Chereads / remember that day / Chapter 16 - Bagian 16

Chapter 16 - Bagian 16

"Untuk minumnya kami memiliki minuman segar, yang terbuat dari kombinasi beberapa jenis buah, nata de coco dan sirup melon. Buah yang kami gunakan, ada kelapa muda yang diserut dan melon yang kami potong kecil. Untuk menambah kesegaran kami juga menambahkan potongan jeruk nipis. Kami juga menambahkan biji selasih," jelas pelayan.

"Ini airnya pakai air kelapa asli atau pakai air minum?" tanya Alif.

"Kami gunakan air kelapanya, Pak."

"Waaah…. Ini pasti sangat segar," puji Alif.

"Semua ini 1 paket, Mas?" tanya Pak Andrea tidak percaya.

"Iya, Pak. semua menu ini ada dalam 1 paket," jawab pelayan.

"Ini sih cukup banget untuk makan 1 keluarga, bisa sampai buncit semua nih perutnya," ujar Pak Andrea

"Selamat menikmati, Pak… Bu… Apakah ada yang bisa saya bantu lagi?" tanya pelayan.

"Pak Andrea dan Pak Alif ingin tambah menu lagi?" tanya Santi.

"Astaga, Santi…. Ini aja nggak tahu bisa habis atau nggak. Masa mau nambah menu lagi?" kata Pak Andrea sambil menggelengkan kepala.

"Ya…. Barang kali Bapak ingin mencoba menu yang lainnya," sahut Santi.

"Ah, tidak. Lain kali saja," tukas Pak Andrea.

"Iya, ini aja udah banyak banget menurut saya."

"Baik lah kalau begitu, Pak…. Bu…. Jika ada yang perlu untuk kami bantu lagi, Bapak dan Ibu nanti bisa angkat tangan saja. Pelayan di resto ini pasti akan menyambangi meja Bapak dan Ibu untuk membantu," ujar pelayan.

"Iya, ok Mas. Terima kasih," kata Santi.

"Sama-sama," sahut pelayan sebelum dia pergi meninggalkan meja Alif.

Alif, Pak Andrea dan Santi segera mengeksekusi makanan di hadapan mereka. Nasi putih yang hangat, dengan kerang hijau saus tiram ditambah cumi goreng yang krispi. Rasanya…. Begitu memanjakan lidah. Sekali makan nggak mau berhenti. Rasanya pengen ngunyah terus, nambah terus.

Setelah perut mereka kenyang terisi berbagai jenis makanan laut, mereka akhirnya memutuskan untuk segera melakukan peninjauan langsung ke rumah Alif yang sedang direnovasi.

Perjalanan mereka menuju ke rumah bakal calon istri Alif tidak membutuhkan waktu lama.

"Nah…. Selamat datang, Pak. Selamat datang di rumah Bapak sendiri," ujar Pak Andrea.

Alif terkekeh, "Pak Andrea ini memang nggak bisa kalau nggak membuat orang lain tertawa" kata Alif.

"Bukannya apa yang saya katakana benar, Pak?" tanya Pak Andrea pada Alif yang masih terus terkekeh.

"Iya, Pak. Karena benar itu makanya jadi jadi lucu," ujar Alif.

"Em, mari Pak.… Silakan masuk," kata Santi.

"Santi!" pekik Pak Andrea.

"Iya, Pak. Ada apa?" Santi dengan cepat menyahut.

"Kamu ini tidak sopan," kata Pak Andrea dengan nada yang terdengar marah.

"Kok jadi tidak sopan, Pak? Saya mempersilakan Pak Alif masuk loh, Pak. Bahasa yang saya gunakan juga bahasa yang baik. Letak ketidaksopanan saya dimana?" tanya Santi dengan bingung.

"Kok masih nanya, sih. Kamu ini gimana," Pak Andrea kembali terdengar berbicara dengan nada tinggi.

"Ini kan rumah milik Pak Alif, kok kamu menyerobot Pak Alif untuk mempersilakan kita masuk," tambah Pak Andrea dengan diakhiri tawa. Dia puas karena bisa mengerjai Santi lagi.

"Ya Tuhan…. Pak Andrea…. Bapak sudah bikin saya deg-degan loh ini," gerutu Santi.

"Hahaha…. Sudah, sudah…. Mari kita masuk," ujar Alif menengahi.

"Nah, ini baru benar!" pekik Pak Andrea.

"Apa kata Bapak saja, deh…. Suka-suka Bapak saja, deh…." Santi terdengar sudah menyerah dengan guyonan Pak Andrea.

"Yah, Pak Alif…." Panggil Pak Andrea pada Alif yang sudah mulai serius melihat-lihat hasil kerja tim Pak Andrea.

"Iya, Pak. Kenapa?" sahut Alif.

"Ada yang lagi ngambek, jangan dekat-dekat kalau nggak mau dicakar," ujar Pak Andrea.

"Hahaha… Maksud Bapak siapa? Mbak Santi?" tanya Alif sambil melihat wajah Santi yang sedang merengut.

"Siapa lagi," sahut Pak Andrea.

"Saya nggak akan mencakar orang baik seperti Pak Alif, saya hanya akan mencakar orang jahil seperti Bapak. Aaaarrgh…." Santi mengaum menirukan seekor harimau dengan harapan Pak Andrea akan takut padanya. Namun, sayangnya itu tidak berpengaruh apa-apa pada Pak Andrea. Auman Santi justru terdengar menggelitik di telinga Alif dan Pak Andrea. Mereka pun akhirnya tertawa.

"Maaf, Pak. Bagaimana kalau kita mulai sekarang saja? Bapak mau melihat bagian mana dulu?" tanya Santi yang sudah mulai serius untuk melakukan tinjauan.

Pak Andrea dan Alif ikut serius. Mereka memulai peninjauan calon rumah baru Alif dan istrinya kelak. Mereka mulai dari bagian terluar rumah.

"Mulai dari depan aja, Mbak."

"Baik, Pak. Dari yang bagian luar ya, Pak?" tanya Santi.

Alif mengangguk.

"Bagian yang akan direnovasi adalah pagar, taman depan dan entrance. Untuk semua bagian deppan akan kami kerjakan nanti di akhir, Pak. Karena masih untuk akses jalan pekerja," jelas Santi.

"Oh, iya. Progresnya baru 50 persen, kan?" tanya Alif memastikan.

"Iya, Pak. Betul," sahut Santi.

"Kalau begitu langsung ke bagian yang udah selesai aja, deh. Biar hemat waktu, saya ada janji juga soalnya."

"Baik, Pak. Kalau begitu kita langung cek ke kamar utama saja dulu, bagaimana?" tanya Santi.

"Boleh," sahut Alif.

.

.

.

Di kamar utama….

"Nah, ini dia Pak kamar utamanya. Kami sudah selesaikan dan sudah kami bersihkan semuanya jadi kami kunci lagi agar pekerja tidak bisa masuk ke dalam kamar ini," ujar Santi sambil membuka kunci pintu kamar utama tersebut.

"Silakan, Pak…." Santi mempersilakan Alif untuk membuka pintu calon kamarnya sendiri.

Baru memegang gagang pintu dan belum jadi melihat calon kamarnya dengan istrinya nanti aja sudah membuat Alif merasa gugup. Jantungnya jadi semakin cepat berdegup. Dia menutup matanya sebentar untuk menenangkan hatinya.

Dengan perlahan akhirnya Alif berani membuka pintu calon kamarnya. Dia akhirnya juga bisa melihat calon kamarnya yang terlihat sudah rapi dan jauh lebih nyaman. Santi menyalakan lampu kamar itu semuanya semakin terlihat indah. Alif terkesima sejenak dengan hasil renovasi di calon kamarnya. Terlihat sederhana, namun mewah. Semuanya tertata dan terpasang dengan rapi dan nyaman. Tidak banyak perabotan di dalam kamar ini, sehingga kamar ini terlihat sangat bersih dan tentunya akan sangat nyaman untuk istirahat. Perpaduan warna putih, warna kayu dan beberapa pot tanaman, membuat kamar ini terasa adem dan menyejukkan mata.

"Perfect room for sleep," ujar Alif.

Santi mendekati jendela. Dia membuka gorden yang memblokir cahaya masuk menerangi ruangan. Saat jendela dibuka. Pemandangan hijau lapangan golf di luar sana akan menyapa setiap pagi. Setiap kali gorden jendela dibuka. Setiap kali mata memandang keluar jendela.

"Perfect view," puji Alif.

"Bagaimana, Pak? Apakah ini sudah sesuai dengan desain yang Bapak inginkan? Atau masih ada yang perlu kami perbaiki lagi?" tanya Pak Andrea.