Pagi itu, lalu lintas di jalan Soekarno Hatta sudah mulai padat merayap, Beni menjalankan sepeda motornya dengan pelan mengikuti arus. Tangan kirinya sesekali memegang dan membelai lembut tangan Bella yang sedari tadi memeluknya erat dari jok belakang sepeda motornya seperti biasa.
Selagi hari libur, Beni sengaja mengajak Bella ke rumah untuk bertemu Ibu. Bella nampak cantik dan anggun memakai kemeja biru muda yang di padukan dengan celana panjang cardinal warna abu, rambutnya yang panjang dan ikal itu di ikatnya rapih, dengan polesan makeup yang tipis. Nampak terlihat cantik natural.
Sesampainya di depan rumah, Beni membuka gerbang dan segera memarkirkan sepeda motornya.
"Assalamualaikuum! Bu! Beni pulang!" Teriak Beni di depan pintu rumah ibunya itu.
"Ceklek!"
Terdengar suara pintu yang terbuka dari dalam, Ibu keluar dan tersenyum kaget melihat anak lelakinya datang bersama perempuan cantik.
Beni memang dari dulu tidak pernah sekalipun membawa teman perempuannya ke rumah.
"Tumben ke rumah bawa anak gadis." Kata ibu sembari tersenyum menatap Bella yang nampak tergesa menghampiri dan mencium tangannya.
"Iya bu, kenalin nih, calon Beni, cantik kan?" Beni berbisik kepada ibunya sembari terkekeh manja, mengenalkan Bella sebagai calonnya, membuat Bella diam kikuk, lalu tersenyum kepada Ibunya Beni dengan pipi yang mendadak berubah warna.
"Aduh anak Ibu ini, dari dulu tidak pernah bawa anak gadis kerumah, sekalinya bawa anak gadis udah jadi calon aja. Sini masuk nak, siapa nama mu?" Tanya Ibu sambil tersenyum ramah, meraih tangan Bella mengajaknya masuk kedalam rumah.
"Saya Bella bu." Jawab Bella sembari mengikuti langkah ibu yang menuntunnya masuk kedalam rumah. Beni nampak cengar-cengir mengikuti langkah kaki Ibu dan Bella dari belakang.
"Teman kerja?" Tanya ibu sembari mengambil minuman dingin dari kulkas dan disodorkannya ke meja ruang tamu.
"Gak usah repot-repot bu," ucap Bella merasa kikuk di depan Ibunya Beni itu.
"Saya masih kuliah bu, di Unikom Dipatiukur." Lanjut Bella menjawab pertanyaan Ibunya Beni tadi.
"Oh iya, iya. Nak Bella harus sabar ya, anak ibu mah kadang suka nyebelin, kalian harus saling mengerti satu sama lain. Kalau ada yang jadi api, yang satunya harus menjadi air, jangan sama-sama egois, biar nanti Ibu didik lagi Beni biar dia mau mengalah yaa." Ucap Ibu, tak henti-hentinya membicarakan Beni anak lelakinya itu, sembari sedikit memberi nasihat kepada Bella.
Beni yang sedang meracik teh di dapur berteriak, "Ibuuu! Jangan ngomongin Beni yang aneh-aneh!" Teriak Beni.
Bella hanya mengangguk pelan dan tersenyum.
"Iya bu." Ucap Bella.
Bella sempat khawatir ibunya Bella mengetahui anaknya waktu itu dikeroyok dan dipukuli. Tapi untunglah, di wajah Beni sudah tidak terlihat lagi ada bekas pukulan.
"Bu, Beni mengajak Bella kesini itu ada maksud, mungkin ibu juga sudah menebak kan ya?" Ucap Beni tanpa basa-basi, langsung membuka pembicaraan yang memang sudah menjadi niatnya sejak malam tadi.
"Apa, gimana nak?" Kata Ibu siap mendengarkan.
"Hemmm, Beni kan sekarang sudah dewasa, sudah kerja juga, setidaknya sudah punya penghasilan walau tidak berlebih, tapi Beni rasa cukuplah bu," kata Beni memulai percakapan.
Beni tau ibunya pasti sudah menduga kemana arah pembicaraan ini, tapi ibunya hanya diam dan menunggu Beni meneruskan ceritanya. Mungkin beliau ingin mendengarnya langsung dari anak lelakinya itu.
Tiba-tiba Beni berdiri, lalu meloncat girang seperti anak kecil yang baru mendapatkan mainan.
"Mari kita melamar bella bu!" Teriak Beni sembari berdiri, seolah ingin meloncat.
"Hehehe." Beni lalu buru-buru duduk lagi sembari tertawa. Kelakuannya yang seperti anak kecil itu membuatnya malu sendiri.
Ibu tersenyum melihat kelakuan anaknya, sedang Bella hanya bisa tertawa geli sembari menundukan kepalanya.
Tanpa memperdulikan lagi tingkah anaknya, ibu lalu bertanya mengenai asal usul dan hal lainnya mengenai Bella.
"Nak Bella dimana rumahnya? Ada berapa bersaudara?" Tanya ibu, sembari mengukir senyum ramahnya kearah Bella.
"Saya dua bersaudara bu, orang tua saya sekarang tinggal di Sumedang, saya di Bandung ngekost di daerah Cikutra." Jawab Bellla dengan sedikit malu-malu, jari jemarinya di genggamnya erat.
Ibu mengangguk-anggukan kepalanya pelan lalu tiba² meraih ponselnya dan menghubungi kakak dan adiknya Beni. Menyuruh mereka segera datang ke rumah untuk membicarakan rencana pernikahan saudaranya ini.
Di keluarga Beni, memang hanya tinggal Beni yang belum menikah, kakak laki-laki dan adik perempuannya sudah menikah semua. Mereka tinggal di sekitar komplek perumahan itu juga, Biar dekat sama Ibu.
Tak lama, kakaknya datang disusul sama adik perempuan Beni yang datang belakangan. Mereka bersalaman saling mengenalkan diri. Beni mengenalkan Bella sebagai calonnya.
"Akhirnyaa kamu nikah juga Ben! Kirain bakal jadi bujang lapuk!" Kata kakaknya Beni, tertawa mengejek dan menggoda adiknya itu.
"Hehehe." Beni hanya terkekeh sembari garuk-garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal itu.
Berkat teknologi saat ini, dan karena jarak yang tidak memungkinkan untuk bertemu secara langsung, pertemuan antar keluarga itu di fasilitasi dengan layanan sambungan video call.
Akhirnya, setelah berbincang panjang lebar dan alot dengan keluarga Bella melalui sambungan video call, mereka akhirnya memutuskan minggu depan keluarga Beni akan datang berkunjung ke Sumedang untuk melangsungkan lamaran, dilanjutkan dengan pernikahan Beni dan Bella di KUA.
Beni dan Bell memang bersikeras meminta pernikahan mereka dibuat sesederhana mungkin, syukuran kecil-kecilan dengan dihadiri oleh keluarga dan teman dekat saja.
Mereka tidak Ingin menggelar pesta atau resepsi besar-besaran, akad nikah di KUA saja sudah cukup bagi mereka, Beni dan Bella memang bukan tipe orang yang neko-neko, yang penting pernikahan mereka sah secara agama dan negara.
Ibu yang tadinya ingin menggelar acara resepsi, akhirnya hanya bisa pasrah dan menyetujui keinginan pasangan calon pengantin cowboy ini.
"Yaudah sekarang makan saja dulu, ibu sudah masak dari tadi," Kata Ibu mengakhiri pembicaraannya lalu melangkah menuju ke meja makan. Bella mengikuti dari belakang, lalu membantu Ibu menyiapkan peralatan makan untuk mereka berlima.
"Hallo calon istriku! Makan yang banyak ya Zheyeng, biar semakin montok! Hehehe" Beni menggoda calon istrinya itu sembari mencium pundaknya dari belakang.
"Ih Ibu! Beni ganjeen!" Teriak Bella mengadu kepada Ibunya Beni.
"Beni! Jangan ganggu! Ayo bantu Bella menyiapkan makannya." Ucap Ibu sembari geleng-gelengkan kepalanya, femas melihat kelakuan anak lelakinya itu.
"Ciieee! Pengantin baru udah gak sabar yaaaa!" Kakaknya Beni terus saja meledek adiknya itu.
"Kamu harus makan banyak Ben, biar tenaganya kuat nanti di malam pertama, awas jangan letoy kamu ya! ahahahaa!" Lanjut kakaknya gak bosan menggoda Beni yang cengar-cengir sendiri.
"Adikmu ini strong kak! Dijamin Bella keteteran melawan ku! hehehe" Jawab Beni sembari cekikikan.
Mendengar percakapan adik kakak itu, Bella tersipu dan tertunduk malu. Walaupun baru sekali ini bertemu dengan keluarganya Beni, tapi karena kehangatan dan keakraban di keluarga ini, Bella merasa seperti sudah lama mengenal keluarga ini.
Bella merasa bahagia menerima pengakuan dan kasih sayang dari mereka.
"Bismillah, sebentar lagi aku akan menjadi bagian keluarga yang menyenangkan ini dan menjadi Nyonya Beni suharjo" Bella berkata dalam hatinya sembari tersenyum bahagia.
"Terima kasih atas kebahagiaan ini Zheyeng." Bella membisikannya kedekat telinga Beni.
"Sama-sama Zheyeng, I love you berjuta-juta kali!" Balas Beni.
"Huuuuuu! Dasaar Buciinn!"
Kakak dan Adik Beni teriak berbarengan disusul gelak tawa mereka semua yang ada di ruangan itu.