Chereads / UNEWANTED PARADISE / Chapter 3 - HUJAN DI RUMAH MARCOLE

Chapter 3 - HUJAN DI RUMAH MARCOLE

Sunyi senyap kala itu mengubah ruangan yang terasa hampa menjadi seperti sebuah tempat karoke saja.

Kursi yang kini sudah terbang ke atas membuat Miracle terkejut hingga membuat matanya seketika ingin  keluar membelalak.

Dedaunan mulai mengelilingi trotoar antara rumah Marcole dan juga Miracle.

Kejadian sedih saat ini merasa rasakan, hanya ada raungan antara seekor anjing dan juga burung hantu yang mengeliat.

Miracle saat ini dengan doa yang ia hanturkan, kepala ke atas dan tangan yang mulai dia lipat.

Dadanya sekiranya berdegup dua kali lebih cepat, di tambah tatapan mata dari Marcole semakin tajam seiring waktu berjalan.

"Keluar kamu, siapa yang meminta kamu datang ke sini," gertak Marcole dengan matanya yang sadis.

"Ada apa?" tanya Miracle masih dengan tangannya yang dia lipat.

Antara setan dan juga manusia, tapi yang pasti kini mereka telah beradu mulut, walaupun sebenarnya kini mereka tidak mengetahui siapa lawan bicara mereka.

***

Pagi datang dengan suara burung yang sudah berganti menjadi riang, membangunkan Marcole yang tertidur di atas sofa, dengan rambut yang acak-acakan, dan kantong mata yang sudah membulat.

"Apa ini," ucapnya melihat ke segala arah.

"Mungkinkah sekarang ini adalah aku?" tanyanya sembari mencubit pipinya yang mulus.

Di pertengahan Marcole yang sudah mulai bisa berpikir bahwa itu adalah dirinya, Miracle datang dengan satu ember air penuh berada di genggaman tangannya.

Marcole ingin berteriak rasanya, ingin memberitahukan bahwa dia adalah dirinya yang sebenarnya, tapi_,

Tapi, air mulai mengenang dengan cepat pada wajahnya, membuat matanya yang membentuk kantong tadi semakin perih rasanya.

"Keluar kamu, aku mohon jangan gangu hubungan kami, apa yang membuat kamu seperti ini," mohon Miracle yang saat ini sudah menangis.

"Ada apa," tanya Marcole kali ini sudah dengan suara yang seperti biasa.

Mendengar itu, membuat Miracle dengan cepat membawa Marcole ke dalam dekapannya, air mata yang sudah berhenti, dan juga suara yang sudah kembali seperti semula.

Miracle merasa senang, bahwa pagi ini dia melihat kekasihnya dengan mata yang telanjang, melihat bahwa dia adalah kekasih asli tanpa ada sosok setan.

Kehabisan semua kata-kata, hingga mereka akhirnya memutuskan untuk pergi ke luar mencari udara bebas.

Di tengah perjalanan, mereka melihat lelaki yang sebelumnya memberikan kepada mereka arahan agar melakukan hal seperti itu.

Mereka berdua berhenti dengan senyum yang tak luput dari lawan mata masing-masing.

"Apakah kamu sudah sarapan?" tanya Miracle sembari menepuk pundak dari lelaki itu.

"Hahh," herannya dengan nada yang terkejut.

"Itu kalian?" tanya lelaki itu sembari menoleh ke belakang.

Mereka bertiga memutuskan agar makan di restoran yang cukup dekat dengan posisi mereka yang kini berada di pinggir jalan.

Tawa memenuhi wajah mereka. Kalau seingat ku, tawa itu adalah tawa yang pertama sekali mereka keluarkan setelah melalui semua masa-masa sulit ini.

Marcole terdiam sebentar, sembari menatap lurus wajah dari mereka masing-masing.

Hal itu membuat lelaki tadi yang makan dengan lahap, menghentikan aksinya sembari menurunkan sendok makan dengan hingar-bingar.

Sedangkan untuk Miracle dia takut kalau seandainya setan itu atau roh jahat itu masuk ke dalam tubuh Marcole yang sangat lemah ini.

"Mungkinkah dia masuk kembali?" tanya Miracle membawa gelas itu pada genggaman erat tangannya.

"Apakah kalian tidak akan bertanya seperti apa tersiksanya aku ketika melakukan peran yang bukan peran ku?" tanya Marcole dengan nafas yang gusar.

Astaga, berarti mereka salah paham untuk saat ini kepada Marcole, dengan cepat Miracle melepaskan genggaman pada gelas itu, dan juga lelaki itu kembali lagi melahap nasinya yang tadi belum dia habiskan.

Miracle termenung beberapa detik kemudian, dia menatap ke depan mencoba untuk menemukan jawaban.

"Aku mungkin tidak akan bertahan lama lagi, seperti ini," ucapnya dengan nada suara yang parau.

"Ada apa?" tanya Marcole melihat perubahan wajah dari kedua lelaki yang berada di depannya.

Selang beberapa menit, kedamaian telah berlalu mereka kini menatap heran rumah itu.

Di tempat mereka sekarang tempat mereka berdiri, Marcole gemetar kakinya tak karuan.

Sedangkan untuk Miracle matanya sekiranya tak bisa lagi dia kedip kan, kedua jantungnya berdegup dua kali lebih cepat dari sebelumnya.

Lelaki itu menyadarkan mereka berdua, dengan suara yang khas lelaki itu memangil nama mereka agar tidak terhanyut oleh penampakan yang sudah mereka biasa lihat.

"Miracle, Marcole," panggilnya dengan cara menyentuh pergelangan tangan mereka.

"Hah," ucap mereka berdua bersamaan.

Hujan, kini telah mengguyur pekarangan rumah dari Marcole dan juga Miracle.

Hujan? ya, sekarang aliran hujan mengalir di depan mata kaki mereka, padahal untuk sesaat ini mereka tidak merasakan apapun selain udara yang menghembuskan bulu tangan mereka.

"Hujan apa ini?" gumam Marcole sebelum kesadaran hilang.

"Jangan-jangan_" ucap lelaki itu terpotong melihat perubahan warna mata dari Marcole.

"Ada apa?" tanya Miracle yang masih belum teliti melihat perubahan dari Marcole.

Semuanya kembali merasakan kekhawatiran yang cukup dekat, tidak bisa menghirup nafas lagi dengan aturan yang biasanya.

Segera Marcole beranjak dari depan kedua lelaki itu, membuat Miracle sedikit bertanya-tanya apakah ini sudah menjadi sosok Marcole ke dua.

Marcole berjalan menuju rumahnya dengan langkah yang sedikit dia lompat-lompat. Hal itu membuat Miracle sudah sadar bahwa orang yang di depannya bukanlah lagi kekasih dirinya.

"Itu bukan lagi Marcole," ucap lelaki itu tersenyum Smirk.

"Kapan dia akan pergi dari tubuh kekasihku," ucapnya dengan nada suara yang ketakutan.

Mereka tidak tahu lagi harus mengatakan apa-apa, karena untuk saat ini Marcole sangat senang berada di bawah atap yang penuh dengan air itu.

Bermain dengan tetesan air yang mulai mengeluarkan darah merah, membuat kedua lelaki itu segera mundur dan berlari menjauhi Marcole sekarang ini.

Aliran darah terasa selalu menghantui mereka berdua. Kedua lelaki yang masih berlari untuk kesekian kalinya. Melintasi beberapa orang yang sedang melintas.

"Ayo, cepat jangan sampai nantinya darah itu menempel pada bagian tubuh kita," ucap lelaki itu sembari berlari dengan sekuat tenaga yang dia punya

"Apa arti dari semua ini, bagaimana nasib dari Marcole," umpat Miracle yang sudah lelah dengan semua ini.

"Marcole yang sebenarnya sudah beristirahat di dalam tubuh setan itu..." Jelasnya dengan nada suara tak karuan "sekarang yang kamu lihat adalah setan yang mencoba memakai tubuh dari kekasihmu,"

Miracle langkahnya terdiam seketika, saat mengetahui kebenaran yang sangat menyedihkan ini. Kakinya tidak bisa lagi dia langkahkan, begitu juga dengan pandangannya yang tidak bisa lagi dia kondisikan.

"Apakah aku kekasih yang di kutuk," pikir Miracle dengan air mata yang menetes.