Kegiatan mereka hari ini begitu terasa menyenangkan, mereka berdua berjalan ceria menyusuri bukit demi mencari spot photo yang view/anglenya bagus.
Setiap kali Bella tergelincir atau terpeleset, Bella terlihat reflek meraih lengan Beni, menjaga keseimbangan agar dirinya tidak sampai terjatuh, dan hal itu membuat Beni tersenyum senang. Hari ini terasa membahagiakan.
Setelah selesai mengambil stok gambar, Beni dan Bella menghampiri cafe yang memang sengaja dibangun diatas bukit itu.
Beni memesan kopi susu, roti bakar dan kentang goreng masing-masing dua porsi.
Didepan laptop, mereka sibuk memilih beberapa frame photo yang akan dipublish, sebagian disortir untuk keperluan flyers.
"Bagus semua! semua ajalah di upload! Hehehe." Seperti biasa Bella selalu heboh. Nampak sekali Bella menyukai semua hasil photo-photonya itu.
"Ini belum diretouch, sini aku olah dulu gambarnya sebentar ya." Ucap Beni sembari menindih tangan Bella yang berada diatas mouse sembari menggeser mouse pointer yang nampak dilayar itu. Seketika Bella menarik tangannya dan pura-pura mendelik.
"Iihhh Geniiitt Pegang-pegaaang!" Ucap Bella sembari tersenyum manja.
"Salah sendiri tangannya nempel terus di mouse, coba nempelnya ke aku, pasti mousenya yang cemburu ke aku. Hehe." timpal Bejo seraya dapat angin.
"Weew!"
Bella mencibirkan bibirnya yang tipis dan sexy itu. Beni hanya sanggup menahan nafas sembari berusaha keras membuang fikiran liar yang menari-nari dikepalanya. Naluri kelelakiannya seakan ingin berontak, membayangkan betapa lembut bibir itu dalam kecupan hangatnya.
Beni segera menepis bayangan liar itu lalu mulai menyibukan diri mengolah data photo itu menggunakan software pengolah data photo dari keluarga adobe.
Dalam photo tersebut, Bella nampak duduk santai dan elegan, stylenya memperlihatkan sosok musisi berkelas.
Beni mengolahnya menggunakan teknik effect HDR (High Dynamic Range), hingga tampak terlihat begitu Dramatic, Cocok sekali dengan Sorot mata Betjah yang tajam menggoda.
"Asiikkk baguuuuss sekali, akuuu sukaaaakk!" Jerit Bella kegirangan, lagi-lagi heboh.
"Kamu pinter ya edit photonya" ucap Bella sembari melirik manja, seolah menggodanya. Menerima serangan macam itu bukannya mengalah apalagi tertunduk malu. Sepertinya tidak ada dalam kamus Beni, ia malah membalasnya dengan lebih usil, menggoda Bella habis-habisan.
"Kamu tau? Aku rela menghabiskan seluruh waktuku hanya untuk berada didekatmu. Memandangi wajahmu adalah salah satu kegiatan yang menyehatkan bagiku" kata Beni, mulai mengeluarkan kata-kata gombalnya.
Mata mereka sempat beradu pandang cukup lama. Saling terpaut satu sama lain, seakan ada medan magnet yang menempel kuat.
"Setelah pertemuan dan kedekatan kita beberapa waktu ini, aku menyadari jika hobiku ternyata bukan hanya fotografi dan bermain musik. Kini, ada hobi baru yang sudah menguasai seluruh hidupku." Lanjut Beni, bola matanya masih terikat erat kearah Bella.
"Apa itu?" Tanya Bella.
"Hobi ku yang baru? Mengagungkanmu dalam setiap helaan nafas!" Beni berbisik pelan.
"Heummm, apa? yang kenceng ngomongnya!" Bella pura-pura tidak mendengar.
"Mengagungkanmu dalam setiap helaan nafasku! Ya betul! hobiku sekarang adalah memujamu. Kamulah pusat hidupku. Jika diperlukan, nyawa yang menempel diragaku akan aku berikan demi melindungimu." Ucap Beni dengan lantang.
Ia tidak perduli orang-orang disekitar mereka tersenyum geli saat menatap kearah mereka.
"Ah Lebay! Dasar Budak Cinta!" Mungkin kalimat itu yang ada dalam fikiran mereka yang sedari tadi memperhatikan kelakuan Beni.
"Ehh maaf keceplosan, aduuhh euy malu. Ahahaha" Ucap Beni tertawa, menutupi perasaannya.
Akhirnya, rasa yang telah lama ia pendam selama ini tidak kuat lagi bertahan lama didasar hatinya.
Beni berusaha mengalihkan suasana hatinya, Dia pura-pura menyibukan diri di depan laptopnya.
"Ah sial kenapa juga aku harus mengucapkan itu, kan malu anjir! Difikirnya aku sedang nembak dia!" Beni berguman dalam hati, mengutuk bibirnya yang sudah lancang keceplosan. Tidak tahu malu, tidak bisa menjaga rahasia hati!
"Deg deg deg!"
Jantung didada Beni begetar hebat, dia harus siap dengan apapun yang akan diucapkan Bella. Kemungkinan terburuk, Bella pergi meninggalkannya dan tidak mau lagi bertemu dengannya.
"Ah sial!" Beni menggerutu dalam hati. Nampak tangannya menggaruk kepalanya cepat.
Mereka terdiam beberapa saat, lalu tanpa terduga, Bella bertanya,
"Kamu serius?" Tanya Bella.
"Hemm, tergantung. Hehe, jika kamu tidak memiliki rasa yang sama, jelas aku bercanda. Tenang, aku akan meredam semuanya. Hubungan persahabatan kita yang paling utama. Rasa ini tidak seharusnya tumbuh dan berkembang menjadi sesuatu yang seharusnya tidak ada."
Beni berkata dengan pelan, merasa menyesal telah mengungkapkan perasaannya itu terlalu cepat.
"Tapi aku juga selalu senang bersamamu Ben"
Bella menundukan kepalanya, pipinya nampak kembali memerah.
"Wah Serius? Anjaay! Yes!" Kali ini Beni yang bertanya dengan sangat antusias. Bola matanya membulat nampak bersinar, seuntai senyum lebar menghiasi wajahnya.
Tanpa sadar, Beni terlihat sibuk mengucek lubang telinganya dengan jari kelingking, seolah tidak percaya pendengarannya.
"Iya, Aku juga merasakan hal yang sama.." Ucap Bella sembari menatap polos kearah Beni.
"Aslinya? Sejak kapan?" Tanya Beni, masih tidak percaya.
"Sejak kita membangun Chemistry saat Jam Session waktu itu, puncaknya ketika kamu ada yang mencelakai tempo hari, aku merasa khawatir sekali melihatmu saat itu, hatiku sakit seolah merasakan apa yang dirasakan olehmu, saat itulah aku menyadari aku mulai peduli sama kamu Ben."
Bella berkata dengan kepala sedikit tertunduk, seolah menyembunyikan pipinya yang kembali memerah.
Beni sama sekali tidak menduga akan mendengar itu semua, hatinya kini terasa lebih indah.
Beni mulai berani meraih tangan Bella dengan lembut, tatapan mereka kembali beradu pandang.
"Kamu tidak lagi bercanda kan? Jika kamu memang mempunyai rasa yang sama, aku serius melebihi apapun. Aku benar-benar telah jatuh hati kepadamu wahau Bella Cahaya Hati." Beni kembali menegaskan perkataannya. Matanya tidak bisa membohongi perasaan itu.
"Aku juga sayang kamu Beni Suharjo." Ucap Bella, sebuah senyuman nampak melengkung diwajahnya.
Bagi Beni, senyuman itu adalah hal yang paling indah yang pernah ada di dunia ini.
"Horeeee! Hey Guys! gua baru jadiaaan nih sama cewek cantiiikk ini! Yuuhuuuu!"
Tiba-tiba Beni berdiri dan berteriak keras sekali. Mendengar teriakan Beni, seisi cafe tersebut sontak tertawa, riuh tepuk tangan dan ucapan selamat mengalir kepada mereka berdua, Beni seperti juara kelas pemenang lomba.
Sedangkan Bella hanya bisa geleng-geleng kepala seraya tersenyum geli melihat kelakuan Bejo.
"Hehehe, terima kasih ya zheyeeeng aku bahagia sekali hari ini."
Akhirnya, dari panggilan "gua-elu" berubah menjadi "Aku-kamu" dan sekarang berganti menjadi "zheyeng".