Chereads / My Heart Is Breaking / Chapter 15 - Kesedihan Mendalam

Chapter 15 - Kesedihan Mendalam

"Papa!!!!" teriakan histeris Riko memecah keheningan yang ada. Papa jangan tinggalkan Riko, papa bangun____papa Riko mohon bangun, papa sudah janji akan terus jagain Riko, papa…", tangis Riko menyadarkan semua orang dengan situasi yang terjadi di dalam kamar yang sangat luas milik Widanta.

"Papa...bangun!", Dante menarik Riko dari tubuh kakeknya. Rina menghampiri tubuh suaminya dan menangis di atas dada Widanta.

"Sialan kau pria tua maki Dante dengan air mata yang turun membasahi pipinya". Kau benar-benar pergi meninggalkanku seorang diri. Dante terlihat sangat terpukul dengan kepergian Widanta yang sangat mendadak. Baru dua hari yang lalu Widanta datang berkunjung ke mansion miliknya dan terlihat sangat sehat.

Flahs back

"Hallo Dante!!!"

"Kakek… ada apa lagi kakek. Aku sedang dalam rapat penting, nanti aku akan menelpon balik kakek".

"Nak datanglah kemari!".

"Kakek aku mohon aku sedang rapat dan ini sangat penting, hari ini aku akan mengusahakan berkunjung ke mansion kakek".

"Tidak nak kau harus datang sekarang, bawa juga calon istrimu".

"Ayolah pria tua bangka sialan, apa kau harus seperti ini?. Aku sudah katakan aku belum ada rencana mengakiri masa lajang, jadi berhenti menganggu hidupku, aku tutup teleponnya se___".

"Kakek tidak punya banyak waktu Dante!".

"Kakek" ,bentak Dante saking kesalnya. "Berhentilah mengatakan omong kosong"

"Datanglah, segera nak, kakek janji ini yang terakhir kalinya kakek memaksakan kehendak kakek padamu, apa kau tidak ingin mengabulkannya?, aku akan menikahkanmu hari ini Dante".

"Sial…sial !!!", maki Dante keras. Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu pria tua, permainan apa lagi yang ingin kau coba mainkan. Aku tidak akan datang dan cukup sudah kesabaranku melayani kegilaanmu

"Dante sebutkan siapa nama calon isterimu". Pengacara kakek akan segera mengurus semua berkas-berkas pernikahanmu juga berkas adopsi Riko.

"Kakek….!"

"Nak" suara itu terdengar lembut memanggil. Kakek mohon kali ini saja.

Seketika amarah Dante menghilang digantikan perasaan cemas. "Kakek, apa kau baik-baik saja?". suara Widanta terdengar aneh.

"Kakek bersama dokter Herlambang, bicaralah kalau kau tidak percaya pada kakekmu ini".

"Dante… ini aku dokter Herlambang".

"Paman, ada apa ini sebenarnya, apa kakekku baik-baik saja?"

"Tidak Dante, kakekmu tidak dalam keadaan baik, keadaan tuan Widanta saat ini sangat buruk, Dante, selama ini tuan Widanta menyembunyikan kesehatannya yang memburuk dari kalian semua, tuan Widanta sudah tidak ada harapan lagi Dante".

"Maksud paman?"

"Kanker paru-paru telah menyerang keseluruh sel-sel tubuh Widanta, sejak awal aku dan timku sudah meminta tuan Widanta untuk melakukan kemo, tapi tuan menolak semua bentuk pengobatan, tuan Widanta kemungkinan tidak akan bertahan hari ini".

"Apa???, bagaimana bisa hal sepenting ini kau sembunyikan dari kami semua".

"Maaf Dante ini permintaan tuan Widanta, paman hanya menjalankan tugas nak".

"Dante…!!,ini aku Aleks pengacara tuan Widanta".

"Iya paman Aleks bicaralah!"

"Aku akan mengurus semua berkas-berkas pernikahanmu dan juga berkas adopsi Riko, jadi dengarkan semua apa yang aku sampaikan!". "Widanta Jaya menelponku dan memintaku mengurus prosedur pengadopsian Riko Jaya menjadi putramu, tapi seperti yang kau ketahui prosedur adopsi anak dalam Keputusan Menteri Sosial RI No. 41/HUK/kep/VII/1984 tentang petunjuk pelaksanaan perizinan pengangkatan anak dengan persyaratan pertama status menikah usia minimal 25 tahun".

"Oooohhh God !!!",Dante mengerang saking kesal. apa-apaan ini paman Aleks apa kau juga sedang membantu pria tua bangka itu dalam menghancurkan kehidupanku yang nyaman. "Apa tidak ada cara lain paman, selain aku harus menikah?".

"Nak!", pinta Aleks lembut, "Widanta benar-benar membutuhkan kerja samamu, tolong sebutkan nama calon istrimu agar aku bisa segera menyelesaikan berkas-berkas pengadopsian Riko Jaya".

"Sial!", umpat Dante. "Aku akan menelponmu lima belas menit lagi".

Rapat dibubarkan. Dante membanting keras pintu dibelakangnya.

Berita kematian Widanta tersebar dengan sangat cepat. Karangan-karangan bunga, ucapan belasungkawa berdatangan memenuhi halaman kediaman Widanta. Tamu-tamu penting dan pejabat-pejabat tinggi Negara inipun sudah berkumpul, kolega-kolega bisnis, saudara-saudara Widanta Jaya dan banyak lagi yang lalu lalang di mansion besar milik Widanta. Semua orang terlihat sangat sibuk mempersiapkan pemakaman Widanta Jaya seorang pengusaha kaya raya yang sangat terkenal dengan kekuasaan yang sangat besar hampir disemua lini. Sekarang tubuhnya terbaring kaku dalam sebuah peti putih mewah yang dipesan khusus.

Tiara hanya bisa berdiri tidak tahu apa yang harus ia lakukan ditengah lautan orang yang sangat sibuk melakukan banyak persiapan untuk pemakaman. Dante sibuk dengan smartphonenya, sibuk menelpon ke banyak orang. "Jangan pernah jauh dariku Tiara!",Tiara mengangguk dan mengikuti kemanapun Dante pergi. Dante menempatkan empat orang kepercayaannya untuk mengawal Riko dan Rina.

Dante menarik tangan Tiara ke sebuah kamar besar. "Masukldan ganti pakaianmu!". Tiara melihat gaun hitam di atas tempat tidur. "Cepat kita harus segera turun!", Dante mulai melepaskan pakainnya dan menganti dengan setelan serba hitam.

"Tiara apa yang kau lakukan!!!", bentak Dante geram. Mulai lah berganti pakaian, kita tidak punya banyak waktu.

"Aku akan berganti pakaian di kamar mandi". Tiara berlari kea rah pintu yang diyakininya adalah pintu kamar mandi

"Jadi dari tadi kau ….?". Dante mengaruk kepalanya dengan frustasi. Hanya lima menit Tiara?. Dante dan Tiara turun bersama, layaknya pasangan suami, isteri.

Saat turun Tiara sangat terkejut melihat lautan orang yang lebih banyak dari sebelumnya. Tiara belum pernah melihat orang sebanyak ini berkumpul dalam satu tempat

Dante menyalami mereka semua dan berterima kasih untuk doa dan kedatangan mereka. Beberapa orang yang ikut Tiara salam menatap bingung dengan kehadiran Tiara. Sedang Tiara hanya bisa tersenyum kaku pada mereka yang tampak bertanya-tanya dengan keberadaannya. Setelah berdiri berjam-jam dan menerima ucapan turut berduka cita serta menyalami mereka semua yang terlihat tak akan pernah berakhir Tiara melirik Dante. Aku kelelahan Dante. Aku tidak tahu sudah berapa lama aku berdiri dan berapa ratus orang yang sudah aku sapa dan aku salam.

Dante menatap dingin Tiara. Berhenti bersikap manja Tiara. Berdiri dengan tegap masih banyak tamu yang harus kita sapa dan salam.

Tiara hanya bisa mengikuti perkataan Dante. Aku haus.

"Tunggulah disitu". Aku akan meminta seseorang untuk mengambilkan minum untukmu.

Setelah menyalami setiap tamu yang hadir. Pendeta yang tadi melalukukan pemberkatan untuk Dante dan Tiara. Kembali ditunjuk untuk memimpin kebaktian pemakaman Widanta. Tiara melihat ada banyak orang yang menangisi kepergian Widanta. Riko dan Rina berdiri disisi kanan Dante bersama Marwan dan keluarganya.

Setelah kebaktian yang dipimpin Pendeta selesai. Dante membacakan riwayat hidup Widanta dan melakukan sedikit pidato sebelum mengucapkan ucapan terima kasih pada semua tamu yang hadir dan memohon permohonan maaf untuk kesalahan yang mungkin dilakukan Widanta semasa hidupnya.

PLEASE....POWER STONE, VOTE, TAG ATAU COLECTIONNYA DONGGGGG