Hotel Grand Elty Kota X
Restoran
Jayden yang melanjutkan langkah kakinya menuju tempat di mana keluarganya dan keluarga istrinya berada menampilkan ekspresi semakin datar saat mengingat hal yang baru saja terjadi.
Kejadian yang membuat matanya iritasi.
Bukan, bukan karena ia cemburu. Justru sebaliknya, ia marah karena bisa-bisanya istrinya berpelukan, padahal saat itu ada dirinya dan tamu sekitar melihat.
Meskipun ia tahu jika itu karena ketidaksengajaan, tetap saja ia merasa marah dan takut akan ada berita tidak enak saat beberapa orang tahu, jika Kinara adalah istrinya, istri seorang CEO dari perusahaan besar Gwentama.
Shit! Wanita ini benar-benar hanya bisa membuat masalah saja, batin Jayden dengan suasana hati tidak jelas.
Padahal ia hanya perlu mengabaikan, tapi ia malah memikirkannya dengan pikiran tidak jelas seperti ini.
Di depan sana, tepatnya disalah satu meja bundar, ada sang mama yang melambaikan tangan semangat kepadanya. Sehingga ia pun memutuskan untuk berhenti lebih dulu hanya untuk menghela napas dan berbalik badan lagi hendak memeriksa kehadiran sang istri, takut kalau-kalau wanita itu belum ada di belakang atau parahnya membuat masalah kembali.
Namun sayang, baru saja berbalik dirinya menabrak seseorang dan untunglah bisa ditahan hingga tidak terjatuh, tapi sayang sebagai gantinya seseorang yang menabraknyalah yang hampir jatuh, andai ia tidak sigap menariknya masuk kedalam pelukan.
Brukh!
Grep!
Siapa yang ditabrak Jayden?
Kinara, tepatnya Kinara yang lagi-lagi harus merasakan sakit karena hidungnya menabrak dada dan selanjutnya adalah masuk kedalam pelukan hangat suaminya sendiri.
Sepertinya Kinara gemar sekali menabrak seseorang, jika tadi pria asing, maka kali ini suami sendiri yang berhenti tiba-tiba dengan ia yang jalan dengan langkah cepat. Dan seperti itu lah, disaat Jayden berhenti dan berbalik, istrinya yang tidak punya rem kaki berakhir dengan menabrak dadanya.
Seketika harum maskulin, dengan parfum merek ternama memasuki indra penciuman Kinara, membuatnya tanpa sadar menghirup dalam aroma itu. Sedangkan Jayden sendiri bisa mencium harum aroma khas, yang entah kenapa familiar di indra penciumanannya.
Kinara, yang merasa nyaman dengan pelukan ini asik memejamkan mata. Beda dengan Jayden yang segera menjauhkan tanganya yang saat ini sedang merengkuh pinggang ramping istrinya, saat keluarga dan tamu lainnya melihat ke arah mereka.
Ia masih ingat jika mereka saat ini ada di hadapan khalayak ramai, sehingga ia sebisa mungkin untuk bersikap wajar, meski dalam hati menggerutu luar biasa.
Sialan sekali, dia malah menikmati. Segitunya ingin dipeluk ya? batin Jayden dengan sumpah serapahnya.
Mendekatkan wajahnya ke arah telinga Kinara, ia pun mendesis sehingga sang istri yang mendengar pun membuka mata, menatapnya yang balas dengan tatapan tajam.
"Wanita pembuat masalah, apakah sebegitunya ingin dipeluk, heum. Apa pria yang tadi kurang?"
Di bawah tatapan tajam sang suami, Kinara merasa seperti sedang dikuliti hidup-hidup. Bagaimana bisa ia lupa, jika pria di depannya ini sangat tidak menyukainya, tapi ia malah berlama-lama menerima pelukan yang menyelamatkannya dari insiden jatuh kedua kali.
Namun sungguh, bukan hanya takut saat ditatapan tajam saja yang dirasakannya, melainkan mendapat kata-kata pedas yang semakin membuatnya dua kali lipat takut.
Wanita murahan, wanita pembuat masalah, nanti apa lagi.
Apa sebegitu rendahnya ia di mata seorang Jayden, sehingga suaminya tidak bisa membedakan mana yang disengaja dan tidak.
Pria angkuh, jelek, iblis. Lihat saja nanti, jika kamu jatuh cinta aku tidak akan menerima itu dengan mudah.
Kinara berbicara seperti itu?
Tidak, ia hanya bisa menghujat suaminya dalam benak. Akan sangat bahaya, jika suaminya tahu jika ia menyumpah serapahnya dengan kata-kata kasar seperti itu pula. Lagian ia juga yakin, jika lidahnya tidak akan sanggup untuk melontarkan kata-kata seperti itu.
Eh.... Tapi apa iya dia akan jatuh cinta, jika nyatanya dia sangat ingin berpisah denganku, lanjutnya masih dalam hati.
Wajah dengan berganti-ganti ekspresi ini tidak luput dari penglihatan Jayden. Karena memang ia masih melihat tajam Kinara dan berdiri saling berhadapan setelah ia melepas rengkuhannya.
"Kenapa kau memasang eskpresi seperti itu?" tanya Jayden datar menatap Kinara dengan alis terangkat sebelah.
Mendengar pertanyaan dari suaminya, Kinara pun mengangkat wajah dan melihat pria itu sambil menggelengkan kepala pelan. "Tidak, tidak ada apa-apa," jawabnya cepat, matanya berkedip cepat pula dengan jari telunjuk menggaruk pipi, kebiasaan saat bohong.
Jayden tahu jika wanita di depannya bohong, kelihatan dari gesture dan entah kenapa ia seakan tahu, jika saat ini Kinara memang sedang berbohong.
Namun dengan cepat ia menampik itu, ia hanya menganggap ini sebagai rasa kepekaan dan kewaspadaanya terhadap seseorang. Ingat! Ia adalah seorang pemimpin dan seorang pemimpin harus punya intuisi yang tajam. Jika tidak, bagaimana ia bisa mempimpin dan memutuskan masalah jika tidak memiliki kemampuan ini.
Lagian, ia juga sudah melihat beberapa kali istrinya melakukan gerakan seperti ini. Pertama ketika mengikuti perkataannya di depan sang mama, lalu baru saja saat ia bertanya. Maka itu, ia yakin, jika ini bukan karena ia perhatian dengan istrinya.
Tidak ingin memikirkan ini lebih jauh, Jayden pun memutuskan untuk tidak peduli. Ia membalikkan tubuhnya memunggungi Kinara yang melihat punggung lebar suaminya, dengan delikan mata sebal saat suaminya berbisik.
"Jaga sikapmu, akan ada banyak pertanyaan setelah ini. Cukup diam, tersenyum, mengangguk dan membenarkan apa yang aku katakan nanti. Paham?"
Setelah mengatakan kalimat itu, Jayden pun melangkah lebih dulu meninggalkan Kinara yang masih menatap punggung suaminya dengan delikan sebal.
Ia juga tahu jika ia harus menjaga sikapnya, tapi apa harus diingatkan lagi dan lagi. Ia kira hanya sang mama orang yang akan mengatakan ini kepadanya, nyatanya masih ada satu orang lagi dan itu adalah suaminya sendiri.
Menjaga sikap.
Apakah dirinya terlihat seperti seorang wanita bar-bar, sehingga peringatan ini selalu diulang-ulang untuk memperingatinya.
Huft ....
Melangkah dengan langkah pelan setelah menghela napas, Kinara pun segera menghampiri dan berdiri disisi suaminya yang saat ini sedang memberi salam kepada keluarganya.
"Selamat pagi."
"Selamat pagi, semuanya!"
Jayden hanya menyapa dengan singkat, sebelum akhirnya duduk setelah sang mama mempersilakan duduk, baru kemudian Kinara yang duduk di sebelah suaminya.
"Bagaimana tidurnya, nyenyak?" tanya Monika dengan senyum bahagia saat melihat kejadian sebelum anak dan menantunya menghampiri mereka.
Ah! Seketika Monika berbunga-bunga, saat melihat kemesraan yang ditampilkan anaknya, tanpa tahu jika apa yang dilihatnya berbanding terbalik dengan kenyataan sesungguhnya.
"Nyenyak, Mah," sahut Kinara dengan senyum kecil.
Kemudian sarapan pun di mulai tanpa tidak ada obrolan, karena sejatinya keluarga Gwentama terkhusus papa Jayden menjunjung tinggi tata krama saat di meja makan.
Mereka makan dengan tenang, teratur, khas keluarga bangsawan. Dan Kinara bersyukur karena ia terbiasa dengan keheningan, sehingga ia pun bisa makan dengan tenang sambil menyiapkan hati ketika masanya tiba, menghadapi pertanyaan sang mertua saat sudah selesai makan nanti.
Siapkan hati dan senyum sempurna, ingat suamimu hanya memerintahkan kamu untuk tersenyum dan mengiyakan, batin Kinara mengingatkan diri dengan mulut sibuk mengunyah makanan di mulutnya.
Jangan lupa juga menyiapkan doa untuk ampunan dosa dari kebohongan kali ini, lanjutnya miris masih dalam hati.
Bersambung.