Di suatu ruangan yang terlihat tidak terlalu luas itu, seorang wanita yang memiliki rambut lurus sebatas bahu begitu sibuk mondar-mandir sembari membawa sesuatu. Dari arah kamar mandi di ujung ruangan, lantas segera membuka lemari kecil untuk mengambil kemeja serta celana kain panjang untuk digunakannya.
Wanita itu lantas mengumpat keras saat melihat jam di ponselnya yang menandakan rasa ketakutannya jika ia tidak bisa datang di waktu yang tepat. Ia lantas memperhatikan penampilannya di depan cermin sejenak, merapikan rambut dan mengoleskan bedak serta liptin pada bibir merahnya.
Dengan cepat, wanita itu segera meraih tas kecil dan laptopnya untuk segera berlari keluar kamar tanpa peduli keadaan ruangan tersebut kini terlihat sangat berantakan. Baju kotor berserakan di seluruh arah, piring kotor menumpuk, buku serta alat tulis lainnya berserakan di atas meja belajar dan masih banyak lagi.
Ini semua karena dirinya sendiri. Memiliki hobi nonton drama kores tentu saja membuat wanita itu keasyikan nonton di malam hari dan mengakibatkan dirinya terlambat berangkat ke kantor.
Ayla Fanasya atau sering dipanggil dengan sebutan Ayla oleh orang yang mengenalnya. Seorang wanita berusia 25 tahun bulan agustus lalu dan telah bekerja selama kurang lebih dua tahun di salah satu penerbit buku mayor yang berada di Jakarta.
Ayla segera memarkirkan motor meticnya ketika tiba diparkiran kantor. Bergegas masuk dengan langkah cepat sembari tersenyum ke arah rekan kerja lainnya.
Ketika tiba di dalam ruangannya yang Nampak sudah ramai dengan rekan kerja lainnya, ia segera duduk di meja kerjanya
"Telat lagi lo?" tanya Tasya—sahabat Ayla kini beralih menatap wanita tersebut.
Ayla meletakkan tas serta laptop di depan meja lantas melirik Tasya dengan cengiran tanpa dosa.
"Guna hp lo apa, sih? Kalo nggak bisa bangun cepat, lo pasang alarm dong. Kalo terus telat gini, bos juga bisa marah."
"Gue udah pasang. Bahkan sampai sepuluh kali berdering tapi gue matiin, terus lanjut tidur. Ngantuk banget sumpah." Ayla menampilkan raut wajah menderita.
Tasya berdecak, "Gimana nggak ngantuk kalo lo nonton oppa-oppa lo terus tiap malam."
Ayla tersenyum lebar, "Kali ini gue senang karna drama yang gue tonton semalam happy ending."
Tasya tidak merespon kalimat Ayla dan memilih melanjutkan pekerjaannya karena tidak mengerti jika sahabatnya itu telah membahas tentang drama korea yang dimaksudnya.
Ayla juga melakukan hal yang sama. Ia menyalakan laptopnya dan mulai fokus dengan pekerjaannya. Ayla bukan seorang editor di penerbit tersebut, ia hanya bertugas untuk menyeleksi naskah yang masuk melalui email.
Bukan berarti pekerjaan Ayla mudah karena hanya memilih novel yang akan terbit dipenerbitan. ada ratusan atau bahkan hampir ribuan naskah yang masuk ke email penerbit dan Ayla harus membacanya satu persatu meskipun dalam satu novel, tidak semua ia baca. Ayla hanya membaca sinopsi yang dikirim oleh mereka.
"Ay, gimana? Udah bagus nggak?" tanya Tasya sembari mengarahkan laptop kearah Ayla. Menampilkan halaman depan novel dengan desain menarik.
Ayla memperhatikannya lantas mengangguk. "Lo nggak pernah nggak keren kalo masalah gini, mah."
Tasya terkekeh pelan dan melanjutkan pekerjaannya. Tasya sendiri bekerja dibagian layout novel yang akan terbit.
Ayla tidak lagi sakit kepala saat melihat deretan naskah yang masuk ke emailnya. Ia berusaha memilih cerita yang layak terbit serta memberikan keuntungan besar ke penerbit jika nanti dipasarkan.
Penerbit Bintang—tempat Ayla bekerja bukan hanya menjual novel hasil terbitannya di toko online, tetapi juga telah masuk ke toko buku ofline dan sering menjadi buku best seller di toko tersebut.
Saat membaca salah satu sinopsis cerita tersebut, Ayla cukup tertarik karena ceritanya terkesan sederhana namun membuat Ayla tertarik ke dalam kehidupan kedua pemeran utama tersebut.
Ayla memutuskan mengambilnya. Saat mendapatkan naskah yang akan diterima, Ayla terlebih dahulu mengirim ke editor untuk ditinjau lebih lanjut apakah cerita itu layak terbit. Salah satu editornya adalah Nana—sahabat Ayla.
Ayla langsung mengirim naskah tersebut ke email Nana dan kembali melanjutkan mencari naskah lainnya.
***
Waktu menunjukkan pukul dua belas lewat tiga puluh menit dan itu artinya jam istirahat untuk semua pekerja di kantor tersebut telah tiba. Hal yang membuat hati mereka lega untuk mengistirahatkan tubuh mereka sejenak.
Ayla berdiri dari kursinya dengan tangan ia rentangkan lebar-lebar tanpa peduli jika di ruangan ini ada orang lain yang akan memperhatikannya. Ayla tidak peduli. Ia mengenal semua yang ada di ruangan tersebut.
Ayla melirik ke arah Tasya yang ternyata masih sibuk dengan layar di depannya. "Lo nggak mau ke kantin?"
"Bentar," balas Tasya tanpa melihat ke arah Ayla.
"Gue udah lapar. Ayo, ke kanti dulu. Lo lanjut nanti aja."
"Bentar, Ayla. Ini udah mau kelar." Balas Tasya lagi berusaha mempercepat pekerjaannya.
Ayla mendengus dan memilih menunggu Tasya karena percuma ia membujuk sahabatnya itu jika sudah menyangkut pekerjaan. Tasya tidak akan beranjak dari kursinya sebelum pekerjaannya selesai. Hal itu membuat waktu makan Tasya terganggu hingga terlihat lebih kurus.
Jauh berbeda dari sifat Ayla yang lebih jauh mementingkan isi perutnya dari apapun itu. Jika kampung tengahnya sudah demi ingin di isi, maka Ayla harus melakukannya segera meskipun hanya berupa makanan ringan. Maka dari itu, Ayla menyediakan stok makanan ringan di dalam laci mejanya.
"Nggak ke kantin, Ay?" tanya Nana yang kini berdiri di depan meja Nana.
Ayla beralih menatap Nana. "Gue nunggu Tasya. Nggak kelar-kelar tuh dari tadi."
Tasya mendengus lantas mematikan laptopnya. "Udah beres."
Senyum Ayla mengembang. Segera ia menarik tangan kedua sahabatnya menuju kantin. Karena kantor ini cukup besar dan memiliki beberapa karyawan, maka dari itu disediakan kantin kecil di pojok kanan kantor.
"Kalian mau pesan apa? Biar gue yang pesan," tanya Ayla ke dua sahabatnya yang kini telah duduk di salah satu meja panjang.
"Makan nasi aja deh. Gue lapar," balas Nana dan langsung mendapatkan persetujuan dari Tasya.
"Oke deh. Minumnya seperti biasa, ya."
Ayla segera melangkah menuju penjual di kantin yang menyediakan berbagai jenis makanan. Setelah menyebutkan pesanannya, Ayla mulai menunggu di meja tidak jauh dari tempat ibu kantin tersebut.
Ayla memilih memainkan ponselnya untuk mengusik rasa bosan karena harus menunggu. Layar ponsel itu menampilkan video tidak jauh-jauh dari oppa-oppa pemeran utama drama yang pernah Ayla tonton.
Hingga, menit berikutinya, seseorang tiba-tiba saja merebut ponsel itu dari tangannya. Hal itu membuat Ayla berdecak marah karena berani mengganggunya. Ia segera melihat seseorang yang berhasil membuat suasana hatinya langsung hancur.
Saat melihat sang pelaku, senyum Ayla seketika mengembang.