalin elu asal elu jangan melakukan ini!" Aku pun terpaksa memberikan pernyataan palsu, supaya Dino mau mengurungkan niatnya.

Aku benar-benar tak habis pikir jika sampai kehilangan kesucianku, apa lagi di tangan pria seperti Dino.

"Lu pikir gue bodoh!?" cantas Dino.

"Din, please ... kalau emang elu sayang sama gue, setidaknya tunjukkan rasa sayang elu ke gue!" ucapku.

"Gue harus nunjukkin apa lagi ke elu?! Supaya elu percaya kalau gue itu sayang sama elu, Mel?!"

"Dino, kalau elu beneran sayang sama gue, harusnya elu jagain gue! Bukan malah mau nyelakain gue? Elu tahu, 'kan kalau elu sampai memperkosa gue, itu sama saja elu menghancurkan hidup gue, Din!"

Dino malah tersenyum sinis mendengarnya.

"Gue bakalan ngancurin elu tapi setelah itu gue bakalan bikin elu bahagia lagi dengan hidup bersama gue!" tegas Dino.

'Dasar, Cowok Saiko!' batinku.

Aku tak habis pikir kenapa ada manusia seperti ini.

"Ayolah, Mel, sebentar aja ... gue tahu elu juga baru pertama ini, 'kan? Dan gue pun juga baru yang pertama," ucapnya dengan lirikan nakal.

Aku benci sekaligus takut, Dino benar-benar sakit mental! Harusnya pria ini pergi ke Psikiater, atau bila perlu langsung ke Rumah Sakit Jiwa saja!

Semakin aku tak melawan, semakin tangannya nakal kepadaku.

Dia mulai meraba bola kehidupanku, aku tak terima! Ini pelecehan!

Eh... dia, 'kan memang ingin melakukan tindakan asusila terhadapku ...?

Baiklah aku tidak boleh tinggal diam! Ayolah, Mel! Kamu pasti bisa!

Kukerahkan seluruh kekuatanku! Kuangkat sedikit kaki kananku dan....

Duak!

Kakiku mendarat di bagian aset berharganya! Haha! Aku benar-benar puas!

"Sukurin!" ledekku.

Aku langsung berdiri dari sofa, dan pria itu tampak perangisan memegangi anunya.

Adegan yang tadi mirip di film-film, dan aku merasa bangga.

"Haha! Mel, emang keren!"

"Ah, sakit ...!" teriak Dino sambil duduk.

"Mel, elu udah keterlaluan, Mel! Kalau sampai gue impoten gimana?! Gue bakalan tuntut elu!" ancamnya terhadapku.

"Eh, Dino! Elu tuh harusnya sadar diri! Anu lu sakit, 'kan gara-gara elu punya niat jahat sama gue! Makanya jadi orang jangan jahat! Elu mau kena azab?!" ocehku.

"Mel! Jangan ceramahin gue! Gue gak butuh ceramah dari Ustazah gadungan macam elu! Pokonya hari ini elu bakalan nyesel karna udah mempermainkan gue!" ancam Dino, pria itu kembali bangkit dan bersiap menangkapmu. Aku pun langsung berlari menuju pintu.

Tapi sayangnya aku tak bisa membukanya.

Pintu itu terkunci, dan kuncinya ada di tangan Dino.

"Elu lagi nyari ini ya?" ledek Dino sambil tersenyum memegang gantungan kunci.

Sial! Padahal sebentar lagi aku selamat!

Aku tak tahan lagi, aku harus pergindari tempat ini, Pasti Mama, dan Papa, mencariku.

Aduh, mana aku tak sempat memberikan kabar mereka lagi.

Aku pun segera berlari menuju lantai atas.

Aku yakin di sana pasti ada kamar yang bisa aku pergunakan untuk bersembunyi.

Tidak apa-apa bila aku tak bisa keluar dari tempat ini sekarang, tapi setidaknya aku bisa menghindari dari si Predator, ini.

Aku berlari sekuat tenaga, dan akhirnya aku menemukan kamar, lalu masuk dan mengunci pintu kamar itu rapat-rapat.

Ah syukurlah aku selamat, Dino masih berteriak-teriak dari luar sambil mengetuk pintu dengan kasar.

"Mel! Ayo keluar! Mau sampai kapan elu berada di kamar itu!?" teriaknya Dino.

"Woy! Buruan keluar! Elu gak takut sama hantu ya?!"

"Di dalam itu ada penunggunya lo!" Dino berusaha menakut-nakutiku, entah apa yang diucapkan itu benar atau salah? Tapi dia sudah berhasil membuat bulu kudukku langsung meremang! Dasar, Dino Sialan!

Nampaknya dia sengaja menakut-nakutiku karna dia tahu kalau aku ini penakut.

Bersambung....