Ini hanya sebatas diakui atau tidak diakui. Hanya sebatas bagaimana kekuatan kamu untuk dapat menerima semua itu.
Hawa yang dingin kembali menusuk tubuh dari kedua manusia yang masih berada di tempat mereka mencari tahu apa yang terjadi.
Bola mata yang membara, jelas untuk saat itu mereka berdua miliki, tangan yang gemetar dan juga mata wajah yang putih pucat, jelas sangat mendominasi pada mereka.
Marcole sekarang ini hanya menatap lurus ke depan, dengan tatapan lurus serta kosong membuat dirinya terlihat menyedihkan.
Sekarang ini, hanya ada raut wajah ketakutan, di satu sisi pacar Marcole sudah berusaha untuk membuat hidup kembali Marcole, dengan cara yang temannya ajukan.
Tetapi, setan lebih kuat daripada mereka, dukun yang berada di depan mereka juga tampaknya sedang kelelahan.
Kelelahan, sudah terlihat jelas dari dahinya yang sudah bercucuran keringat, dan juga bola matanya yang merah.
Bau anyer menyeruak di segala arah, hanya pacar Marcole yang bisa merasakan itu, tidak Marcole serta dukun.
Pacar Marcole bingung kenapa mereka bisa tidak merasakan bau anyer itu, segera pacar Marcole memutuskan agar mempercepat proses penyembuhan ini.
Benar saja, ketika dukun itu ingin mencoba menyelamatkan Marcole, sekarang malah dukun itu yang mengeluarkan darah.
Darah keluar dari lubang hidung Dukun, sungguh ini membuat pacar Marcole merasakan bahwa ini tidak benar lagi.
Tetapi pacar Marcole sungguh tidak tahu apakah lebih baik mereka pulang, atau sebaiknya menunggu sampai dukun ini bisa menyembuhkan Marcole.
Sesaat sebelum semuanya berjalan, dukun tersebut telah kembali seperti semula, rasanya tubuhnya telah lemas, sehingga untuk kali ini dia tidak bisa lagi melanjutkan pengobatan ini untuk sementara waktu.
"Maaf." Satu kata yang keluar dari mulut dukun dengan baju hitam serta jenggot yang hitam itu.
"Ada, apa?" tanya pacar Marcole dengan nada kebingungan.
"Semua ini tidak bisa lagi kita lakukan di malam ini, sungguh kekuatanku jelas sudah habis," ujar dukun tersebut menundukkan kepala dan juga tangannya di atas paha.
Pacar Marcole terdiam, sungguh kali ini dia memang juga ikut lelah, namun mengenai Marcole dia sangat sedih, bagaimana nantinya nasib dari pacarnya.
Pacar Marcole memutuskan untuk menginap di tempat dukun itu, namun naasnya dukun tersebut tidak memperbolehkan Marcole dan pacarnya agar tidur di tempat ini.
Mata dari pacar Marcole seketika membelalak, apa maksud dari dukun ini.
Ini sudah larut malam, di tengah hutan, dengan seorang wanita yang kesadarannya tidak bisa di defenisikan lagi.
Pacar Marcole segera membujuk dukun tersebut agar mereka dapat menginap di tempat ini, meskipun mereka di luar, meskipun mereka tidak diberikan selimut, atau apapun itu.
Jelas saja, karena semuanya telah satu di hati dukun itu, dan memang itulah prinsip dari dukun, sekarang ini semuanya terlihat datar saja.
"Tolong, aku hanya ingin pacarku selamat, biarkan kami menginap disini," pinta pacar Marcole sembari mengangkat kepalanya ke atas.
"Tidak, ini sudah menjadi keputusan dari setiap dukun, yang ingin ilmunya bertambah, kalian harus segera pergi, esok pagi kalian harus cepat datang ke tempat ini lagi," pinta dukun tersebut membuang pandangannya ke sembarang arah.
"Apakah anda benar tidak akan mengizinkan kamu untuk tidur di tempat mu walaupun hanya satu malam?" tanya pacar Marcole dengan matanya yang mengharapkan sebuah keputusan yang lebih indah.
***
Saat ini jam telah berlalu, namun Marcole dan juga pacarnya belum mendapatkan tempat agar mereka tidur dengan nyaman.
Marcole hanya meratapi betapa seriusnya pacarnya dalam masa pengobatan ini.
Marcole sekilas meminta kepada pacarnya untuk berhenti.
"Ada apa?" tanya pacar Marcole sembari menurunkan dari pundaknya Marcole.
"Tidak, aku rasa kita hanya perlu untuk istirahat di tempat ini saja," ujar Marcole menyenderkan bahunya di belakang pohon itu.
"Apakah kamu tidak keberatan, mungkin kalau kita berjalan sepuluh meter ke depan, akan ada rumah warga," ucap pacar Marcole memberikan semangat kepada Marcole.
Marcole tersenyum, kali ini senyumnya telah berbeda, hal iti membuat lelaki yang didepannya satu menit takut, satu menit merasa sedih, dan satu menit lagi merasa bahwa ini tidak benar lagi.
Benar saja, Marcole sudah tertawa nyaring di tengah hutan belantara yang penuh dengan suasana ngeri-ngeri sedap.
Marcole berteriak, namun kali ini pacarnya tidak heran melainkan hanya sedikit takut, mendengarkan pernyataannya.
"Kamu tahu, disini tidak ada tempatmu di tampung, kamu tahu juga kan, kali ini aku yang menang, dukun saja tidak mampu mengusir diriku," ucap Marcole dengan rambutnya yang dia pegang.
"Pergi kamu, siapapun kamu, tetapi tolong pergi jauh," geram pacar Marcole, tidak mau melihat setan itu lebih lama hinggap di dalam tubuh ia pacarnya.
Tertawa lagi, jelas ini membuat semua binatang keluar dan juga dedaunan semakin aktif berjatuhan, angin sangat ribut saat itu pacar Marcole menatap kepada Marcole.
"Apa maksudmu, hentikan semua ini," ucap pacar Marcole dengan membuang ludah.
"Ken__," ucap Marcole terjatuh pingsan tepat di atas tanah yang sudah banyak dedaunan berjatuhan itu.
Pacar Marcole segera mendekat dan memberikan ketenangan kepada dirinya, dan juga pacarnya.
Sungguh ini adalah hal yang sama sekali tidak pernah terbayang dalam hati pacar Marcole,semua lika-liku telah datang hanya tinggal menunggu waktu yang tepat.
Pacar Marcole membawa Marcole ke belakang pohon besar itu, sungguh air matanya kini sudah berhasil lolos keluar dari mata indah pacar Marcole.
Untung saja, Marcole masih belum sadarkan diri, kalau sempat sadarkan diri mungkin dia akan sangat malu sekali.
Mata mereka berdua telah tertutup, wajah yang lelah, dan juga nafas yang mulai keluar dengan terarah serta teratur, kali ini membuat mereka tampak tenang.
Sesaat untuk tepat itu waktu kiranya sangat berjalan cepat, mata dari Marcole serta pacarnya kali ini telah membelalak.
Mereka berdua berdiri, bagaimana mungkin mereka bisa di tempat keramaian ini.
Bukannya tadi malam ini adalah tempat yang paling sepi sejagad raya? namun sekarang ini semuanya telah terbalik.
Marcole segera mengengam kuat tangan dari pacarnya, melihat ini tidak benar lagi, sekarang pacar Marcole berusaha menemukan kembali lagi tempat dukun tersebut.
Benar saja, ini adalah rumah kosong yang ramai, tempat kosong yang sudah ramai.
Ini adalah lika-liku perjalanan dari Marcole dan juga pacarnya agar dapat menemukan rumah kosong di tempat yang ramai ini.
Menemukan apa yang salah di dunia ini, apakah mereka yang masih bermimpi, atau apakah mereka yang masih belum menjalani tempat ini beberapa saat yang lalu.
Marcole dan juga pacarnya seolah-olah melihat semua tempat itu, adalah tempat yang mereka lalui ketika ingin pergi tidur.
Namun, kenapa malam hari tempat ini tidak ada? kenapa hanya pagi hari tempat ini sangatlah ramai?
Berbagai pertanyaan kini telah terbesit pada pemikiran Marcole dan juga pacarnya yang masih saja berjalan menelusuri setiap sudut tempat itu.