Awalnya ada perdebatan sengit antara Marwan dan Dante tentang siapa yang akan membacakan riwayat hidup Widanta. Marwan berkilah sebagai satu-satunya putra yang tersisa mengklaim hanya dirinya yang berhak membacakan riwayat hidup dan memimpin semua rangkaian acara. Sebelum akhirnya Dante mengatakan dengan tegas hanya dirinyalah yang akan membacakan semua riwayat hidup Widanta tanpa terbantahkan.
Widanta Jaya dimakamkan persis di sebelah mendiang istrinya Anita Joana Jaya. Di atas makam Anita Joana Jaya tertulis sebuah kata-kata yang sangat romantis.
"Tidurlah yang tenang kekasih hatiku, maut telah memisahkanmu dari sisiku, tunggulah. Aku akan segera menyusul dimana maut tidak akan berkuasa akan kebersamaan kita. "Aku pria yang selalu mencintaimu dan memujamu" (W.M.J)
Tiara sangat terharu membaca tulisan di atas batu nisan itu. Terlihat betapa Widanta Jaya sangat mencintai mendiang istrinya. Sekarang mereka telah bersatu. Seperti tulisan Widanta Jaya maut tidak akan pernah memisahkan mereka lagi batin Tiara.
Dante menarik tangan Tiara. Bersiaplah kita akan pulang.
"Aku kelelahan Dante, bisakah kita menginap dan besok pagi aku akan pulang ke kontrakanku. Aku tidak yakin bisa berjalan, kakiku serasa mau putus seharian bediri dengan high heels".
Dante menatap dingin Tiara. Apa merengek dan mengeluh saja yang bisa kau lakukan Tiara.
"Baiklah aku tahu kau tidak akan pernah mendengarkanku". Kau tidak perlu menatapku sedingin itu dan mengatakan kata-kata yang menyakitkan. Tiara mengerakan sisa tenaganya untuk mengikuti langkah lebar Dante.
"Riko…!", panggil Dante. Kemari, kau akan ikut aku pulang ke mansion.
Riko mengeleng. Aku mau berada disini Dante.
"Rina, aku akan membawa Riko bersamaku". Dante mengabaikan rengekan Riko yang tidak mau ikut pulang ke mansion miliknya.
"Mama Riko ngak mau ikut!". Riko mau disini bersama mama
Rina menenangkan putranya. Pergilah bersama Dante dan tante Tiara sayang.
Riko menatap Rina. Mama ikut juga kan?.
Rina mencoba untuk tidak menangis. Nanti sayang, masih banyak urusan yang harus mama selesaikan disini.
Riko tidak mau pergi kalau mama tidak ikut. Riko tidak mau kemanapun tanpa mama
"Sayang, ingat pesan papa". Riko harus mengikuti apa yang dikatakan Dante!. Sekarang ikut bersama Dante dan tante Tiara, tidak ada bantahan lagi. Rina mengingatkan saat putra simata wayangnya akan membantah.
"Tapi ma___!!!".
Rina mencoba sabar menghadapi putranya. Pergilah nak. Rina mengecup lama kening Riko. Mama sangat menyayangimu nak.
"Mama hentikan, Riko bukan anak kecil lagi". Riko juga menyayangi mama.
Rina tersenyum kau akan selalu jadi putra kecil mama sayang. Tiara tolong sayangi Riko untukku. Tiara mengangguk," terima kasih Tiara, sungguh aku tidak tahu bagaimana aku akan membalas kebaikanmu".
"Aku tidak melakukan apa-apa__ "
Rina memeluk Tiara. "Terima kasih Tiara, aku titip Riko ya". Tiara bingung dengan nada putus asa dalam suara Rina.
"Kami pergi", pamit Dante dingin.
Rina mengangguk. "Terima kasih Dante".
"Lupakan!", Dante mengibaskan tangan ke udara
Di dalam mobil perjalanan pulang Tiara tertidur pulas. Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi Tiara. Dalam satu hari begitu banyak kejadian yang harus dialami Tiara. Kehilangan miliknya yang sangat berharga, menikah dan menyaksikan kematian orang terkaya dan terpandang seperti Widanta Jaya dan setelah ini entah seperti apa kehidupan yang akan dijalani Tiara.
Dante menatap datar Tiara yang tertidur.
"Kita sudah sampai tuan". Suryo membuka pintu penumpang bagi Dante
Dante menguncang tangan Tiara. "Hey pemalas bangun!". Tiara tidak bergeming. "Sial…" maki Dante. terpaksa membawa Tiara dalam gendongannya.
Suryo!! bawa Riko ke kamarnya.
"Baik tuan".
Tiara bangun dengan perasaan segar, tidurku sangat nyenyak pikirnya dengan senyum merekah sebelum menatap bingung sekelilingnya. Wauh…apa aku sedang bermimpi Tiara menatap takjub kamar yang ditempatinya. Ini sangat mewah. Apa ini kamar hotel?. Tiara memperhatikan sekelilingnya.
"Kau sudah bangun?"
Tiara mencari asal suara. Dimana kita?.
"Mansionku?", Dante menatap tajam Tiara.
"Maaf sepertinya semalam aku ketiduran sepanjang perjalanan pulang hingga pagi…!!.
Dante mengingatkan. Ya hingga pagi. Kau tidur seperti babi kekenyangan, berliur dan berisik.
Tanpaknya kau terbiasa tidur dimanapun tanpa masalah. Dante menatap Tiara yang masih setia berbaring disofa bed dalam kamarnya.
"Berliur". Ulang Tiara. Meraba pipinya. Sial kau hanya mengerjaiku. Orang biasa sepertiku tidak suka pilih-pilih tempat untuk tidur. Aku bisa tidur nyenyak dimanapun yang penting aman.
"Jadi begitu…?". Dante mendekat ke sofa bed tempat Tiara berbaring.
"A—apa yang ingin kau lakukan???". Tiara bangkit dari rebahannya dan memilih duduk melihat Dante yang melangkah mendekat ke arahnya.
"Bangun dan bersihkan dirimu, kau bau dan menjijikan, membuatku mual berada satu ruangan denganmu!".
Tiara mendelik kesal. Ternyata kau hanya mengerjaiku saja. Tiara merasa tidak enak melihat Dante yang sudah rapih dan wangi.
Setelah mandi dan berganti pakaian, Tiara pun turun ke dapur, perut Tiara sangat kelaparan.
"Pagi nyonya!!!, seorang wanita paruh baya menyapa Tiara dengan senyum hangat.
"Apa?". Tiara merasa aneh dengan sebutan nyonya. Aah iya pagi juga!. Tiara mencoba tersenyum pada wanita paruh baya yang menyapanya barusan.
"Perkenalkan nyonya, saya Surti kepala pelayan di mansion ini. Saya mewakili semua pelayan yang bekerja, mengucapkan selamat datang nyonya".
"Apa harus sepormal itu pikir Tiara". Tiara tidak tahu harus bersikap seperti apa. Terima kasih bu Surti.
"Panggil saya mbok Surti nyonya, semua orang memanggil saya seperti itu".
"Baik, terima kasih untuk sambutan dan ucapan selamatnya mbok Surti". Mohon bantuannya.
"Mari nyonya saya antarkan ke meja makan". Kami sudah menyiapkan sarapan istimewa untuk hari istimewa. Mbok belum tahu makanan apa yang nyonya sukai. Jadi kami makasak cukup banyak makanan hari ini. Kami harap nyonya akan menyukainya. Mbok yakin nyonya pasti masih merasa lelah setelah upacara pemakaman tuan besar Widanta.
Tiara mengangguk membenarkan, sampai sekarang Tiara masih bisa merasakan kakinya yang pegal dan tubuhnya yang terasa sakit karena tidur di sofa bed. Dasar Dante pria brensek.
"Silakan duduk nyonya!". Surti menarik sebuah kursi disisi kanan Dante.
Tiara menatap Dante yang sedang membaca koran dengan secangkir kopi.
"Dante!!!, aku harus pulang ke kontrakanku..".
Dante mengernyit. Kau tidak perlu mengkhawatirkan kedua adikmu, mereka sudah ada yang mengurusnya.
"Bagaimana kau tahu aku memiliki dua orang adik?".
Dante menatap datar Tiara. Besok pagi mereka akan dijemput, aku sudah membelikan satu unit apartemen yang lebih layak dari kosan sempitmu. Aku juga sudah melunasi semua hutang-hutangmu pada rentenir.
Tiara kembali bertanya. Bagaimana kau tahu tentang hutang-hutang yang aku miliki?. Aisss….tidak mau menjawab. Apa begitu sulit menjawab pertanyaan-pertanyaanku?.
"Jadi kau tidak perlu mengkhawatirkan mereka lagi". Aku juga akan memfasilitasi kehidupan mereka dan membiayai sekolah adik-adikmu. Tugasmu hanya membuka kedua kakimu lebar-lebar untuk aku masuki.
YOHOOO...UP DATE
HAYOOOO!!! MANA VOTENYA
TERIMA KASIH YA UNTUK YANG SUDAH KASI BERLI VOTE (COLECTION)