Tampaknya rona merah wajah mereka masih sama, masih menunjukkan raut wajah yang ketakutan dan juga rasa penasaran yang sungguh tidak bisa dijelaskan.
Marcole bersama dengan pacarnya masih melihat dan mengingat apakah benar tempat yang ramai tadi adalah tempat yang mereka kunjungi tadi malam, sangat sepi?
Marcole berada di tengah semua orang yang seolah tidak melihat mereka, tawa mereka dan juga suara mereka terdengar nyaring pada pendengaran Marcole dan juga pacarnya.
"Apakah yang mereka lakukan?"
"Sungguh, aku tidak tahu, namun ini sepertinya jauh dari bayangan kit, perjalanan kita rasanya masih sangat panjang."
"Tidak, jangan katakan Seperti itu, aku tidak mau terjebak dalam labirin konyol seperti ini."
Marcole dan juga pacarnya yang selalu setia menunggu dirinya beradu argument, mereka tampak tidak bisa lagi menjalankan aktivitas mereka, sepertinya ini akan menjadi hari yang sangat melelahkan bagi mereka.
***
Hawanya sama mereka berdua berusaha untuk pergi dari kerumunan itu namun, apa boleh buat karena sekarang kemanapun mereka pergi sebelum bulan datang, mereka akan terjebak dalam labirin kehidupan ini.
Mereka berjalan menelusuri tempat dan juga batang pohon yang tertanam di sana, tampaknya ada sayuran yang sangat segar kelihatannya dari luar, dan juga beberapa wanita dengan jubah panjang yang mereka kenakan.
Marcole yang menatap mereka, hanya merasa bahwa dia seakan pernah melihat kejadian ini, namun dimana ini terjadi?
Marcole mencubit pergelangan tangan dari kekasihnya, Refleks pacar dari Marcole segera memegangi pergelangan tangannya yang dicubit tadi, lebih tepatnya dia merintis kesakitan.
"Ada apa?"
"Bukankah kamu tidak melihat para wanita yang tadinya melintasi kita?"
"Tidak, tidak ada siapa-siapa yang aku lihat di sekeliling kita."
Habis sudah pertahanan dari mereka berdua, karena kenapa mereka bisa seperti ini, di satu sisi Marcole bisa melihat wanita itu dan di satu sisi lain yang berbeda pacarnya tidak melihat siapa yang berada di sekeliling mereka.
"Siapa itu?"
"Aku juga tidak tahu, karena aku tidak melihatnya."
"Sungguh, apakah kamu benar tidak melihatnya?"
"Sungguh, aku tidak melihatnya, tidak ada apa sedari tadi di tempat ini."
Mereka berdua kembali lagi beradu argument, namun karena sudah merasakan lelah, kini mereka memutuskan agar pergi lebih menjauh dari tempat itu dan segera mencari tahu dimana tempat dukun yang meminta mereka untuk pergi ke tempat ini.
Setelah matahari terasa terik, saatnya kali ini bagi mereka berdua untuk istrirahat, dibawah pohon yang tampak sejuk, hawanya segar, dan juga batang pohonnya yang terlihat sudah tua kecoklatan.
Marcole mengusar nafas dia mulai lelah dengan semua ini, namun demi proses penyembuhan dari dirinya apapun akan dia lakukan.
Mata mereka berdua mulai terlelap, karena hawa sejuk yang diberikan oleh pohon tersebut, sehingga dengan cepat mata mereka berdua tampak sudah terlelap.
***
Bulan sudah datang pertanda malam telah tiba, warna yang langit berikan juga sudah berubah dan juga dengan aura yang diberikan telah berubah drastis.
Hawanya sedikit mencurigakan, mereka akan menguji adrenyali kembali lagi, dimana Marcole dan pacarnya akan menelusuri setiap jalan yang mereka ingin tempuh.
Langkah mereka terhenti, tepatnya menyadari bahwa sedari tadi mereka telah berkeliling di tempat itu, tetapi ini lebih mengherankan pasalnya, pasar tadi tidak ada orang dan tidak ada bekas apapun yang tertinggal, namun hanya ada batang pohon yang tua dan juga daun yang berserakan dimana-mana baik itu yang hijau dan juga kuning langsat.
Mereka berdua tampak mengobrol untuk mencari tahu apakah jalan ini benar atau tidaknya.
"Apakah kita tidak lagi salah arah?"
"Tidak lagi, seingat aku semalaman kita melewati batas ini."
"Apakah kamu sudah yakin?"
"Aku yakin, dan juga sudah melihat dimana pertanda dari rumah dukun itu."
Pacar Marcole terlihat yakin, jelas dari wajahnya yang saat ini telah tersenyum selebar senyum Pepsodent, dia mengingat persis jalan yang sekarang ini mereka lalui.
Tepat sekali, meski sudah banyak rintangan dan juga lika+liku menuju perjalan ini, mereka berdua akhirnya sampai ditempat yang terlihat banyak asap dan juga burung hantu.
Kesadaran dari Marcole membuat pacarnya yakin kalau di dalam jiwa Marcole, itu bukan lagi dirinya. Dengan cepat, sebelum Marcole lebih kehilangan kesadaran diri, pacarnya mengendong dia dengan cara membawanya dengan ala brystal.
Diketuknya pintu dan itu jelas membuat lelaki tua yang tampak memejamkan mata dan juga tangan yang dilipat tergangu aktifitasnya. Dilihat dalam pikirannya bahwa itu adalah kedua pasangan yang datang tadi malam ketempat nya.
Benar sekali, mereka berdua telah dibuka pintu oleh lelaki dengan jengot putih mengelilingi semua bagian rahang dan juga lehernya.
"Apakah kalian tidak tersesat?" tanya dari dukun itu dengan mata yang berbinar.
"Adakah jebakan yang anda buat, agar kami tidak datang ke tempat mu ini," ucap pacar Marcole yang sudah mengetahui bahwa wanita yang digendongnya bukan lagi Marcole yang asli.
"Sungguh ... Dan kenapa dengan dirinya?" tanya dari dukun itu mengalah.
Mereka segera masuk, tampaknya aroma ini adalah aroma darah yang baunya sangatlah menyengat, ini membuat Indra penciuman dari orang yang berada di dalam tubuh Marcole, segera bergejolak karena merasakan aroma dari darah.
Segera Marcole memuntahakan busa-busa putih yang keluar dari mulutnya, seolah dia ingin mencekik juga lehernya.
Wajah dari pacar Marcole sangat khawatir saat itu, tidak heran juga dengan dukun itu yang sedikit tertegun ketika melihat bagaimana perjuangan dari mereka.
"Anda tidak perlu takut, itu hanyalah reaksi dari seseorang yang melekat pada tubuh Marcole."
"Apa?"
"Yah, dan tadi karena aku sedang melakukan ritual untuk sebuah perjalanan, maka salah satu dari peliharaan ku harus segera musnah."
Mendengarkan itu saja, jelas sungguh membuat hati pacar Marcole serasa teriris, bagaimana caranya kalau dia sangat gampang mengatakan kata reaksi kepada dirinya, seolah tidak ada beban yang menanggung di punggung.
Semakin lama, Pacar Marcole menunggu agar bisa itu bisa berhenti datang dan keluar dari mulut Marcole, namun naasnya bisa itu semakin pekat warnanya dan juga wajahnya tampak putih pucat.
Pacar dari Marcole, hampir putus asa, dia hanya ingin pulang ke rumah bersama dengan pacar nya dan juga dapat hidup bahagia, namun itu hanyalah mimpi diatas mimpi.
Hanya menangis,.namun pacar Marcole tersadar untuk bertanya akan siapa jiwa hantu yang berada pada jiwa pacarnya?
Pertanyaan itu segera dijawab oleh lelaki itu, dia ingin semua ini jelas agar mereka dapat membedakan dimana orang yang berpihak kepada mereka, dan juga dapat mengusir dimana pihak yang tidak menginginkan mereka berdua.
"Siapa itu?"
"Tentu, kamu akan mengetahuinya, tetapi sebelum itu coba-coba pikirkanlah sekali lagi, siapa tahu kalau kaku tidak mengingatnya."
Sepertinya sekarang ini dukun akan memberikan apa yang dia ketahui akan beberapa orang.