"Yeaaaaaahhh!"
"Prok! Prok! Prok!"
Lagu terakhir selesai di mainkan, Bella tepuk tangan dan berteriak histeris, merasa puas melihat proses latihan "Band Kantor", walau cuma latihan, tetapi totalitas bermusik mereka sangatlah paten. Band yang baru berdiri dengan para pemain lama memang tidak diragukan lagi skil dan pengalamannya.
"Wooww! Bahaya pisan ini mah! Bisa mengancam Band gua nihh!" Kata Bella, nampak melemparkan senyum sumriahnya kearah Beni, Eko dan teman-teman lainnya.
"Hahaha, gak lah! Band lu lebih keren Bel!" Seru Idhuy dan Eko hampir berbarengan.
"Nanti kalo ada event gede, gua coba masukin "Band Kantor" ini yaa!" Ucap Bella sembari menghampiri Beni, lalu menyodorkan sebotol air mineral.
"Zheyeng, ini minum dulu, pasti haus kan udah teriak-teriak!" Ucap Bella, senyuman dan tatapan matanya itu benar-benar membuat Beni mabuk kepayang.
"Makasih Zheyeng" Ucap Beni, mengambil sebotol air mineral yang disodorkan Bella, lalu mengedipkan sebelah matanya genit.
"Uuunnchh! Mesra sekali ini pasangan vocalist, cocok! dahlah mesti disegerakan!" Ucap Eko usil teriak learah Beni dan Bella.
"Segerakan apa?" Tanya Bella.
"Ke penghulu!" Jawab Eko serius.
"Yes, segera!" Beni menimpali teriakan Eko. Bella hanya tersenyum tersipu malu disamping Beni.
"Yuuhuuuu!" Teman-teman yang lain bersorak. Mendukung hubungan mereka berdua.
Beni dan Bella nampak saling melirik, nampak cahaya cinta bersinar terang di bola mata mereka.
Sembari bercengkrama dan bersenda gurau, mereka mulai membereskan peralatan masing-masing, mereka membicarakan konsep video buat konten minggu ini, mulai dari kostum, desain, set lokasi dan lain-lain.
Bella memperhatikan teman-teman "Band Kantor" dengan seksama, sesekali tersenyum geli mendengar celotehan dan becandaan Eko, Idhuy serta teman-teman yang lainnya.
Bella salut melihat cara kerja mereka, walaupun berawal dari iseng, tetapi semuanya mereka kerjakan dengan sangat profesional.
Tidak terasa, waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam, Beni pamit pulang, ia harus mengantarkan Bella kembali ke Kostannya. Sementara teman yang lain masih betah nongkrong. Ngobrol ngaler-ngidul di rumah Eko.
Di perjalanan, Bella Berkata, "Band Kantor asyik banget! Aku suka lihat cara kerjanya, santai tapi sangat profesional. Dan hasilnya juga sangat sempurna. Aku suka banget" Kata Bella dibelakang punggung Beni, kedua lengannya melingkari tubuh Beni seperti biasa.
"Hmmm, kamu tau gak? Band itu bisa bagus karena vocalist nya itu aku, Mhewehehe." Ucap Beni berkelakar pura-pura sombong.
"Huuuuuu!" Bella mencubit pinggang Beni yang nampak tertawa terkekeh dibalik kemudi motornya itu.
"Eh iya Zheyeng, serius nih, nanti kalo ada event aku coba masukin bareng band aku ya? Budget berapa Band kantor?" Tanya Bella serius.
"Ah atur aja Zheyeng, "Band Kantor" belum pasang tarif manggung, kalopun ada, dibayar berapapun anak-anak pasti mau, Anggap aja sebagai bahan portfolio dan konten." Jawab Beni santai.
"Oh gitu, siap kumendan! nanti aku coba tawarin ke Mbak Chemmy, manager aku ya! Eh namanya emang "Band Kantor" ya? Gak ada niat ganti nama gitu?" Ucap Bella sambil menanyakan nama bandnya itu.
"Hahaha iya, namanya udah "Band Kantor" aja, karena emang berawal perkenalan dari kantor kan?" Ucap Beni balik bertanya sembari tertawa geli. Nama Band Kantor emang agak-agak gimana gitu, tapi ya sudah enak begitu menurut mereka.
"Iya iya, ya sudah "Band Kantor" juga bagus!" Kata Bella, pelukannya semakin kencang, merekatkan tubuh mereka.
Karena malam itu jalanan sudah agak sepi, perjalanan dari Ciburial ke Cikutra hanya memakan waktu tidak lebih dari 10 menit, mereka sudah sampai di kostannya Bella.
Perlahan Bella turun dari sepeda motor, lalu mencoba menahan Beni yang nampak hendak melanjutkan perjalannya pulang ke Soekarno Hatta.
Sebelum Beni pamit pulang, Bella segera menarik tangan Beni dan mengajaknya masuk kedalam.
"Jangan dulu pulang, masuk dulu!" Kata Bella sedikit memaksa.
"Tapi sudah malam Zheyeng ih, ga enak sama ibu kost dan anak-anak kostan yang lainnya", Kata Beni berusaha mengelak.
"Tidak apa, gak ada ibu kostnya juga disini mah!" Ucap Bella tetap memaksa.
"Motornya masukin sekalian, disini mah banyak maling." Lanjut Bella sembari membantu mendorong sepeda motor Beni, lalu mereka berdua masuk ke halaman kostan itu.
Bella membuka kunci kamar kostannya, lalu masuk dan membiarkan pintunya terbuka, menunggu Beni.
Beni akhirnya menurut, layaknya seorang anak kecil yang dipaksa pulang oleh ibunya, Beni mengunci sepeda motornya dipinggir bangunan Kostan, lalu perlahan masuk ke kamarnya Bella.
Dilihatnya Bella baru saja keluar dari kamar mandi, wajah berseri nampak segar. Rupanya air telah mrmbasuhnya, beberapa butir air di kening nampak masih menetes.
Daster kuning sepaha yang membalut pas tubuh itu menambah kotor fikirannya.
Beni lelaki sangat normal. Berdua didalam satu ruangan kamar bersama perempuan cantik yang dicintainya, adalah satu kondisi yang dapat meruntuhkan imannya.
"Aduh ah segar gituu euy!" Ucap Beni, melirik nakal kearah Bella.
"Kamu ke air dulu gih biar seger, muka kamu lusuh udah kayak kanebo kering!" Ucap Bella mengabaikan lirikan nakal Beni, lalu tersenyum puas. Sesaat setelah meledek Beni dengan sebutan kanebo kering.
"Tapi kamu cinta kan sama kanebo kering Ahahhaa" Ucao Beni menimpalinya sembari tertawa, lalu bergegas ke kamar mandi membasuh mukanya.
Saat Beni keluar dari kamar mandi, Beni melihat Bella sudah rebahan di tempat tidurnya. Paha yang putih mulus dengan bulu-bulu halus di kakinya itu membuat jantung Beni berhenti berdetak untuk sesaat, agak kikuk dia duduk di kursi kecil sebelah tempat tidurnya itu.
"Aku pulang ya Zheyeng, kamu kasian harus istirahat, tidur" Kata Beni, tatapannya tidak dapat melepaskan diri dari sepasang bola mata Bella yang menatapnya dengan senyum mengembang terukir indah di wajahnya.
"Sini, duduk dekat aku." Kata Bella.
Bagaikan pesuruh yang mendengar perintah majikannya, Bejo duduk di sebelah Betjah yang sedang tiduran di tempat tidurnya.
Tanpa diduga, Bella memeluk paha Beni dengan erat, sampai terasa dua buah gumpalan di dada Bella yang bulat dan kenyal itu mengenai lutut Beni yang hanya bisa menahan nafas.
"Kamu nginep ya, udah malam aku takut kamu kenapa-napa lagi dijalan. Ya? Please. Aku gak mau terjadi satu hal apapun menimpamu lagi, aku khawatir."
Dengan suara yang merengek, Bella seolah memohon pada Beni agar mau menginap malam ini di kostannya itu.
Tiba-tiba Beni teringat kejadian tahun lalu bersama Chacha, kejadiannya hampir sama persis seperti saat ini.
"Ya ampun, aku tidak ingin kejadian itu terulang lagi. Kali ini aku tidak akan sanggup jika aku kehilangan lagi orang yang aku cintai." Ucap Beni berguman dalam hatinya, dia benar-benar trauma dengan segala kejutan-kejutan peristiwa dimasa lampau.
"Hmmmm, emang gpp? Gak enak nanti kamu jadi omongan tetangga." Ucap Beni masih mencoba mengelak.
Beni bukan tidak bernafsu melihat Bella dengan pakaian tidur seperti itu, Bukan pula tak ingin menginap dan mendapatkan kesempatan untuk melihat perempuan yang dicintainya itu terlelap dalam lelap tidurnya.
Beni sangat takut kejadian lama terulang lagi. Dia tidak sanggup membayangkan, betapa hancur hati dan jiwanya jika kejadian itu terulang lagi bersama Bella.
Dia takut jika nanti akan mendengar lagi soal perjodohan, atau apapun yang bakal memisahkan mereka, seperti halnya dia dan Chacha setahun yang lalu. Beni tiba-tiba merasa paranoid.
"Tidak akan apa-apa Zheyeng, pokoknya kamu malam ini harus tidur disini! Aku gak mau kejadian kemarin malam menimpamu lagi, Titik!" Bella tetap bersikukuh memaksa Beni, agar mau menginap bersamanya.
"Baiklah, apapun yang kamu minta Zheyeng, aku tak kuasa untuk menolaknya."
Akhirnya Beni mengalah. Lalu lembut lengan Beni membelai puncak kepala Bella dengan perlahan.
Lama-lama gerakan tangan Beni mulai iseng mengusap daerah sensitif di area belakang telinga Bella yang seketika bergidik geli.
"Iiiihhhhh gelii!!" Ucap Bella, debar aliran rasa aneh terasa mulai menyelusup ke dalam dada.
"Hehehe" nampak Beni tersenyum nakal, lalu menurunkan posisi tubuhnya, mendekati Bella, tiduran disampingnya.
"Zheyeng, besok pagi kamu mau gak ikut aku pulang ketemu ibu? Aku ingin mengenalkanmu ke keluargaku" Ucap Beni serius.
Tiba-tiba dalam kepala Beni terlintas ide untuk mengenalkan Bella kepada ibunya, meminta restu ibu dan berharap semesta memberi izin, dan meridhoi hubungan mereka.
Walaupun hubungan dia dan Bella belum terlalu lama, keyakinan Beni terhadap masa depan hubungan mereka sangatlah besar, sebesar harapannya untuk mulai membangun keluarga kecilnya sendiri.
Beni bertekad dalam hati, kali ini dia tak boleh kehilangan lagi. Dan semoga setelah pernikahannya nanti, tidak akan ada yang berani mengganggu hubungan mereka lagi.
Mendengar ajakan Beni, Bella mengadahkan kepalanya, nampak bola matanya membesar, menatap Beni hampir tidak berkedip.
"Serius? Asiikkk! Iyaa ayookkk! Akuu mau! Aku Mau!" Ucap Bela sembari memeluk tangan Beni dengan manja.
"Hmmmm, tapi aku pakai baju apa yaa? Baju rapihku cuma sedikit, kebanyakan baju dan celana sobek-sobek!" Kata Bella seakan berkata pada dirinya sendiri.
"Gak usah fikirkan baju Zheyeng, kamu mah gak pake bajupun tetap keliatan cantiiikk!hihihi." Kata Beni sembari mencomot dagu Bella yang sedikit belah tengah itu."
"Iihhhh mesuum!" Ucap Bella pura-pura cemberut lalu memukul pelan tubuh Beni.
"Hehehe, aku sungguh sangat mencintaimu Bella Cahaya Hati. Besok aku akan meminta ibu untuk melamarmu, kamu mau kan jadi istriku?" Ucap Beni nampak serius menatap Bella, menunggu respon darinya.
Bella diam dan tersipu, ia benamkan kepalanya ke dada Beni yang sigap segera memeluknya erat.
"Iya aku mau Zheyeng, kita merintis segala sesuatunya dari awal ya! Bismillah." Ucap Bella pelan.
Cukup lama mereka terdiam dalam pelukan hangat dan fikiran masing-masing. Lalu entah merasa sesak atau mungkin tangan Bella sudah merasa kesemutan? Bella menarik tubuhnya perlahan lalu menatap Beni dengan tatapan mesra.
Beni membalas tatapannya itu lalu perlahan mendekatkan kepalanya, hingga hidung mereka bertemu.
Tidak kuasa lagi menahan gejolak gairah yang meledak-ledak didalam tubuhnya. Beni mendekatkan bibirnya, sampai tidak ada lagi jarak antara bibir Beni dengan bibir Bella, menempel pelan. Lalu saling memainkannya.
Lembut dan penuh perasaan, Beni menciumi setiap lekuk bibir, hidung, mata dan daerah-daerah sensitif lainnya. Bella nampak pasrah dan menikmati semua aktifitas itu. Ditengah pergumulan panas itu, Bella berbisik pelan ke telinga Beni.
"Aku belum pernah melakukan ini dengan siapapun Zheyeng." Ucap Bella lirih.
Mendengar itu, Beni sempat menghentikan aktifitasnya, lalu perlahan melepaskan pelukan dan ciumannya itu, tetapi Bella segera menarik dan merangkulnya lebih erat, dan membalas ciuman Bejo dengan bernafsu. Lalu 15 menit kemudian mereka berhasil menyatukan tubuh mereka.
Dengan nafas yang masih memburu, Beni turun dari atas tubuh Bella lalu mendaratkan tubuhnya kesamping Bella yang tersenyum lemas sembari memeluknya.
Mereka berpelukan dibawah selimut tanpa mengenakan apapun. Beni menciumi kening Betjah berkali-kali dan berkata pelan.
"Aku akan menikahi kamu Zheyeng. Aku sudah bekerja, setidaknya aku sudah mempunyai penghasilan sendiri, aku yang nanti akan bertanggung jawab atas dirimu, wahai calon istriku." Ucap Beni.
Bella hanya mengangguk dalam pelukan eratnya. Hidup, jiwa dan raganya telah ia serahkan sepenuhnya untuk Beni. Calon Suaminya, belahan jiwanya itu.