"Euy, kenapa sih tuh anak?"
Brandon menoleh ke ambang pintu kamar Lala yang dibiarkan terbuka lebar-lebar. Fariel dengan tab di tangannya itu mengangkat alis tinggi-tinggi sementara tubuh depannya bersandar di bingkai pintu.
Tak mendapatkan jawaban dari Brandon, Fariel menambahkan. "Perasaan manusia satu itu kalau nggak lembur ya ngegalau mulu kerjaannya. Hidup sekali kok dibikin susah."
"Bacot! Mending diem lo daripada gue—"
"Apa?" tantang Fariel pada Lala yang mengangkat kepalanya tanpa mengubah posisi tengkurapnya. "Mau ngancem pakai wine papi yang waktu itu gue colong? Basi! Tadi gue udah diomelin sampai sore."
"Mampus!"
Brandon memutar bola matanya. Padahal ini udah malam, tapi Fariel sama Lala kerjaannya ribut mulu. Lebih-lebih nih Fariel yang suka nyari perkara. Udah tahu dari balik tadi kakaknya nangis-nangis malah pakai diledekin kayak gitu. Namanya kan nyari penyakit banget.
"Tapi ngomong-ngomong—"
