FoodCourt di bawah lobby rumah sakit itu kebetulan lagi sepi, Ratih mengajak Beni untuk duduk di bangku yang disediakan disana.
Beni duduk dalam diam, kepalanya ditekuk kebawah, sedang kedua lengannya menumouk puncak kepala.
Ratih segera menuju kasir dan memesan minuman dingin untuknya, berharap kepala Beni dapat kembali segar dan bisa dengan mudah menyerap informasi dan cerita yang akan dia sampaikan.
"Sepertinya sekarang adalah waktu yang tepat." Ucap Ratih dalam hati.
"Aa, mohon maaf sebelumnya kalo Ratih lancang,"
Seperti biasa Ratih memang memanggil Beni dengan sebutan Aa, --Sebutan Kakak atau Abang dalam Bahasa Sunda--.
"Apa Aa mengetahui? Selepas kepulangan A Beni ke Bandung, apa yang terjadi dengan Chacha? Tanya Ratih, kedua bola matanya itu nampak mulai berkaca-kaca, perlahan kepalanya terlihat menunduk. Kearah meja didepannya itu.