Chereads / UNEWANTED PARADISE / Chapter 5 - MATAHARI DI MALAM HARI

Chapter 5 - MATAHARI DI MALAM HARI

Keperluan kekasih itu sangat penting bukan? dimulai dari kepedulian kamu kepada dirinya.

Seperti tak lain, ketika kamu sedang dalam masalah dia bisa datang.

Matahari terbenam dan mulai menyambut kembali teriknya panas yang mulai mengeluarkan keringat bagi setiap manusia yang ada di permukaan bumi ini.

Beberapa orang terlihat saling melintas untuk beberapa detik, tidak ada yang mengajak berbicara untuk satu sama lain, tidak ada percakapan di saat itu.

Bau sayur-sayuran mulai menyerap pada Indra penciuman  gadis yang kini tengah memilih sayur-mayur.

Senyum terukir jelas pada si penjual dan juga pembeli. Ada berbagai tawaran yaga mereka berikan kepada setiap orang yang berbeda.

Hingga tiba saatnya kepada Marcole yang memberikan uang itu berlebihan tidak sesuai dengan harga awal.

Bisa dikatakan tidak sesuai? Salah. uang itu sangat lebih, lebih dari pada cukup.

"Berapa harga ini," ucap Marcole menatap tukang sayur itu.

"Ini hanya dua puluh lima ribu, anda mau?" tawar bapak itu dengan senyum khas.

Marcole segera membeli kebutuhan hidup mereka,  semua dia beli tanpa ada kata penawaran.

Ada beberapa ibu rumah tangga yang melihat bagaimana kerasnya Marcole belanja, di tambah penghasilan di kota  ini tidak banyak, segera membuat Marcole menjadi pusat gosip antara ibu-ibu rumah tangga itu.

"Lihat lah, bukankah itu adalah penghuni baru dari rumah kosong itu," ucap ibu dengan rok yang dia pakai.

"Tetapi kenapa dia bisa terlihat bagai orang yang tidak punya firasat lain?" tanya ibu itu mengingat kejadian dua tahun lalu.

Beralih kepada Marcole yang sudah siap dengan tumpangan yang biasanya berada di perkotaan yang tidak kita sekali.

Becak, kali ini becak berada di depannya. Marcole segera memberikan uang dua ratus ribu sebagai upah dari becak itu.

Sedangkan sekarang mata dari para ibu-ibu itu membelalak melihat Marcole yang dengan aktifnya memberikan satu juta uang cash kepada pedagang itu.

"Apakah ini sudah cukup?" ucap Marcole tanpa ba-bi-bu.

"Wah, ini sudah lebih dari cukup," ucap pedagang itu sembari mengucap terimakasih kepada Marcole.

"Ada apa dengan wanita itu, belanja dengan satu karung saja, memberikan satu juta, apakah dia mempunyai uang banyak?" tanya ibu yang memakai selendang hitam sebagai penutup wajahnya.

Segera Marcole pergi dari tempat itu, dan dengan senyum meremehkan dua lemparkan kepada ibu-ibu yang melihat dia sedari tadi.

Sesampainya di dalam rumah Marcole, dia tersenyum bak orang yang kesakitan. Dia tidak sakit tidak juga tidak waras, lantas apa yang membuat dia seperti ini.

Semakin lama, semakin keras juga tawa yang dia keluarkan, hal itu membuat Miracle merasa lelah dan ingin pergi meninggalkan Marcole seorang diri menahan semua terpahan itu.

Langkah Miracle sudah ingin pergi saja, tapi dia teringat akan permohonan dari Marcole satu hati yang lalu.

"Jangan, pergi saja," ucap Marcole dengan nada suara yang ragu.

"Aku pergi?" tanyanya sembari menatap Marcole yang akan duduk dengan kucing yang berada di tangannya.

Miracle tidak tahu lagi harus berbuat apa-apa, karena saat ini dia  bingung antara pergi atau lebih baik tinggal bersama setan.

***

Perubahan mimik pada wajah tukang becak tadi, membuat teman di sekitarnya yang sedang berjudi, hampir kabur rasanya.

Wajahnya memerah, tangannya sedikit gemetar ketika dia melihat uang tadi telah berubah menjadi sesuatu yang sangat muda untuk didapatkan.

"Apa-apaan ini," ucapnya menodongkan daun yang berwarna hijau itu di depan teman-temannya.

"Kenapa?" tanya temannya yang memakai topi hitam itu.

"Maksud kamu apa, kenapa menunjukkan dedaunan untuk judi?" Sarkasa nya dengan membuang kartu judi di depan  lelaki penarik becak tadi.

Wajahnya muram seketika, tandus sudah pertahanan untuk istri dan juga anaknya yang sedang kuliah saat ingin.

Beralih kepada pedagang sayur tadi, dia tersenyum ramah kepada ibu-ibu dekat rumah dia, kursi roda mulai dia tepukan di belakang rumahnya.

Dia melangkah masuk, mengetuk pintu dengan gerakan yang sangat ceria, dia juga segera memeluk istrinya.

"Apakah kalian sudah makan?" tanya lelaki itu sembari meletakkan bokongnya di atas sofa yang terlihat remuk itu.

"Ada apa gerangan? sehingga kamu begitu senang saat ini?" tanya istri memberikan air hangat kepada suaminya.

Segera, agar tidak babibu. Lelaki tadi mengeluarkan uang dari ransel kecil yang biasa dia pakai sebagai tempat uangnya.

Namun naasnya, lagi-lagi itu bukan rezeki dari dia. Wajahnya memerah bak tomat yang siap di panen, tangganya gemetar karena tidak tahu lagi harus mengatakan apa-apa kepada istri.

"Kenapa berubah menjadi daun kering?" gumamnya menodongkan sepuluh lembar dedaunan itu.

"Apa-apaan kamu, apakah kamu serius dengan semua ini," tanyanya sembari pergi dengan wajah yang sedikit kesal.

"Ada apa dengan gadis itu," gumamnya merobek sekaligus semua daun itu.

Kandas sudah nasib mereka berdua untuk saat ini, dagangan yang habis di beli dengan daun kering, dan juga bensin yang habis di beli dengan daun muda.

Di lain sisi Miracle tidak jadi pergi, dia memutuskan untuk menatap bulan di malam hari sembari melihat benda pipi yang selalu berada di telapak tangannya.

Kebetulan saat itu Marcole selalu saja tertawa terbahak-bahak di dalam rumah.

Hal itu membuat Miracle memutuskan untuk keluar saja, di temani dengan secangkir kopi dan juga ponsel yang kini memutar salah satu film komedi.

Saat-saat tawanya keluar dengan nyaringnya, baterai ponsel dari Miracle  habis  sampai titik darah penghabisan, hal itu  membuat Miracle kembali lagi termenung menunggu malam ini pergi.

"Kenapa lowbet," kesalnya sembari melempar asal ponselnya.

"Kenapa jatuh?" gumamnya sembari tertunduk dengan tujuan mengambil ponsel itu.

Matanya tiap hari kembali lagi melihat kejadian aneh, dia tidak mengetahui kenapa selalu bisa terjadi hal seperti itu.

Matahari? Bersinar? yah, sekarang ini dengan cahaya yang sangat hingar bingar menyinari Miracle.

Miracle segera berdiri meletakkan ponselnya sembarang arah lagi. Matanya tidak bisa dia kedip kan karena pemandangan yang realistis sangat.

Sungguh keajaiban bukan matahari ada di malam hari?

Saat itu juga Marcole dengan rambut panjang yang dia sisir kini telah datang melihat sinar matahari itu.

Dia segera masuk kembali dengan wajah yang sangat takut, tapi lelaki teman mereka segera datang berlari membuat Miracle terkejut.

"Segera bawa Marcole ke luar" teriaknya dengan nafas yang ngos-ngosan.

"Ada apa ini sebenarnya," bingungnya dengan tatapan yang tidak bisa dia alihkan.

Segera lelaki tadi masuk dengan Miracle yang berada di belakang dirinya.

Terlihat Marcole kini berusaha untuk menghindari mereka, terapi kekuatan dari dua lelaki itu berhasil menangkap Marcole sembari membawa dia di bawah sengatan matahari di malam hari itu.

"Kenapa ini?" tanya Miracle "Apakah ini salah satu teka-teki,"

"Matahari di malam hari, adalah lawan dari setan yang datang satu kali setahun," ucap lelaki itu melemparkan Marcole sehingga terjatuh dirinya.