Di sana, sang putri mencari apa pun yang dapat ia gunakan untuk menutupi pemandangan yang tak terelekkan ini. Isabelle menemukan dua selimut besar di dalam sana lalu melempari benda lembut tersebut pada kedua insan yang masih asik tenggelam dalam dunia mimpi mereka masing-masing.
Sadar akan suara dan bunyi-bunyi aneh yang datang dari dalam kamar, membuat sang pangeran otomatis terbangun secara perlahan-lahan. Namun Isabelle yang juga sadar akan hal itu otomatis sedikit teriak, "Jangan buat gerakan apapun."
Sang putri tak lupa juga segera berbalik arah membelakangi sang pangeran. Mau bagaimana pun pria itu adalah saudaranya sendiri. sudah cukup penampakan yang dilihatnya ini, ia tak ingin melihat semuanya dengan lebih transparan lagi. Putri Veliz juga tak ingin kedua matanya tuk menyaksikan bagian lain yang mungkin akan merenggut sifat kepolosan suci miliknya secara utuh.
Mendengar suara teriakan princess otomatis sebelumnya, juga ternyata membangunkan Anna secara langsung. Kesadaran sang pangeran mulai kembali dan dan melihat posisinya saat ini tentu saja membuat dirinya sendiri merasa ikut malu.
Selimut yang dilemparkan oleh putri Isabelle sebelumnya, kini berakhir menutupi tubuh dari sang pangeran maupun tubuh Anna sendiri secara penuh. Pemandangan yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
"Wow, kejutan yang luar biasa. By the way selamat pagi, segera selesaikan semua hal ini dan aku akan menunggumu di luar," sahut putri Isabelle pada saudaranya itu sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kalian juga boleh keluar sekarang," katanya pada kedua pengawal yang cukup mereka lupakan masih berdiri di sana.
Keadaan yang canggung membuat Adam ataupun Anna tak dapat melontarkan satu patah kata pun sama sekali. Mereka bahkan berakhir dengan kondisi malu dan kini hanya bisa saling melempar pandangan menatap satu sama lain.
Sang pangeran bangkit dari ranjang yang ada dengan sebuah kain tebal yang menyelimutinya itu. Sembari tersenyum Adam berkata, "Hei tak apa. Semuanya telah terjadi. Tak perlu khawatirkan hal itu. Oh, iya kau bisa menggunakan kamar kecil yang ada di dalam sini dan diriku akan mencari tempat lain di luar sana."
Tak ada balasan kata yang diutarakan oleh Anna, semua pertahananya telah terlepas. Wanita itu bahkan hanya bisa menjawab dengan sebuah anggukan. Dirinya masih mencoba memproses apa yang sungguh terjadi.
Air melucuti bagian tubuhnya, membasahi setiap inci dari kulitnya tanpa tersisa. Rambut panjang yang diulurkan ke depan, tepat mengenai air shower yang terasa hangat itu. Anna masih tak habis pikir apa yang telah terjadi di antara dirinya dengan sang pangeran.
Semuanya tampak masih kabur di dalam ingatannya. Tapi penampakkan dirinya yang terpotret bersama Adam sungguh mengindikasikan sesuatu yang dahsyat telah terjadi semalam.
Pemandangan mereka berdua yang juga turut ikut disaksikan oleh Isabelle, seorang putri membuat dirinya turut ikut merasa malu. Hal itu belum termasuk kedua pengawal yang juga tengah berada di ruangan yang sama.
Satu hal yang ia syukuri, yakni kejadiaan ini terjadi di dalam istana dan tampaknya dunia luar tak ada satu pun yang tahu akan hal itu. Dengan kata lain, para media tidak memiliki bahan yang menjadi bukti dari tulisan-tulisan mereka, yang dapat dipergunakan untuk menyerang sang pangeran dan juga dirinya.
Hal yang terjadi di dalam kastil, pasti akan berusaha untuk dirahasiakan oleh keluarga bangsawan. Semua tudingan yang di lempar ke arah mereka masih dapat untuk dibatah atau dielakkan karena tak memiliki bukti yang kuat.
Selagi asik membersihkan diri, setiap potret reka ulang dari adegan semalam terlintas kembali di dalam kepalanya dengan begitu jelas. Tentu saja itu karena Anna berusaha dengan sangat keras untuk memikirkan dan mengingat segala situasi yang sudah terjadi itu.
***
Dalam keadaan yang telah terpengaruh oleh efek dari alkohol, sesuatu terasa mengalir dan memanaskan darahnya. Hal itu memberi Anna sebuah keberaniaan yang entah datang dari mana. Ia melakukan hal yang mungkin takkan bisa ia lakukan ketika berada dalam kondisi sadar.
Di tengah aksi pangeran yang terus menyebut-nyebut namanya, Anna justru malah membungkam perkataan sang pangeran dengan satu kecupan hangat. Dirinya membiarkan bunyi angin menjadi soundtrack yang menghiasi momen tersebut.
Tak berhenti sampai di sana, Anna sadar bahwa dirinya berusha meraih, bahkan menyentuh sang pangeran ke arah yang lebih jauh, seolah tubuhnya tak tahan lagi untuk menikmati keindahan seni, mahakarya tuhan yang berada tepat dihadapannya.
Namun sadar akan kondisi Anna yang melakukan aksinya di bawah pengaruh minuman, Pangeran Adam tak ingin mengambil keuntungan sama sekali. Dia bahkan justru membawa Anna masuk ke dalam kastilnya itu. Ia tak ingin membiarkan wanita itu tetap berada di luar sana. Pangeran Veliz itu merasa khawatir bahwa Anna mungkin saja akan melakukan sesuatu yang bahkan bisa merusaka citra dan mempermalukan namanya sendiri di hadapan publik.
Adam memutuskan untuk menenangkan Anna di dalam sebuah kamar yang berada di kastil itu. Dia bahkan menyuruh pelayan untuk membawakan minuman penawar agar efek alkhohol yang berada dalam darah wanita itu segera memudar dengan sendirinya.
Akan tetapi, sayang sekali Anna justru tak bersikap seperti biasa. Gadis yang terkenal lugu itu bahkan menunjukan sikap liar yang tak pernah di lihat oleh sang pangeran sebelumnya.
Dirinya begitu rabel, mengeluh bahwa aliran darahnya terasa panas. Tanpa memperhatikan sekitar dia justru mulai langsung menanggalkan pakaiannya sendiri satu persatu.
Wanita itu tengah melakukan pertunjukkan yang tidak biasa, seolah sekarang ia berada dalam kamar miliknya sendiri. Pangeran Adam yang menyadari aksi yang tengah dilakukan Anna mencoba menghentikannya sebelum segalanya bertambah parah.
Namun sayangnya semakin di larang malah wanita tersebut semakin bersemangat untuk melepasnya. Seolah dirinya di tantang untuk melakukan hal-hal liar tersebut.
Anna berakhir dengan tubuh polos tanpa tertutupi oleh sehelai benang satu pun. Karena tak bisa menghentikan aksi Anna, sang pangeran memutuskan untuk segera mengunci pintu kamar tersebut dan menyembunyikan kuncinya di tempat yang tak bisa dijangkau atau setidaknya tanpa sepengetahuan Anna sama sekali. Sikap liar dari wanita itu tak berhenti sampai di sana, dirinya terus-terusan menggoda bahkan mencoba langsung menyerang sang pangeran tanpa berpikir panjang sama sekali.
Tak tahu jika dia hanya menganggap semua ini bagian dari lamunan atau mimpi belaka, atau memang ini adalah bagian dari hal yang sudah dirinya inginkan selama beberapa waktu belakangan. Mengejar, ia tampak terus mengejar, melancarkan serangan tanpa henti, membuat sang pangeran cukup kewalahan untuk menangkis dan melindungi dirinya sendiri. Tapi, karena Anna yang tampaknya tak kenal lelah, semakin lama semuanya semakin tenggelam dalam hasrat dan perasaan masing-masing.
**To Be Continued**