"Ccckk! Udah deh, jangan rakus. Bagi-bagi sama yang lain juga," kata Airin.
"Iya, gue bercanda kali…." Sahut Selin yang kemudian membuka kardus penuh bakpia itu.
Seina tidak berani menyapa atau mengajak bicara Airin, dari tadi hanya bisa diam-diam memperhatikan Selin dan Airin dari balik meja kerjanya. Airin dan Selin pun tidak ada niat untuk menegur Seina, mereka seperti tidak saling mengenal dan tidak ingin saling mengenal lagi.
"Guys! Kalau ada yang mau bakpia, ambil aja di sini! Airin yang bawa ini, oleh-oleh khas dan asli dari Jogja!" teriak Selin.
"Ya Tuhan…. kenapa musti teriak sih?" tanya Airin.
"Kenapa? Kan biar semuanya dengar," jawb Selin.
"Ya Tuhan… nggak gitu juga kali, Lin. Kan gue minta tadi untuk bagi-bagi, lo kasihin kek ke meja mereka tuh. Bagi-bagi setiap meja satu kotak kecil," kata Airin.
"Ya Tuhan… baik banget gue kalau kaya gitu. Udah lah, biar ada sedikit usahanya mereka tuh," tukas Selin.
"Hah…. Terserah lo aja deh," kata Airin dengan kepasrahannya.
