"Oh, iya Rin. Kamu sudah kasih kabar ke suami kamu kalau kamu sudah sampai di rumah?" tanya Bunda yang langsung membuat Airin tersedak.
"Uhuuk… uhuk… uhuk…" Airin terbatuk-batuk.
"Eeeh… Kenapa? Minum dulu pelan-pelan," kata Ayah.
"Pelan-pelan kalau mau ngomong, Rin. Kosongin dulu mulutnya, baru bicara pelan-pelan. Jangan karena terlalu semangat kamu sampai tersedak gini," ujar Bunda.
"Semangat?" tanya Airin pada dirinya sendiri lirih.
"Anu, Bunda. Udah," jawab Airin agak gelagapan.
"Cckk… Dia nggak bilang nitip salam untuk Bunda dan Ayah? Dia bilang apa waktu kamu bilang kamu sudah sampai di sini?" tanya Bunda.
"Oh, Mas Bian menitipkan pesan kok untuk Ayah dan Bunda. mas Bian juga minta maaf karena sudah membiarkan Airin pulang sendirian, maaf karena Mas Bian tidak bisa mengantar." Airin sudah mulai berdusta.
"Gimana kalau kita telepon saja dia? Ayah kangen juga sama mantu Ayah itu," ujar Ayah yang begitu semangat ingin mendengar suara Bian.