"Hmmm… yang penting tetap cocok untuk menjadi pendamping kamu, kan?" Tanya Alif yang masih terus berusaha untuk merayu Airin.
"Hahaha…. Geli banget, ih. Jangan gitu ah, Lif. Geli aku dengernya," kata Airin sambil memegangi perutnya yang semakin keras karena terlalu banyak tertawa.
"Aku lucu ya?" Tanya Alif.
Airin mengangguk. Tawanya benar-benar tidak bisa dibendung sampai-sampai air matanya pun menetes deras di pipinya.
"Aaah…. Udah, ah. Kalau ketawa terus kapan kita ke stasiunnya? Nanti ketinggalan kereta malah nangis," ujar Airin yang dengan susah payah mengerem tawanya.
"Oh, iya. Udah nggak sempet makan malem ya?" tanya Alif.
Airin melihat arloji di tangannya. Dia memperkirakan waktu yang akan mereka habiskan untuk makan malam. Dia menghitung-hitung waktu dengan sangat teliti.
"Nggak sempat," sahut Airin.
"Yah, pada hal aku laper. Pengen makan nasi goreng dulu sebelum pergi," ujar Alif kecewa.