Pukul 11 malam lebih, jalanan Cikutra begitu sepi, Beni memacu sepeda motornya dengan pelan sembari melawan dinginnya angin malam.
Masih terbayang lekat dalam ingatannya, kala menghabiskan waktu bersama Bella seharian tadi. Senyumnya, tatapan matanya, sentuhan kecilnya, semua terasa begitu indah.
"Semoga ini adalah cinta terakhirku, aku tidak ingin kisah cintaku dimasa lalu terulang kembali." Ucap Beni dalam hati.
Luka yang ditorehkan oleh kelamnya kisah yang lalu terasa sangat membekas hingga kini. Seketika bayangan Chacha kembali menyelinap di kepalanya. Bagaimanapun juga, ia pernah menikmati waktu-waktu indah bersamanya.
"Aku berharap Chacha hidup bahagia bersama lelaki tua itu. Bukankah kata orang tua dulu, lambat laun cinta akan datang dengan sendirinya? ~Huuft!" Nampak Beni membuang nafasnya pelan dan panjang.
Kebahagiaan Chacha akan menjadi kebahagiaannya juga, walau itu bukan dengannya. Beni benar-benar sudah merelakan semuanya.
Fikiran Beni melayang-layang, sesekali senyumnya nampak mengembang ketika seraut wajah Bella melintas kembali mengisi kepalanya. Sentuhan hangatnya itu seolah masih terasa lembut menyentuh kulitnya.
Kadang kesedihan mampir sekelebat di wajahnya saat terlintas beberapa pertanyaan dalam dirinya, "Bagaimana nasib dan kabar Icha saat ini?" Guman Beni dalam hati. Masih penasaran.
Selagi Beni anteng dengan fikirannya, nampak tangan kirinya memeluk tubuhnya sendiri melawan dinginnya angin malam yang menderu cukup kencang melawan laju sepeda motornya.
Tiba-tiba ada yang memepetnya, membentak dan menyuruhnya ke pinggir.
"Minggir Anjing! turun lu!" Tiga orang pemuda berteriak sambil menendang ke arah Beni, memaksanya untuk meminggirkan sepeda motornya. Merasa dipepet dan tidak bisa melanjutkan perjalannya, Beni berhenti lalu turun dari sepeda motornya itu.
Ketiga orang pemuda itu langsung memukul dan menendangnya membabi buta, Beni berusaha membela diri, tangannya sibuk menangkis dan mengelak setiap tendangan dan pukulan yang diarahkan kepadanya.
Hingga akhirnya satu pukulan lolos meninju mukanya disusul satu tendangan dari arah samping membuat Beni tersungkur kebawah.
Tanpa memberinya kesempatan, ketiga orang itu terus melancarkan serangan, tubuh Beni yang sudah tersungkur itu harus menerima tendangan dan pukulan yang bertubi-tubi dari ketiga orang itu.
Salah satu pemuda itu terus saja meneriakinya kasar.
"Makan nih Anjing!, Lu gak bisa merebut punya gua! mampus lu! Dia milik gua! Selamanya milik gua! Lu mau nyawa Lu gua abisin huh!!" Teriak pemuda satu itu, beberapa pukulan dan tendangannya mendarat mulus di beberapa bagian tubuh Beni.
Beni berusaha mengelak dan menangkis setiap tendangan dan pukulan tersebut, dengan sekuat tenaga Beni berusaha berdiri dan membalas, tangan dan kakinya dengan membabi buta mengayun, memutar, memukul dan menendang kesetiap penjuru.
Disaat Beni sudah semakin terdesak, tiba-tiba ada suara sepeda motor yang mendekat, dan terdengar teriakan seseorang.
"Wooyy! Stop!!"
Selepas teriakan itu, Beni melihat ada sesorang yang dikenalinya. Kenalannya sewaktu jalan jadi driver ojol. Dia mendekat dan berusaha melerai mereka yang sedang baku hantam. tetapi Ketiga pemuda itu sama sekali tidak mau mendengarnya, malah memukul driver ojol yang hendak melerainya itu, membuat si driver ojol itu naik pitam dan membalas pukulan mereka.
Lalu terjadilah perkelahian dua lawan tiga, Beni dengan mengerahkan seluruh tenaganya yang tersisa berusaha memukul mundur ketiga orang pemuda tersebut sembari mengutuk menumpahkan sumpah serapah.
"Anjing lu Bokir! Walau lu pake helm fullface, gua tahu lu itu Bokir! Lu cowok pengecut yang cuma berani mukulin ceweknya, setan lu! Beraninya main keroyok huh! Pengecuutt!."
Teriak Beni, lalu merangsak maju sembari terus menangkis, memukul dan balas menendang lawan-lawannya.
Ketiga pemuda itu lama-lama terdesak mundur, sampai akhirnya ada beberapa driver ojol lainnya yang kebetulan melintas dan melihat rekan seatributnya terlibat perkelahian, mereka berhenti dan ikut turun tangan melerai perkelahian itu.
Mungkin karena merasa sama-sama hidup dijalan, mereka mempunyai rasa solidaritas tinggi satu sama lain.
Melihat semakin banyak orang yang turun tangan membantu Beni, ketiga pemuda itu lantas berlari ke arah sepeda motornya dan langsung kabur tancap gas.
"Wooyy! Pengecuut! Jangan kabur anjing!" Beni berteriak kencang kearah ketiga orang itu. Mereka tidak mengindahkan teriakan Beni, dengan tergesa-gesa mereka melaju kencang, dan lalu menghilang dari pandangan.
"Kunaon Kang?"
*Translet*
"Kenapa Bang?" Kata driver ojol yang barusan membantu Beni itu.
"Asa pernah ningali sok narik Grab oge nya di Dipatiukur?"
*Translet*
"Perasaan pernah lihat, di Dipatiukur suka jalan Grab juga ya?" Lanjut driver ojol itu bertanya dalam bahasa sunda.
"Iya kang."
Lalu Beni menceritakan kronologisnya secara singkat, sembari mentraktir mereka di kedai kopi pinggir jalan. Seagai ungkapan rasa terimakasihnya atas bantuan driver-driver ojol tersebut.
Keesokan harinya, Beni masih merasa linu, pegal-pegal dan sedikit agak perih disekujur tubuhnya. walau begitu, Beni tetap masuk kerja seperti biasa. Eko dan Idhuy kaget melihat muka Beni sedikit agak memar, dia tidak bisa menyembunyikan ada bekas pukulan di mukanya.
"Lu kenapa Ben? Siapa yang mukulin elu?" Tanya Eko bertubi-tubi, tangannya memegang wajah Beni dan memeriksanya.
"Gua gak apa-apa Ko, biasa lah cowok." Kata Beni seraya terkekeh.
"Ah ga apa-apa gimana muka lu ampe bonyok gitu!" Kata Eko sembari memeriksa muka, tangan dan badan Beni. Sepertinya Eko khawatir, dia curiga kejadian tempo hari berlanjut pemukulan tadi malam.
Eko dan Idhuy memang mengetahui saat Beni ditabrak dan ditendang tempo hari. Dan sekarang mereka mendesak Beni untuk menceritakan semuanya.
Karena didesak kawan-kawannya, Beni akhirnya menceritakan semua kejadian tadi malam. Semenjak pulang dari cafe diatas bukit itu bersama Bella, sampai dia dipukuli dan dibantu oleh abang-abang driver ojol. Eko dan Idhuy geram sekali mendengar semuanya.
"Orang mana sih si Bokir itu Ben? Kita serbu aja sekalian ke rumah nya, biar nyaho anjir! Pengecut! Berani nya main keroyokan!" Kata Eko dengan berapi-api.
"Udahlah Ko gak usah diperpanjang, gua gak apa-apa," Kata Beni berusaha menenangkan Eko yang nampak mulai geram itu.
"Yasudahlah! Tapi ingat! Kalo si Bokir itu macam-macam lagi, lu bilang ke gua! gua ancurin dia!" Ucap Eko dengan nada bicara yang masih tinggi.
_________________________________
Selepas Jam kantor, Beni sudah di depan sepeda motornya, baru juga menyalakan mesin, terdengar ada panggilan masuk, rupanya Video call dari Bella.
Beni menerima video call tersebut, terlihat Bella sedang didalam kamar menatap layar smartphonenya.
"Zheyeeng, kamu sudah pulang?" Terdengar suara dari Earphone yang menempel di telinga Beni. Baru saja Beni melihat ke arah layar Smartphonenya, Betjah sudah berteriak.
"Zheyeeng! Kamu kenapa? Mukamu memar-memar gitu! Cepat kesini sekarang!" Ucap Bella Betjah sedikit berteriak mengeraskan suaranya.
"Aku gak apa-apa Bel, Iya aku segera kesana, Kamu mau dibawain makan apa Zheyeng?" Kata Beni mengalihkan pembicaraan. Beni tidak ingin membuat Bella merasa khawatir.
"Aku gak mau apa-apa! Aku mau kamu cepet kesini, ceritain apa yang terjadi! Jangan menutupi apapun!" Ucap Bella menegaskan kata-katanya. Sangat terlihat nada kekhawatiran dari suaranya.
"Iya Zheyeng, kamu tenang ya. Aku tidak apa-apa, Aku berangkat sekarang." Kata Beni sembari mulai menjalankan sepeda motornya pelan.
Diperjalanan Beni gelisah, sebetulnya dia tidak akan menceritkan kejadian semalam, Beni tidak ingin membuat Bella khawatir akan keadaannya, tapi sepertinya Bella sudah terlanjur khawatir dan curiga telah terjadi sesuatu padanya.