Hmmm…. Yummy, banget. Bisa habis semua nih sama gue. Rasanya dan penampilannya bener-bener nggak menipu, kelzatan nyata…. Kata Airin di dalam hati. Hati Airin hari ini benar- benar sedang sangat berbahagia. Sejak pagi dia sudah dikejutkan dengan kepulangan Alif dari Sulawesi dan tiba-tiba sudah menjemputnya di apartemen untuk hanya sekadar menyempatkan diri mengantarnya ke kantor sebelum Alif pergi untuk urusan pentingnya sendiri, hingga dikirimi makanan lezat yang sedang dia santap sekarang. Gue rasa ini akan menjadi salah satu hari bahagia gue selama gue hidup…. Tukas Airin.
"Hmmm…. Enak, ya? Sampai nggak rela bagi-bagi" sindir Seina pada Airin.
"Eh, sorry Na. Lo mau?" Airin menawarkan kue yang sudah hampir setengah bagiannya dia pindahkan ke dalam perut.
"Nggak, nanti lo nggak kenyang. Kan tadi lo bilang kalau lo laper, jadi makan aja," jawab Seina.
"Nggak apa-apa. Nanti gue bisa beli makan lagi di kantin kalau misalnya gue masih laper lagi," ujar Airin.
Airin mendekatkan kue coklat itu kepada Seina, "Nih, lo mau nggak?" tanya Airin lagi. Senyum bahagia Airin tidak memudar dari wajahnya. Senyum itu membuat Seina justru semakin tidak senang.
"Nih, gue suapin. Aaaa…. Buka mulut lo," kata Airin sambil menatap Seina yang sudah terlebih dahulu menatapnya. Airin berniat untuk menyuapi Seina, dia sudah mendekatkan satu suapan kue ke dekat mulut Seina. Namun Seina tidak kunjung membuka mulutnya.
"Ayo, Na… Aaa…. Buka mulutnya," Airin heran dengan apa yang sedang Seina lakukan. Tatapan Seina juga terlihat marah kepadanya sekarang.
"Kenapa, sih?" tanya Airin.
PLAAAK…. Tangan Seina dengan sengaja membuat kue di tangan Airin jatuh berserakan dan mengenai pakaian Airin. Kue coklat yang lezat itu benar-benar berakhir dengan sia-sia, mubadzir. Kue coklat itu hanya meninggalkan noda besar di pakaian Airin. Airin bengong melihat kue spesialnya berakhir tragis. Dia tidak bergerak sedikitpun untuk beberapa saat.
"Ups…. Sorry, Rin. Gue nggak sengaja, tadi gue mau cobain kue lo tapi gue ngga sengaja malah nyenggol badan lo dan buat kuenya jadi jatuh." Seina mencoba mengelak dan menutupi kesalahannya dengan mengatakan dia tidak sengaja.
"Biar gue beresin ya, Rin," kata Seina dengan berpura-pura merasa bersalah dan harus bertanggung jawab.
"Nanti gue ganti kue lo, sorry banget ya…" kata Seina dengan wajahnya yang sok bersalah itu.
Seina langsung mengambil kotak tissue yang ada di mejanya. Dia berpura-pura hendak membersihkan pakaian Airin yang terkena kue coklat.
"Sini, biar gue aja yang bersihkan pakain lo." Seina mengeluarkan tissue dari dalam kotaknya.
"Ups…" pekik Seina saat dengan sengaja membuat noda kue itu semakin melebar di pakaian Airin.
"Haaah…." Airin menghela napas. Dia menahan amarahnya. Dia tahu Seina sengaja membuat kue spesialnya terjatuh dan dia juga menyadari kalau Seina sengaja membuat pakaiannya semakin kotor, namun begitulah Airin. Dia tidak mau memperpanjang masalah dengan siapapun, apa lagi ini adalah Seina, teman sejak mereka masih sama-sama berjuang untuk lulus dari kampus dan jurusan yang menjebak wanita seperti mereka.
"Sorry ya, Rin. Gue minta maaf banget. Gue bersihin lagi, ya?" Seina sudah hampir menyentuh pakaian Airin lagi, namun tangan Airin berhasil dengan cepat mencegat tangan Seina.
Airin berusaha tetap tersenyum, "Nggak apa-apa, nggak usah dibersihin. Gue bersihin sendiri aja di kamar mandi," kata Airin yang mencengkeram tangan Seina dengan kencang.
Semua orang melihat ke arah mereka berdua. Airin menyadari dia menjadi pusat perhatian di ruangan itu, dia tidak menyukainya. Dengan cepat Airin meninggalkan ruangannya untuk membersihkan diri di kamar mandi. Airin berjalan dengan cepat menuju kamar mandi.
Orang-orang kembali fokus pada pekerjaan mereka masing-masing. Seina dan Selin juga kembali duduk di meja mereka masing-masing. Selin menatap Seina dengan tatapan heran, dia tidak habis pikir Seina bisa dengan tega menjahili temannya sendiri.
"Kenapa lo lihatin gue kaya gitu?" tanya Seina yang menyadadri dirinya sedang diperhatikan oleh Selin.
"Lo gila, ya? Tega baget sama temen sendiri. Gue nggak kenal sama Seina yang sekarang," kata Selin dengan tegas.
Selin ternyata juga menyadari semua yang dilakukan oleh Seina itu disengaja, namun dia tidak tahu apa motif dibelakang sikapnya yang kejam ini pada Airin. Selin terlihat kesal juga dengan perlakuan Seina pada Airin.
"Lo baru kenal gue beberapa bulan, Lin. Lo nggak usah sok kenal makanya sama gue," kata Seina dengan wajah yang sungguh memancing emosi.
"Gila!" pekik Selin lagi.
"Gue nggak peduli," jawab Seina dengan wajah yang menyebalkan dan sangat membuat Selin gemas ingin mencakar wajahnya.
"Halo, tolong kirimkan OB untuk membersihkan ruangan di divisi pembangunan jalan tol. Ada makanan yang tidak sengaja tumpah. Terima kasih" kata Seina melalui sambungan telepon ke room service.
"Sok peduli," sindir Seina pada Selin.
Selin tahu itu sindiran untuknya, namun Selin lebih memilih untuk pergi meninggalkan mejanya dan menyusul Airin ke kamar mandi.
.
.
.
Di kamar mandi….
"Ada apa sih sama Seina? Kenapa hari ini dia tiba-tiba cari masalah sama gue?" gumam Airin sambil membersihkan sisa kue yang menempel di pakaiannya.
"Ya, Tuhan…. Ini susah lagi hilangnya" Airin terus membersihkan pakaiannya.
Tok…. Tok…. Tok… Selin mengetuk pintu kamar mandi.
"Rin…." Selin memanggil Airin dari luar pintu kamar mandi.
"Iya?" sahut Airin.
"Saya boleh masuk?" tanya Selin.
"Masuk aja, Lin. Kamu ini, kaya mau masuk ke mana aja pakai ketuk pintu dan minta izin segala," kata Airin.
"Ya, siapa tahu kamu sedang tidak ingin diganggu," jawab Selin.
"Hahaha…. Nggak lah, Lin. Santai aja. Masa iya aku melarang orang mau buang hajat? Ada-ada saja kamu." Airin tersenyum sambil menggelengan kepalanya. Tangannya masih sibuk membersihkan pakaiannya.
"Rin, ini saya bawain jaket saya." Selin menyodorkan jaket yang dibawanya pada Airin.
"Untuk apa?" tanya Airin bingung.
"Kamu lepas dulu baju kamu, kamu pakai jaket ini. Kalau dicucinya kaya gitu nggak akan bersih-bersih." Selin memberikan masukannya.
"Benar juga apa kata kamu, aku pinjam jaket kamu dulu ya?" tanya Airin.
"Iya, ini pakai saja jaket saya."
Airin masuk ke dalam bilik kamar mandi. Dia melepas kemejanya yang kotor kemudian memakai jaket milik Selin untuk sementara.
"Em, Rin…." Selin mencoba mengajak Airin berkomunikasi.
"Iya?" sahut Airin dari dalam bilik kamar mandi.
"Kamu nggak marah sama Seina?" tanya Selin.
"Ya, kesel sih ada. Tapi, ya sudah lah. Aku nggak suka memperpanjang masalah. Aku tahu kok kalau dia sengaja, tapi nggak masalah." Airin keluar dari bilik dengan memakai jaket dari Selin.